3

116 15 6
                                    

Loc, Italia

"Kau ingin aku menjemputmu?".

"Tidak, Jisung. Akan ada supir yang melakukannya".

"Ehm, baiklah. Sudah larut malam disini. Jadi, aku akan menutup teleponnya. Sampai bertemu".

"Ya, baiklah. Sampai bertemu".

Hyunjin menutup ponsel pintar miliknya dan menyimpannya pada saku celananya. Memejamkan matanya sesaat untuk menetralkan dirinya. Pemikiran pemuda Hwang itu terus dipenuhi dengan banyaknya permainan yang sangat takut untuk dimainkan olehnya.

"Tuan Muda. Minumlah kopi ini".

Mendengar suara Changbin, Hyunjin membuka matanya. Mengambil segelas kopi hangat yang baru saja dibeli oleh pemuda Seo itu dengan senyuman dan ucapan terimakasih.

"Berapa lama lagi?" Hyunjin bertanya saat Changbin mengambil duduknya.

Melihat jam digital pada tangannya, Changbin menjawab, "masih ada tiga puluh menit lagi sebelum keberangkatan".

Menghela nafasnya, Hyunjin meminum pelan kopinya. Saat ini, kedua pemuda itu tengah berada di ruang tunggu untuk melakukan penerbangan. Dan sejak saat itu, pemuda Hwang telah mendapatkan perasaan takut yang mengalir sangat cepat di dalam dirinya.

Melihat wajah Hyunjin, Changbin mengerti dengan baik bagaimana Tuan Mudanya itu. Dengan lembut, pemuda Seo itu menyentuh tangan Hyunjin untuk menenangkan dirinya.

"Percayalah, semuanya akan baik-baik saja" ucapnya dengan senyuman.

...

Loc, Seoul

Helaan nafasnya yang terasa sangat berat memenuhi kamar itu. Mata Jisung menatap langit malam dari balik jendela apartemen dengan tatapan kosongnya. Bahkan pintu kamar mandi yang terbuka tidak mengusik pemuda Han itu dari pemikirannya.

"Ada apa? Kau terlihat tidak baik-baik saja sejak tadi".

Suara dalam Bangchan dan pelukkan pada tubuhnya cukup membuat Jisung terusik. Lagi, helaan nafasnya memenuhi kamar milik pemuda Bang itu.

"Hyunjin akan kembali" jawabnya.

Mendengar itu, gerakkan Bangchan yang tengah mencium leher beraroma yang disukainya reflek dibuat berhenti. Matanya melihat ke arah bayangan Jisung yang terpantul dari dalam kaca di depan mereka.

"Tiba-tiba saja?" Tanya Bangchan.

Memutar tubuhnya, gerakkan Jisung memaksa pelukkan Bangchan terlepas. Manik kecoklatan miliknya menatap pemuda Bang itu dengan sorotan dalamnya.

"Tuan Hwang mempercepat pernikahan kami".

Baiklah, perkataan Jisung adalah salah satu hal yang sangat tidak ingin didengar oleh Bangchan. Hal yang tanpa sadar mengeratkan cengkraman pada kedua tangan pemuda Bang itu.

Tidak mendapatkan perkataan dari pemuda yang berusia lebih tua darinya, Jisung begitu saja mengambil langkahnya. Pemuda Han itu baru saja akan menaiki tempat tidur saat suara Bangchan yang terdengar menghentikan pergerakannya.

"Apa kau mencintainya, Jisung?".

Tubuh Jisung membeku. Ribuan anak panah seakan menembak hatinya. Ada banyak perasaan sakit juga kebingungan yang memenuhi isi kepalanya saat mendapatkan pertanyaan itu.

Dan Chan, mendapatkan Jisung yang terdiam pada berdirinya, mengambil langkah untuk mendekat. Membawa tubuh yang berukuran lebih kecil darinya itu untuk berahli ke arahnya.

"Katakan, apa kau mencintainya, Jisung?" Lagi, Chan bertanya dengan suara sangat dalamnya.

Jisung masih diam. Netra miliknya hanya menyusuri manik gelap di hadapannya. Pemuda di hadapannya adalah Chan. Seseorang yang menghabiskan waktu bersamanya lebih lama daripada si pemuda Hwang.

IAM YOU Where stories live. Discover now