6

83 12 19
                                    

Matanya perlahan terbuka, mengambil duduknya, Jisung mendapatkan rasa tidak nyaman pada tubuhnya. Melihat kamar yang sangat familiar untuknya, mata pemuda Han itu mencari keberadaan si pemuda Bang yang lagi-lagi berada dalam waktu yang sama dengannya.

Bangchan tengah membuat bubur hangat saat merasakan kehadiran seseorang. Mengalihkan wajahnya, mata Bangchan melihat siluet Jisung dengan pakaian tidurnya memasukkan area dapur.

"Sudah bangun?" Tanya pemuda yang berusia lebih tua.

"Ehm" Jisung berdeham.

Melihat Jisung, Bangchan mematikan pemanas di hadapannya. Melangkah mendekat pada pemuda bersurai hitam kecoklatan itu. Tangannya bergerak untuk menyentuh wajah manis di hadapannya.

"Kau demam" ucap Bangchan lembut "beruntung sekarang panasnya sudah berkurang".

Mendapatkan perkataan Bangchan, Jisung tidak bereaksi. Pemikiran pemuda Han itu justru kembali mengingat bagaimana dirinya menahan udara dingin di malam hari karena menunggu pemuda Hwang yang tidak kembali.

"Baiklah. Aku sudah membuatkan bubur untukmu. Minum teh penawar ini dulu. Aku akan meletakkan buburnya pada piring".

Lagi, Jisung tidak berbicara saat mendengar perkataan Bangchan. Pemuda manis itu hanya melakukan apa yang dikatakan padanya. Memulai untuk meminum teh hangat yang dapat mengurangi demam pada tubuhnya.

...

Pagi hari, erangan kecil keluar dari mulut Hyunjin saat mendapatkan rasa sakit pada lehernya. Dengan perlahan, pemuda Hwang itu mengambil duduknya. Tangannya menyentuh leher bagian belakangnya untuk menahan rasa sakitnya.

Pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Hyunjin. Dengan penuh keraguan, kaki Changbin melangkah memasuki kamar sang Tuan Muda Hwang. Melihat bagaimana Hyunjin yang menatapnya, Changbin mendapatkan kegugupan yang menjadi lebih besar.

Baiklah, pemuda Seo itu hanya merasa takut jika dirinya akan kembali berhadapan dengan So Hyunjin yang bisa saja akan melenyapkannya.

Berdiri sedikit lebih jauh dari tempat tidur, Changbin yang beradu tatap dengan manik Hyunjin dibuat menelan ludahnya sebelum berbicara.

"Kau..... apa kau.....",

"Aku, Hwang Hyunjin".

Mendengar suara meyakinkan dari si pemuda Hwang yang menyanggah perkataannya. Changbin seakan mendapatkan sebuah kejutan yang sangat menyenangkan dirinya. Pemuda Seo itu dengan cepat berlari mendekati sang Tuan Mudanya.

"Kau benar-benar Hyunjin? Bukan si sialan So itu?" Tanyanya lagi dengan senyumannya.

Melihat Hyunjin yang menganggukkan kepalanya dengan dehaman, Changbin menjadi lebih percaya. Pemuda yang berusia lebih tua itu begitu saja memeluk tubuh yang berukuran lebih kecil darinya.

"Ya ampun, aku senang sekali" Changbin berseru "usahaku ternyata tidak percuma".

Mendengar itu, pemuda Hwang melepaskan pelukkannya. "Usahamu?" Bingungnya bertanya.

"Ehm" Changbin mengangguk antusias "aku menggunakan alat pemukul untuk memukul So Hyunjin".

Baiklah, sekarang Hyunjin mengerti darimana rasa sakit yang didapatkannya pada lehernya. Pemuda bersurai hitam itu begitu saja memberikan tatapan horor pada sang pelayan pribadinya.

Menyadari dengan reaksi pemuda di hadapannya, Changbin yang masih memiliki senyuman di wajahnya dengan cepat merubah ekspresinya. Dirinya berdeham kecil sebelum kembali berbicara.

"Maaf. Aku..... benar-benar terpaksa melakukannya. Aku sangat takut So Hyunjin akan mengambil alih tubuhmu sangat lama. Jadi..... aku terpaksa melakukannya. Tuan Muda, sungguh, maafkan keberanian saya pada anda" jelasnya dengan penuh penyesalan.

IAM YOU Donde viven las historias. Descúbrelo ahora