- 24

1.3K 211 133
                                    

"A-aku tidak mau!" Aku melipat tangan diatas dada, dan membuang pandanganku ke sembarang arah. "Aku hanya akan berjaga di kawasan H-II. Kamu saja yang pergi di Rimbara."

Daerah ini ialah tempat kelahiran bintang-bintang. Tempat lahirnya berbagai Nebula. Awan molekul yang luas luluh-lantak dibawah gravitasinya sendiri sebab supernova-supernova di sekelilingnya. Awannya lekas terfragmentasi dan menghasilkan ratusan bintang. Bintang-bintang itu mengionisasi gas di sekitarnya, menimbulkan emisi. Emisi, secara fisika kuantum, dapat memperkuat ketahanan Nebula. Bertarung dengan Nebula di lokasi terbaiknya ialah probabilitas paling buruk bagi kami, garnisiun pelindung galaksi. Makanya aku perlu mengisolasi daerah ini.

Kaizo menggemeretakkan giginya, "Kamu diberikan porsi ditugaskan di Rimbara. Mengapa ingin bertukar denganku? Bukannya ada Boboiboy disana?"

Aku mengusap wajahku, layaknya orang lelah pada umumnya, "Disitulah letak masalahnya. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi!"

"Apa? Masalah rumah tangga? Jangan bawa-bawa masalah rumah tangga ke ranah pekerjaan, (Nama)!" Kaizo marah-marah. "Perlu seseorang dengan mobiliti tinggi seperti kamu untuk mengevakuasi warga jamur dan mengamankan troposfer mereka dari aerosol berefek toksik milik Nebula!"

Aku meletakkan tanganku di dagu Kaizo, membawa wajahnya menoleh pada kaca jendela pesawat induk ini. Kami berdua mewajahi langit luar angkasa dibalik jendela. Selubung gas terlontar dari katai putih menunjukkan struktur kompleks dan membingungkan. Cometary knots itu memperlihatkan gelombang warna biru-hijau yang tereksitasi oleh gelombang kejut, membentuk ombakan-ombakan mengerikan serupa black hole. Dan ia dikelilingi kerucut gas bertumpuk-tumpuk. Secara sederhana, penampilannya terlihat bak sebuah mata bertabur gugusan bintang Monoceros.

"Itu helix. Aku bisa membunuh Nebula dengan gamma dan menguburnya di tempat ia terbentuk. Meledakkannya bersama awan kedap cahaya." Aku menjelaskan, berkelit bermodalkan seribu satu pembelaan.

"Kamu? Gamma?" Kaizo tampak tak yakin. "Jangan mengada-ada. Kamu akan mati."

Aku mengatur napas, "dan aku siap untuk itu."

Kaizo terhenyak. Membunuh Nebula berarti meredupkan cahaya bintang sekitar satu magnitudo setiap satu kiloparsek. Benda yang dapat mencapai rumus itu hanya gamma, dan Nebula gelap itu sendiri.

"Aku tidak suka akan kesombonganmu." Kaizo nyeletuk. Aku melongo. Bukankah pengakuanku barusan seharfiahnya cukup untuk meluluhkannya dan menjadikannya menghormatiku?

"Tapi aku selalu mengaggumimu." Kaizo mengulas senyum. "Kamu dapat diandalkan. Bahkan lebih dapat diandalkan dari Boboiboy."

Rahang bawahku jatuh. Aku membelalak. Napas, otot, dan aliran darahku membeku seketika. Aku mematung sambil mencerna keadaan. Itu bukan pujian biasa. Itu pujian korelatif dengan Boboiboy dimana aku dimenangkan dalam narasinya Kaizo.

"What did you just say?" Aku memincingkan mata sambil memperbaiki raut wajahku.

"Ck," Ia membalikkan badan.

Aku menarik senyum, dan mengekorinya menuju kokpit, "Gosh, kamu affectionate juga, ya. Andai dulu you udah kayak gini. Kita pasti udah nikah sejak lama!"

"Jangan banyak bicara. Sana pergi ke Rimbara!" Kaizo menyembunyikan wajah tersipunya dengan mengusirku.

"Hah?!" Aku menyentak. "Tidak mau!"

"Kamu mau Boboiboy mati karena Nebula? Lalu kamu jadi janda?" Kaizo mengancam.

"Kan, ada kamu, Kapten. Pergilah kesana sedangkan aku berjaga disini!" Aku balik mengusir.

"Tidak!"

"Ya."

"Tidak." Kaizo memijit pelipis. "Pergilah, Laksamana (Nama). Sebelum kulaporkan kamu ke papimu."

Boboiboy x Reader | SuperheroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang