Selalu Di Uji

97.8K 3.3K 58
                                    

Autor pov

Ali tak mampu lagi untuk menyelamatkanya. Ia di haruskan memilih di antara mereka berdua. Dia bingung mereka berdua sangat berarti baginya. Prily dan bayinya dua manusia yang mempunyai arti penting dalam hidupnya. Meski belum lahir ke dunia ini, meski belum hadir di antara mereka berdua, tapi bayi itu sangat amat di nantikan oleh mereka.

Haruskah aku memilih, bisakah untuk memilih kedua nya dari mereka? Mengapa harus satu? Ali bertanya tanya dalam hatinya kala itu. Namun tidak ada pilihan lagi. Maka dengan berat hati ia memilih prily untuk tetap hidup dan membiarkan bayinya keluar dari perut prily.  Kejadian itu sangat amat memukul hati dan perasaan. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, prily menjadi sangat pendiam dia lebih sering menghabiskan malamnya dengan menangis. Bukan tak tahu, tapi ali tak mampu melakukan apa2 lagi. Semua sudah terjadi, kehendak tuhan tak bisa di cegah. Dia juga merasakan hal yang sama. Tapi jika terus terkubung dalam kesakitan itu hidup kita tidak akan maju, hadapilah apa yang ada di depanmu sekarang, jangan sekali kali melihat kebelakang. Hidup itu maju  bukan terus melihay apa yang sudah terjadi.

Ali menghampiri prily, setahun belakangan ini prily lebih suka berada di taman belakang, melihat bunga bunga Yang sedang bermekaran..

" sayang masuk yuk, udara sangat dingin. Kamu bisa sakit jika terus menerus di luar" ajak ali, prily hanya tersenyum, senyum yang membuat hati ali menangis. Senyum pilu yang sering kali prily tunjukin padanya.

Ini semua ulah marko, kalau saja saat itu dia tidak mencuci otak prily dengan pernyataanya. Mungkin ali bisa terus melihat senyum bahagia,senyum yang sudah membuatnya gila.

Prily menuruti ajakan suaminya. Udara memang sangat dingin malam ini,tapi lebih dingin hatinya. Ia merasa kehilangan separuh jiwanya, hidup serasa tak hidup. Ia harus bangkit, membalaskan dendamnya pada marko. Karna dia lah prily harus kehilangan bayinya. Karna dia juga lah adam mendiagnosis bahwa untuk jangka yang tidak bisa di tentukkan dirinya tak bisa lagi mengandung. Stres yang di alaminya membuat kandunganya lemah. Obat yang adam berikanpun mengandung dosis yang tinggi. Sehingga mau tak mau janin yang sepenuhnya belum terbentuk itu harus segera di angkat. Jika tidak nyawa nya sendiri yang akan melayang. Prily tak menyalahkan suaminya ali yang lebih mempertahankan dirinya. Prily justru salut dengan ketegaran dan ke tabahan suaminya. Mungkin cinta mereka tak kan berjalan mulus. Selalu ada batu sandungan yang menghalangi mereka.

" emmm li, boleh kah aku minta sesuatu darimu" tanya prily tiba2. Ali yang baru saja ingin melepas baju kantornya seketika mengalihkan pandanganya. Permintaan apa yang di maksud prily. Kenapa sebegitu formalnya ia berkata.

" apa? Jika aku bisa mengabulkan permintaan kamu, maka sekarang juga aku bisa mengabulkanya. Apa pun akan aku lakukan untukmu. Kebahagiaan mu adalah kebahagiaanku juga " ucap ali serius. Ia memang akan melakukan apa saja untuk membahagiakan prily. Mengembalikan senyum yang pernah hilang.

Prily menimang nimang, ia harus melakukan ini. Ia tidak mau orang yang sudah membuatnya menderita,merasakan sakit yang luar biasa itu bebas berkeliaran di luar. Prily memang melarang martin dan edrik untuk menangkap marko. Karna tiba saatnya nanti dirinya lah yang akan membuat marko menderita, merasakan apa yang pernah ia rasakan.

" ada apa sayang, kenapa ragu. Katakan saja" tuntut ali. Prily menghampiri ali,membuang jarak di antara mereka berdua. Memeluknya erat, menyampaikan betapa ia sangat beruntung memiliki suami seperti ali. Di saat ia rapuh ali lah yang selalu ada di sampingnya. Merawatnya hingga ia benar2 sembuh. Prily percaya ali adalah lelaki yang tepat untuknya. Cintanya tak pernah sedikit berkurang untuknya. Janji suci yang di ucap kan ali kala itu ia buktikan. Ada di saat suka,duka,susah dan senang. Ya ali selalu ada untuknya.

" Aku berniat kembali masuk FBI lagi. Martin mengatakan jika mereka membutuhkanku di sana" ucap prily lancar. Berharap suaminya akan mengizinkanya. Sudah cukup ia menutup diri selama ini, kini saatnya dia kembali. Satu tahun dia hanya berdiam diri tanpa melakukan apa2. Hanya menangis dan hidupnya bagai zombie.

Gadis BrandalanWhere stories live. Discover now