8

89 8 15
                                    

Jisung memasuki ruang kerja pribadinya seraya melepaskan dasi yang dikenakannya dengan kasar. Lagi, pertemuan bisnisnya yang tidak berjalan dengan baik menghadirkan kekesalan besar di dalam dirinya.

Pintu ruangan yang terbuka tidak dihiraukan oleh si pemuda Han. Melihat wajah Jisung, Minho tahu, jika CEO muda di hadapannya itu tengah dalam perasaan tidak baiknya.

"Jisung.....",

"Batalkan saja kerjasama dengannya!" Suara Jisung menyanggah dengan penuh ketajaman "sialan! Aku sangat membenci orang itu!".

Baiklah, Minho mengerti setiap pertemuan dengan perusahaan yang dipimpin oleh pemuda Lee itu selalu saja berhasil membuat kemarahan di dalam diri si pemuda Han. Bagaimana Lee Seoho memanfaatkan waktu hanya untuk menggoda seorang Jisung sangatlah terlihat menyebalkan.

Menghela nafasnya, Minho baru saja akan bersuara saat pintu ruangan Jisung begitu saja dibuka tanpa izin dari pemiliknya. Membuat si pemilik ruangan kembali mengerang kesal dibuatnya.

"Tuan Han" Seoho melangkah memasuki ruangan "kenapa lagi-lagi kau mengabaikanku? Bukankah dirimu sangat jahat karena terus melakukan itu?" Suaranya yang dibuat menyedihkan.

Mendengar itu, bukan hanya Jisung, bahkan Minho seakan mendapatkan rasa ingin muntahnya saat ini juga.

Melihat Seoho yang sudah mengambil duduk di hadapannya dengan menumpu wajahnya pada kedua tangan di atas meja, Jisung dibuat menegakkan duduknya. Menatap lurus namun penuh ketajaman pada pemuda yang berusia lebih tua di hadapannya.

"Apa lagi yang Tuan Lee inginkan? Pertemuan sudah selesai, dan anda bisa kembali sekarang" ucap Jisung dengan berusaha mengeluarkan suara baiknya.

Perkataan Jisung, membuat wajah tampan Seoho memperlihatkan kekesalannya. Hanya saja, wajah kesal itu terlihat lucu saat Seoho justru membulatkan kedua pipinya.

"Setidaknya, Jisung harus membawa Tuan Muda Lee ini untuk mendapatkan makan siang bersama" balas Seoho yang lagi-lagi menggunakan suara menyedihkannya.

Jisung memutar malas matanya, sungguh, jika bukan karena memikirkan hubungan keluarganya dengan pemuda di hadapannya ini, pemuda Han itu pasti sudah memberikan pukulan mematikannya sekarang.

Dan Minho, menyadari reaksi Jisung, dengan cepat memberikan tanggapannya. "Ehm, Tuan Lee, seperti ini..... Tuan Han saat ini memiliki kesibukkan yang sangat banyak. Tidak ada banyak waktu bahkan hanya untuk mendapatkan makannya. Jadi..... bukankah lebih baik jika Tuan Lee menikmati makan siang anda sendiri? Anda akan jatuh sakit jika terlambat mendapatkannya" ucapnya dengan sangat baik dan sedikit senyuman.

Mengangkat wajahnya, mata membulat Seoho yang cukup dramatis membuat Minho dan Jisung cukup terkejut.

"Apa Jisung tidak mendapat gizi yang baik? Ya ampun, itu tidak sehat untuk Jisung" suara Seoho lebih menyedihkan "kalau begitu, ayo, kita harus makan tepat waktu sekarang".

Dengan cepat, Seoho berdiri dari duduknya dan menarik tangan pemuda Han. Memaksa Jisung untuk mengikuti keinginannya. Hal yang membuat Jisung dan Minho lebih terkejut melihatnya.

"Tidak, tidak, tidak. Tuan Lee, anda tidak bisa melakukannya" Minho berusaha menghentikkan. Menahan tangan Jisung yang lainnya.

"Kenapa tidak? Aku ingin memperbaiki gizi Jisung ku" Seoho melawan dan kembali menarik tangan Jisung.

"Tuan Han bisa mendapatkan makannya disini" lagi, Minho menahannya.

"Jisung akan sakit jika makan terlambat. Biarkan aku membawanya".

"Aku akan segera membawakan makanannya".

"Aku yang akan memberikan makanannya".

"Anda tidak mengetahui kesukaaan Tuan Han".

"Aku mengetahui semua mengenai dirinya".

Mendapatkan kedua tangannya yang mulai terasa menyakitkan, Jisung yang sejak tadi hanya melihat dengan penuh kebingungan pada kedua pemuda yang tengah tarik menarik dirinya, pada akhirnya dibuat berteriak kesal.

"BERHENTI!".

Suara besar Jisung yang memenuhi ruangan, berhasil mengejutkan kedua pemuda yang terus saja memiliki konflik dengan perkataan yang tidak penting mereka.

Menghela nafasnya, Jisung memejamkan matanya sesaat sebelum melihat pada kedua pemuda Lee di hadapannya secara bergantian.

"Dengar..... aku tidak akan makan dengan Tuan Lee dan disini" suara Jisung baik namun dalam "jadi, bisakah kalian melepaskan tanganku? Seseorang telah menungguku sekarang".

Keduanya hanya berkedip tidak percaya mendengarnya.

...

Helaan nafas Felix terdengar setelah Psikiater berwajah tampan itu mendengar penjelasan dari pemuda Hwang di hadapannya.

"Jadi..... yang bertemu denganku saat itu adalah So Hyunjin dan bukan Tuan Hwang?" Felix memastikan.

Dengan cepat, Hyunjin berdeham dan menganggukkan kepalanya. Membuat Felix menjadi lebih yakin setelahnya.

Dokter Lee itu kembali diam dengan pemikirannya. Setelah melihat bagaimana penampilan dan intonasi berbicara pemuda Hwang di hadapannya, Felix tidak bisa untuk tidak mengakui jika itu benar terlihat sangat berbeda dengan pemuda yang bernama So Hyunjin.

Menghela nafasnya, Felix kembali berbicara. "Jadi, kapan Tuan Hwang ingin memulai perawatan?" Tanyanya memastikan.

... 

Dari balik kaca di lobi perusahaan, mata milik kedua pemuda itu melihat dengan tatapan berbeda makna ke arah mobil bernilai mahal yang baru saja melaju keluar dari halaman perusahaan.

Mendapatkan Jisung yang berada di dalam mobil itu telah menjauh, Seoho lebih memperlihatkan wajah kesalnya. Melipat kedua tangannya di depan dada dengan helaan nafas beratnya.

"Sejak kapan dia bersama dengan Bang sialan itu?!".

Mendengarnya, Minho yang tengah berdiri tepat di sebelah pemuda yang lebih tinggi darinya itu dibuat begitu saja mengalihkan wajahnya.

"Apa ada yang mengatakan padamu jika mereka bersama?" Tanyanya tidak mengerti.

"Tentu saja!" Seoho memekik "para anggotaku tidak mungkin salah memberi informasi!" Lanjutnya meyakinkan.

Perkataan Seoho, Minho tanpa sadar membulatkan matanya. "Jadi, kau memata-matai Tuan Han selama ini?!" Tebaknya dengan penuh kekesalan.

...

Lagi, dirinya berada di dalam ruangan yang sangat dibencinya. Ruangan berdinding hitam itu selalu berhasil menjebak diri Hyunjin bersama So Hyunjin di dalamnya. Dan Hyunjin sungguh membenci itu.

"Aku tidak percaya kau akan bertemu dengannya secepat itu".

Suara familiar milik seseorang yang sangat ingin dilenyapkannya cukup mengejutkan Hyunjin. Tidak jauh dari dirinya, So Hyunjin yang masih mengenakan pakaian berwarna sama duduk di atas sofa.

Itu adalah ruangan yang tidak berukuran besar, hanya dinding berwarna hitam dengan beberapa sofa putih. Membuat kedua pemuda berwajah sama itu dapat saling menatap dalam jarak yang sangat rinci.

"Siapa..... yang kau maksud?".

Mendengar balasan dari pemuda Hwang di hadapannya, So Hyunjin menyorot mata yang berbeda karakter di hadapannya dengan sangat dalam. Sedikit mengeluarkan seringainya saat menyadari lagi-lagi pemuda di hadapannya terlihat sangat bodoh.

Mengambil berdirinya, So Hyunjin melangkah mendekati Hyunjin dan duduk di sebelahnya. Membuat Hyunjin tanpa sadar menahan nafasnya saat mendapatkan raut wajah So Hyunjin yang terlihat tidak baik ke arahnya.

"Dengar, Hyunjin! Aku tidak akan menggunakan banyak kata denganmu!" Suara dingin So Hyunjin berbicara "jangan mendekati pemuda ku! Atau.....",

Tubuh Hyunjin seakan membeku saat mendapatkan So Hyunjin yang mendekatkan wajahnya pada pendengarannya, berbicara dengan berbisik namun berintonasi sangat tajam.

"Kau akan tahu bagaimana aku menyakiti milikmu!".

..................................................................................

* huruf yang bercetak miring menceritakan di dunia bawah sadar ( mimpi ).

IAM YOU Where stories live. Discover now