7

94 13 9
                                    

Bangchan baru saja memasuki apartemen miliknya saat matanya melihat siluet pemuda yang berhasil memenangkan hatinya tengah berdiri di depan kaca apartemen.

Mendengar suara pintu yang terbuka, Jisung dengan cepat mengalihkan wajahnya dari tampilan langit malam. Menatap dengan sorot mata tajamnya ke arah pemuda Bang yang tengah melangkah mendekatinya.

"Aku tidak tahu jika kau akan kembali" ucap Chan.

"Apa yang kau lakukan, Cristopher Bang?! Kenapa kau melakukan kerjasama dengan perusahaan Hwang?!".

Mendapatkan suara tajam dari pemuda Han di hadapannya, Bangchan dibuat cukup terkejut. Baiklah, dirinya tidak berfikir jika Jisung akan lebih cepat mengetahui pergerakkan yang tengah dilakukannya.

Menghela nafasnya, tangan Bangchan bergerak untuk menyentuh tubuh Jisung, tetapi, pemuda yang berusia lebih muda itu dengan lebih cepat bergerak menghindar. Membuat Chan yang mendapatkan itu akhirnya memberikan jawabannya.

"Jisung, tenanglah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk itu. Aku hanya ingin memperluas bisnis ku, dan perusahaan Hwang adalah pilihan yang tepat untuk bekerjasama" jelas Chan dengan suara yang baik.

Hanya saja, Jisung yang tengah dikuasai oleh kemarahan dibuat tetap tidak mengerti. "Jika hanya ingin bekerjasama, kenapa kau tidak melakukannya sejak dulu?! Kenapa harus di saat dirinya kembali?!".

Lagi, Chan dibuat menghela nafasnya saat mendapatkan kemarahan Jisung. Menatap dalam manik kecoklatan di hadapannya, kaki Bangchan yang melangkah maju membuat Jisung reflek memundurkan tubuhnya. Hingga jendela kaca besar di belakangnya berhasil menjebak tubuh Jisung dengan pemuda Bang yang tengah melihatnya dengan mata penuh ketajaman.

"Apa yang kau takutkan?!".

Suara Bangchan yang sangat dalam bersamaan dengan tangannya yang bergerak memainkan wajah Jisung, membuat tubuh pemuda Han itu membeku.

"Apa kau takut jika aku akan menghancurkannya?!" Lanjutnya.

"Bangchan.....",

"Benar jika aku tidak menyukainya! Tetapi, bukan berarti aku akan membunuh teman baikku! Bukankah begitu?!".

...

Hyunjin baru saja memasuki mansion modern miliknya. Melihat siluet Changbin yang tengah fokus pada layar pintar di hadapannya, pemuda Hwang itu dengan cepat bergerak mendekati.

"Apa yang tengah kau lakukan, hyung? Kau terlihat sangat fokus".

Mendengar suara tiba-tiba milik Tuan Mudanya, Changbin dibuat sedikit terkejut. Tetapi, pemuda Seo itu tidak mempermasalahkannya. Changbin justru bergerak memperlihatkan layar pintar miliknya kepada si pemuda Hwang.

"Aku baru saja mendapatkan informasi mengenai seorang psikiater terbaik disini" Changbin berkata antusias "dr. Albert baru saja memberitahuku mengenai temannya yang juga seorang psikiater. Ini, lihatlah".

Mendapatkan itu, Hyunjin dengan antusias melihat dan membaca profil milik seseorang yang direkomendasikan untuk menjadi psikiater pribadinya.

"Bagaimana? Jika kau mau, aku akan membuat pertemuan dengannya" lagi, Changbin berbicara.

Menganggukkan kepalanya, "ya. Lakukan secepatnya, hyung" jawab Hyunjin serius.

...

Matanya menatap langit malam dengan hamparan laut yang berombak di depannya. Jalanan yang memiliki pagar pembatas dengan laut itu selalu menjadi tempat kesukaannya untuk menenangkan semua masalah yang bermain seperti potongan puzzle di kepalanya.

Angin laut yang dingin seakan tidak menganggu kulitnya di balik coat tebal yang dikenakannya. Bagaimana pahatan wajah dengan rahang sempurna itu tersentuh oleh dinginnya angin malam. Sedikit memerah, tetapi, Jisung tetap mengabaikannya.

Tempat itu tidak memiliki cahaya yang banyak, hanya lampu-lampu dari jalanan yang memberikan pantulan seperti bias bulan di langit.

Menghela nafasnya, mata Jisung berahli saat mendapatkan cahaya dari lampu mobil yang mengenai wajahnya. Sedikit memiliki senyuman kecil pada bibirnya begitu melihat pemuda bersurai coklat yang keluar dari mobil dan melangkah mendekatinya.

"Sudah ku tertebak, kau pasti berada disini" suara pemuda itu setelah membuang nafasnya.

Mendengarnya, tawa ringan terlihat di wajah Jisung. "Apakah kau menghubungi?" Tanyanya "aku meletakkan ponselku di mobil" lanjutnya yang lagi-lagi memberikan tawanya.

Memutar matanya, Minho berkata dengan berpura-pura kesal. "Kebiasaanmu harus dihilangkan. Bagaimana jika itu situasi darurat" ucapnya.

Jisung tidak menjawab, perkataan Minho yang mengingatkannya untuk selalu membawa ponsel di dalam sakunya telah menjadi alarm yang sangat sering didengar olehnya. Hanya saja, pemuda Han itu tidak pernah melakukannya.

Mengetahui jika pemuda di hadapannya tidak akan membalasnya, Minho bergerak untuk meletakkan kedua tangannya pada pagar pembatas dan sedikit merendahkan tubuhnya. Posisi sama yang tengah dilakukan oleh Jisung.

Melihat deburan ombak di depannya, "kali ini, apalagi masalahnya?" Tanya pemuda Lee tanpa mengalihkan matanya.

Mendengar itu, Jisung tidak mendapat respon terkejutnya. Pemuda Han itu tahu jika Minho adalah salah satu orang yang mengenal baik dirinya setelah Bangchan. Dan Jisung sangat berterimakasih karena dirinya masih memiliki orang-orang yang memperdulikannya.

"Menurutmu, apa yang akan dilakukan oleh Chan?". Bukan menjawab, Jisung justru memberikan pertanyaannya.

"Jadi, hal itu yang bermain di pikiranmu?" Minho membalas. Menatap pemuda berwajah manis yang berdiri tepat di sebelahnya.

Mengalihkan wajahnya, mata Jisung menatap serius pada manik di hadapannya. "Aku tidak tahu, tetapi, sepertinya Chan memiliki rencananya".

Baiklah, kali ini, pemuda Lee itu lah yang tidak terkejut mendengar perkataan pemuda Han. Bangchan, Minho cukup mengenal baik bagaimana pemuda Bang itu dengan semua kelicikannya.

"Ya, kau mengenalnya lebih baik daripada aku" Minho membalas.

Jisung tidak lagi berbicara. Pemuda bersurai kecoklatan itu hanya diam dan seakan larut di dalam pikirannya. Setelah bertemu dengan Bangchan, pikiran Jisung kembali menjadi ombak yang lebih besar daripada lautan. Bermain dengan lebih acak dan sangat tidak beraturan. Dan pemuda Han itu merasa lelah bahkan hanya dengan dirinya.

...

Mendekati siang hari, Hyunjin dan Changbin telah berada di salah satu rumah sakit ternama di pusat kota. Melangkah melewati koridor untuk menuju ruangan seorang psikiater terbaik.

Berhenti di depan sebuah ruangan yang dituju, keduanya dibuat saling menatap sesaat sebelum tangan Changbin bergerak untuk melakukan ketukan pada pintu.

Pintu yang terbuka, membuat mata Felix yang tengah melihat siapa pengunjungnya begitu saja membulat tidak percaya. Tubuh dokter Lee itu bahkan reflek berdiri saat melihat kedua pemuda berwajah memikat di hadapannya.

"Hyunjin?".

Suara Felix dengan wajah tidak percayanya membuat Changbin dan Hyunjin sangat terkejut. Mata milik pemuda Hwang itu juga membulat dengan tatapan tidak mengertinya pada dokter berwajah tampan di depannya.

Melihat jika kedua pemuda di hadapannya hanya berdiri diam, Felix kembali berbicara. "Apa yang membawamu kesini, Hyunjin?".

Lagi, Hyunjin mendapatkan ketidak mengertiannya yang menjadi lebih besar. Dengan melihat ragu, pemuda Hwang itu bertanya, "apa..... kita saling mengenal?".

Dan Felix berhasil terkejut mendengarnya.

IAM YOU حيث تعيش القصص. اكتشف الآن