18

88 13 37
                                    

Bel apartemennya yang berbunyi membuat Bangchan yang tengah berada di dapur dengan cepat melangkah menuju pintu. Pikirannya bertanya akan siapa tamunya di malam hari itu.

"Jisung?".

Pintu apartemen yang terbuka dengan cepat menampilkan siluet pemuda Han. Bangchan memperlihatkan keterkejutannya saat mendapatkan penampilan pemuda bersurai kecoklatan itu yang terlihat cukup berantakan.

Mengetahui jika Jisung tengah berada di bawah pengaruh alkohol, Bangchan dengan cepat bergerak untuk membawa tubuh itu memasuki apartemennya. Dan Jisung tidak menolak karena rasa pusing yang telah menyerang kepalanya.

"Duduklah. Aku akan mengambil air untukmu".

"Tidak. Tetaplah disini".

Bangchan baru saja akan melangkah saat tangan Jisung menghentikan dirinya. Perkataan pemuda Han itu membuat Bangchan pada akhirnya bergerak untuk mengambil duduknya. Membuat Jisung yang melihatnya dengan cepat memeluk tubuh yang berukuran lebih besar darinya itu.

Meski keduanya memiliki konflik, tetapi, tangan Bangchan tetap bergerak untuk membawa Jisung lebih memasuki pelukkannya. Bangchan tahu, Jisung pasti tengah di dalam perasaan tidak baiknya saat ini.

Jadi, membiarkan pemuda Han itu mendapatkan ketenangannya adalah hal yang harus pemuda Bang itu lakukan.

...

"Apa kau yakin?" Changbin memberikan pertanyannya "Tuan Hwang pasti akan menjadi lebih marah jika kau benar-benar membatalkannya".

Mendengarnya, Hyunjin tidak segera memberikan jawaban. Pikirannya justru kembali mengingat saat dirinya berbicara dengan pemuda Han itu. Dan Hyunjin tahu, Jisung benar-benar tidak menginginkan hal ini.

"Hyunjin?" Suara Changbin yang kembali terdengar berhasil menarik perhatian si pemuda Hwang "apa tidak sebaiknya kau berusaha untuk lebih dekat dengannya terlebih dahulu? Mungkin saja itu akan bisa merubah pikirannya".

Perkataan Changbin lagi-lagi membuat pemikiran Hyunjin bermain. Pemuda Hwang itu dengan mudah mengerti makna dari perkataan itu. Changbin benar, dirinya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah membawa Jisung untuk bermain bersama dengannya. Itu hanya sebatas pertemuan untuk menikmati makanan di sebuah restaurant. Dan mereka juga tidak saling berbagi pesan.

Terdengar sangat monoton, tetapi, itulah yang benar-benar terjadi.

...

Meski dengan sedikit kasar, tetapi, Minho tetaplah bersikap baik dengan memberikan minuman hangat buatannya untuk pemuda yang menurutnya sangatlah menyebalkan.

"Hanya minuman? Apa tidak ada makanan manis di apartemen sebesar ini?".

Baiklah, jika saja pemuda Lee itu tidak mengerti dengan hukum dalam tindakan kriminal, dirinya pasti sudah menggunakan benda apapun untuk menghajar pemuda yang adalah sepupunya itu.

"Sangat baik karena aku masih membuatkan minuman untukmu!" Ucapnya tidak bersahabat.

Mendengar itu, Seoho dibuat berdecak. "Kau ini, kenapa sangat kejam pada sepupu tampanmu?" Ucapnya yang berpura-pura miris.

Tidak ingin melanjutkan perkataan bodoh dari pemuda di hadapannya, Minho begitu saja memberikan pertanyaannya.

"Jadi, apa yang membawamu pagi-pagi seperti ini mendatangi apartemenku?! Aku tidak berfikir jika kau masih mengingat arah untuk kesini!".

Perkataan tidak bersahabat Minho lagi-lagi membuat Seoho merasa miris. Tetapi, pemuda Lee itu juga tidak ingin mempermasalahkannya. Ya, sejak kecil dirinya telah tidak akrab dengan sepupunya itu. Keduanya selalu saja memiliki konflik yang sangatlah tidak penting. Tetapi anehnya, keduanya tetap saja berada di dalam lingkup yang sama.

Sejak memasuki taman sekolah hingga perguruan tinggi, keduanya tetap berada di tempat pendidikan yang sama. Bahkan dalam hal pekerjaan pun keduanya tetap saling berhadapan. Hal yang membuat konflik diantara keduanya seakan menjadi konflik biasa yang sudahlah tidak dipermasalahkan lagi.

Membenarkan posisi duduknya, Seoho yang tiba-tiba saja memberikan senyuman di wajah tampannya cukup membuat Minho terkejut. Jika sudah seperti ini, Minho yakin akan ada hal tidak masuk akal yang pasti akan memberatkan dirinya.

"Sebenarnya, aku datang untuk hal yang sangat penting" Seoho berkata dengan senyuman "itu mengenai, hal apa saja yang sangat disukai Jisung?" Lanjutnya "ya, kau tahu, aku akan mendekati dirinya, itu berarti, aku harus mengetahui apa saja yang disukai olehnya. Jadi, ayo katakan apa saja yang bisa membuatnya merasa senang".

Wajah Minho dengan jelas lebih memperlihatkan kekesalannya setelah mendengar perkataan bodoh dari Seoho. Bukankah sudah dikatakan jika pemuda Lee yang bertubuh lebih tinggi darinya dengan usia yang sama itu adalah pemuda yang sangatlah tidak masuk akal? Dan lihat, Seoho benar-benar memberikan pertanyaan yang menurut Minho tidak lah penting untuk diberikan jawaban.

"Kenapa kau hanya diam? Ayo cepat katakan. Aku sudah siap untuk menulis semuanya".

Seoho yang kembali berbicara dan dengan sebuah pulpen juga buku kecil di tangannya sungguh membuat Minho seakan kehilangan pemikirannya.

...

Tidak tahu berapa lama waktu yang telah dihabiskan oleh Hyunjin untuk berada di tempat permainan ini. Dirinya bahkan telah menghubungi Jisung dalam jumlah yang banyak, tetapi, pemuda yang berusia lebih muda darinya itu tidak menjawab panggilannya.

Menghela nafasnya, tangan Hyunjin kembali terangkat mengarahkan jam yang ada di pergelangan tangannya untuk dilihat. Ini sudah sangat lama, waktu bahkan sudah melewati siang hari, dan pemuda yang ditunggunya masih saja belum memperlihatkan dirinya.

Pemikiran si pemuda Hwang telah bermain dengan banyaknya tebakkan, hanya saja, Hyunjin tidak ingin mendapatkan jawabannya. Tidak, dirinya tidak ingin berfikir hal tidak baik mengenai pemuda yang memenangkan hatinya itu.

...

"Ba..... bagaimana?".

Jisung dan Nyonya Han begitu saja mendekati dokter pribadi keluarganya saat dokter pria itu keluar dari ruang perawatan sang Appa.

Menghela nafasnya, sang dokter berbicara dengan suara yang sangat baik. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tuan Han hanya mendapatkan serangan tiba-tiba hingga menganggu pernafasannya. Tetapi, itu sudah stabil saat ini. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan".

Mendengarnya, Jisung dan Nyonya Han menghela nafas lega mereka. Setelah sang dokter pergi, Jisung akan melangkah untuk memasuki ruang perawatan, hanya saja, tangan sang Eomma yang menahannya membuat langkah pemuda Han itu berhenti.

"Apa yang kau pikirkan?!" Suara sang Eomma terdengar marah "setelah semua yang kau lakukan, kau masih ingin melihat Appamu?!".

"Eomma, apa yang kau katakan?" Bingungnya.

"Kau masih berani memberikan pertanyaan?! Jika saja kau lebih mematuhi ku dan tidak melakukan kebodohan dengan mengatakan itu hingga membuat marah Tuan Hwang, semua ini tidak akan terjadi! Appamu pasti akan baik-baik saja saat ini! Kenapa kau selalu saja membawa masalah!".

Mata Jisung membulat dengan penuh keterkejutan saat mendengar perkataan sang Eomma. Sungguh, dirinya tidak mendapatkan kepengertiannya dengan makna dari perkataan yang baru saja didengarnya itu.

Mendengar nama Tuan Hwang, pemikiran Jisung justru mendapatkan kebingungannya yang menjadi lebih besar.

"Kenapa..... Eomma menyebut nama Tuan Hwang?".

IAM YOU Where stories live. Discover now