19

84 11 5
                                    

Manik Hyunjin membulat dengan penuh keterkejutan. Tubuhnya dengan cepat menjauh hingga membuat ciuman itu terlepas.

"Fe..... Felix..... aku..... aku.....",

Hyunjin tidak dapat melanjutkan perkataannya karena kegugupan yang memenuhi dirinya. Dan Felix yang menyadari kepanikkan itu dengan baik berusaha untuk menenangkan.

"Tidak, tidak, Hyunjin. Tenanglah. Tenangkan dirimu".

"Aku..... maafkan aku. Aku..... aku tidak bermaksud untuk melakukannya".

Lagi, Hyunjin berkata dengan penuh kepanikkan. Sungguh, dirinya tidak berfikir jika akan mencium pemuda Lee di hadapannya saat ini. Hyunjin bahkan tidak mengerti bagaimana dirinya justru bisa melakukan hal itu.

Dan Felix yang mengerti itu memberikan senyumannya. Meskipun dirinya juga dipenuhi dengan keterkejutan, tetapi, psikiater berwajah tampan itu terlihat lebih baik dalam menetralkan dirinya.

"Tidak masalah, Hyunjin. Berfikir lah jika itu hanya ketidak sengajaan" ucapnya baik "jadi, jangan merasa khawatir, aku bisa mengerti itu".

Mendengarnya, meski masih merasakan ketidak nyamanan, Hyunjin tetap berusaha menganggukkan kepalanya. Kedua pemuda itu tidak lagi melakukan pembicaraan. Sepertinya, ciuman yang tidak disengaja tadi telah menghasilkan kecanggungan pada kedua pemuda itu.

Saat ini, kedua pemuda itu tengah duduk pada sebuah bangku yang ada di tempat wahana bermain. Beruntung karena Felix menghampiri pemuda Hwang itu. Jika tidak, mungkin saat ini So Hyunjin telah berhasil menguasai diri Hyunjin lagi. Perasaan tidak baik yang tengah dirasakan oleh pemuda Hwang itu membuat So Hyunjin hampir saja menghadirkan dirinya kembali.

"Felix.....".

Suara Hyunjin yang kembali terdengar cukup mengejutkan Felix yang tengah hanyut di dalam pemikirannya.

Melihat raut wajah bertanya Felix, Hyunjin melanjutkan, "ba..... bagaimana..... jika kita menikmati permainan. Apa..... kau tidak merasa keberatan?".

...

Menghentikan mobilnya, Hyunjin dibuat sangat terkejut saat mendapatkan siluet Jisung yang tengah berdiri di depan pintu mansionnya.

"Jisung?".

Jisung sedikit terhentak hingga reflek memutar tubuhnya saat suara yang familiar tiba-tiba saja mengejutkannya. Dan manik pemuda Han itu memperlihatkan kegugupannya saat Hyunjin melangkah lebih dekat padanya.

"Jisung, ada apa? Apa..... apa yang kau lakukan disini?".

Pertanyaan Hyunjin tanpa sadar justru menambah kegugupan di dalam diri Jisung. Hanya saja, pemuda bersurai kecoklatan itu berusaha untuk menahannya.

"Hyun..... Hyunjin..... maafkan aku. Aku..... aku tidak bermaksud untuk mengabaikanmu. Itu..... aku..... aku..... ada pertemuan penting yang tiba-tiba saja harus dihadiri. Maafkan aku, Hyunjin".

Mendengar perkataan Jisung dengan wajahnya yang menunduk menyesal membuat Hyunjin cukup tidak percaya. Dirinya tidak berfikir jika pemuda Han itu justru akan menemui dirinya.

Menyentuh kedua bahu Jisung, Hyunjin berbicara saat manik Jisung telah menatapnya.

"Tidak, Jisung, tidak masalah" jawabnya terdengar baik "aku bisa mengerti" lanjutnya tersenyum.

...

Dan saat ini, keduanya tengah berada di restaurant yang khusus dibuka hanya pada malam hari. Menikmati makanan panas di waktu yang mendekati tengah malam ternyata tidak buruk untuk dilakukan.

"Makanlah. Kau terlihat sangat lelah".

Jisung tersenyum saat Hyunjin meletakkan semangkuk sop panas untuknya. "Terimakasih" ucapnya sebagai balasan.

IAM YOU Where stories live. Discover now