this is my boy

93.7K 3.1K 108
                                    


AUTOR POV

Kesabaran prily kembali lg di uji. Bagaimana tidak setelah wanita yg bernama olivia itu menggoda suaminya secara terang terangan. Kini ia harus menghadapi tatapan para wanita yg begitu memuja ke 4 lelaki yg sedari tadi bersamanya. Mereka dengan tidak tau dirinya mencari perhatian dari para lelakinya. Terutama ali suaminya, ia seolah telah di targetkan untuk menjadi mangsanya.

" hufffff" prily mendengus kesal, kenapa harus ali suaminya yg selalu menjadi target para wanita. Bukankan edrik,martin serta leo juga memiliki paras yg rupawan. Apa perlu prily memberi lebel bahwa ali adalah miliknya.

Leo yg mengerti suasana hati prily hanya bisa tersenyum geli. Sejak mereka memasuki cafe, tatapan para wanita langsung tertuju pada ali. Mereka dengan jelas memasang wajah menuja pada seorang ceo muda dengan kharisma yg memang tidak diragukan lg oleh siapa pun. Leo heran kenapa pesona nya kalah oleh ali bahkan dua sohib itu pun lewat begitu saja.

" aku mau pindah cafe aja,, di sini terlalu banyak wanita. Aku sebel" ucap prily. Ali menatap sekeliling disini memang di dominasi oleh para wanita. Tapi apa yg salah, cafe ini bebas untuk siapa saja. Kenapa istrinya tampak kesal.

" kau benar princes, disini terlalu berbahaya untuk mu dan juga kami" timpal leo.

" maksudnya" ucap martin dan edrik dengan gaya paduan suaranya. Leo menoyor kedua kepala mereka berdua secara bergantian. Tidak ali tidak dua sohib itu, mereka memiliki otok yg kurang. Apa mereka tidak sadar kalau sedari td para wanita itu menatap ali dengan lapar. Apa mereka juga tidak sadar jika prily sudah mengeluarkan setengah tanduknya. Dasar tidak peka, wajah boleh tampan tapi otak mereka kurang.

" ya sayang kenapa, bukankah makanan di sini itu semua kesukaan km. " jelas ali . prily mendengus kesal, sepertinya kepala suaminya itu sudah terkena virus wanita td. Belum sadar juga rupanya batin prily.

" ya tapi apa kalian bertiga buta haaa,,, sejak td para wanita itu menatap suami ku. Atau perlu aku congkel mata kalian biar sadar" geram prily.

" oh" jawaban edrik membuat darah prily semakin naik.

" biarkan saja lah sayang. Toh mereka hanya melihat saja, nanti juga cape sendiri tu mata" balas ali tenang. Selagi mereka tidak mengganggu tidak masalah bukan. Pikir ali.

Leo mengusap punggung prily dengan lembut, menenangkan amarahnya yg siap meledak kapan saja. Leo tidak mau mengambil resiko jika prily akan berbuat sesuatu. Kejadian td saja masih sangat terngiang di kepala nya.

" baik lah! Paman boleh kah aku duduk di dekat paman" pinta prily yg langsung mendapat tatapan tidak suka dari ali. Ia tidak akan membiarkan istrinya duduk bersebelahan dengan leo.

" tidak,, kamu tetap di sini di sebelah aku" perintah ali.

" hey boy,, what happen? Biarkan saja istri mu duduk di sebelah leo! Mungkin prily sudah bosan denganmu" edrik mulai mengeluarkan sifat jahilnya. Martin yg tahu arah dari godaan itu pun langsung menimpalinya yg membuat ali semakin kesal.

" kau benar bung,, seperti nya prily lebih membutuhkan lelaki yg peka terhadap sekitarnya. Bukan lelaki idiot seperti dia,,haaaaaaaaaaa" martin berucap sambil tertawa terbahak bahak. Kapan2 lg dia berkesempatan untuk mengatai ali. Ini adalah kesempatan emas untuk membuat ali seperti kebakaran jenggot.

" teriii.... Aku tidak idiot bodoh. Aku jenius. Dan aku tidak butuh pendapat kalian. Heyyyyyy" teriak ali saat edrik dan martin menyeret ali ke atas panggung cafe itu. Cafe yg sebenarnya milik keluarga martin. Hanya saja ali tidak tahu saja.. Dia memang bodoh kan.

" apa yg kalian lakukan." berontak ali. Edrik dan martin tidak memperdulikan pemberontakaan ali, mereka berdua terus menyeret ali hingga sampai di atas panggung. Para pengunjung menatap geli sekaligus bingung ke arah mereka bertiga. Prily dan leo pun saling terpandang an penuh tanya. Entah ide gila apa yg akan edrik dan martin lakukan, karena hanya mereka yg tahu apa yg akan mereka perbuat. Lebih tepatnya edrik sih.

Gadis BrandalanWhere stories live. Discover now