- 23

1.3K 201 85
                                    

Pak Amato, dengan segenggam wisteria yang diikat oleh pita organza warna merah, dicegat oleh papi di ambang pintu kamarku.

"Pian, dia menyebut nama Boboiboy." Ujar Pak Amato. "Tolong izinkan aku masuk dan bertanya lebih lanjut pada (Nama)."

Papa menurunkan bahu, "Maaf, Amato. Putriku membutuhkan pemulihan. Dia hanya meracau kemarin. Kupikir karena (Nama) terkena banyak tekanan."

Pak Amato lalu memerhatikanku dari kejauhan, lalu ia menyapaku dengan senyuman. Aku membalas senyumnya karena dia atasanku. Pak Amato lalu menunduk dan menyerah, "Tolong berikan ini pada putrimu."

Dia menyerahkan buket bunganya, lalu pamit undur diri.

Shielda yang duduk di samping ranjangku lantas berbisik, "Memangnya si Boboiboy itu betulan masih hidup?"

Aku menatapnya malas, "Kamu pikir aku bertemu hantu?"

Papi menghampiriku, meletakkan buket bunga pemberian Amato di nakas.

"Kamu kemana saja selama sebulan ini, Nak?" Papi duduk di samping Shielda, dan mulai mewawancarai aku ketika aku terlihat baikan.

Mataku berkaca-kaca, ada terlalu banyak hal yang ingin kuadukan pada papi. Namun sebelum aku mengisahkan dongengku, aku ingin susu yang dibuatkan Shielda. Papi merampok segelas susu vanilla itu—seakan papi membaca isi pikiranku—dan mengasongkannya padaku,

"I was just going to go get it." Aku mengulum senyum. Sudah lama tidak dimanja papi. "Jadi gini, pi ... Komander Kokoci menipuku."

"Aku tahu apa rencana Kokoci; mengirimkan kamu untuk kalah, supaya kamu bisa rendah hati. Bodohnya, aku mengiyakannya. Aku minta maaf, (Nama). Aku malah nyaris kehilangan putriku." Papi mengaku.

Kehilanganku. Kehilangan aset paling berharga milik Pian Group. Aku lalu cemberut dan melanjutkan, "Kapal ruang angkasaku dilempar ke Rimbara. I almost died. And I met a mysterious man. He's ... really something. Dia itu Boboiboy, pi. Tapi dia hilang ingatan."

"Yang benar? Boboiboy sudah mati. Jangan melantur." Papi menolak percaya.

"He lives, he breathes, he walks well." Aku bersungut-sungut. "He lost Voltra, Beliung, Crystal, Nova, Blizzard, Balak, and that one Gamma. Dia marah karena aku ngerusakin lahan hutannya. He told me to clean up the mess I had made cuz of my spaceship crash."

Aku mengibas-ngibaskan tanganku, seolah aku menahan air mataku—aku melebih-lebihkan gestur tubuhku agar aku dikasihani. "Boboiboy nyuruh ai beresin bidang tanah itu manual pake a freakin' shovel tua karatan! Padahal slavery was outlawed, pi. Semua yang ada di planet itu juga scientifc back-slapping. Ada tumbuhan tumbuh dalam semalam saja, lah. Ada angin topan bercampur badai halilintar, lah. Ketika aku cari tahu, all of that comes from—"

"(Nama), kamu capek." Papi memotong. "Mungkin karena kamu capek, kamu jadi ling lung."

"You don't believe me?" Aku tergugu. "Papi jahat ..."

Aku menangis dengan dramatis. Air mataku membludak keluar. Tangisku begitu sensasional, menghebohkan, dan fantastis, sampai tindakanku ini menghebohkan Shielda dan papi. Papi lantas memelukku, mengelus kepalaku, dan menepuk-nepuk punggungku. Diperlakukan manis malah menjadikan aku terenyuh, hingga aku menangis lebih pilu, dan kini justru tambah tersedu-sedu.

"(Nama), sayang," Papi mengusap punggungku, "Kamu istirahat, ya. Nanti bilang saja kalau butuh apa-apa."

Papi melepaskan pelukannya. Aku manyun dibuatnya. Aku menggerungkan tangisku sampai ke gigi maksimal sambil menancap pedal gas.

Boboiboy x Reader | SuperheroWhere stories live. Discover now