7. Pertunjukan Drama

18 10 2
                                    

Gagak putih itu menggeliat kesakitan. Lehernya terputar terbalik, begitu juga dengan sayapnya yang bengkok dan mengeluarkan darah. Saat aku memfokuskan penglihatan ku, aku melihat jiwa miliknya yang berwarna ungu.

"Mengerikan! I-itu myling?!" Pekik ku.

"Benar. Kau tadi bertanya apa itu myling kan? Myling adalah monster yang bersembunyi di hutan terlarang, mereka tercipta karena hasrat buruk, dendam, kemarahan dari orang-orang yang telah mati. Seharusnya mereka tidak bisa keluar dari hutan itu, tetapi karena aku melemah, terkadang tembok sihir yang ku pasang berlubang sehingga membuat para myling sempurna seperti ini berhasil kabur, keluar dari hutan." Jelasnya lalu menginjak gagak itu dengan sepatu kulit hitam miliknya tanpa perasaan.

Crak!!

"Kkiiieekkk!!!" Gagak putih itu menjerit, suaranya begitu memekakkan telinga. Tidak lama kemudian teriakan gagak itu melemah, jasadnya berubah menjadi lendir hitam yang menjijikkan.

"Ck!Merepotkan!" Keluhnya lalu kembali duduk ke sofa. "Kau mau terus memandangi lendir menjijikan itu?" Tanya nya sambil menuangkan teh ke gelas miliknya.

"Tidak. Aku masih memiliki sangat banyak sekali pertanyaan! Sampai-sampai aku bingung mau mulai darimana." Jawabku sambil berjalan, lalu duduk berhadapan dengannya.

"Oh. Lalu apa pertanyaanmu?" Tanya nya sambil menuangkan teh di gelas lainnya. "pertama-tama minumlah dahulu, dan juga kuambil kembali penglihatan itu."

Ctik!!

Aku tidak merasakan apa-apa saat penglihatan itu diambil kembali. Aku terlalu syok dan lelah dengan perubahan hidupku hanya dalam waktu satu malam. Mulai dari perasaanku yang biasa saja padahal orang yang ku sayangi baru saja meninggal. Fakta bahwa kehidupan ku adalah skenario yang dibuat oleh mereka yang tidak kuketahui untuk sebuah ritual, sehingga hidupku berakhir menjadi buruan bagi mereka. Dan terakhir aku tinggal bersama pesulap yang selalu dipuja orang-orang, tetapi pesulap di hadapanku ini masih abu-abu. Aku tidak tau niatnya terhadapku.

"Kenapa kau menolongku?" Tanyaku dengan tegas.

"Wow. Pertanyaan tidak terduga muncul! Paling tidak seharusnya kau mengucapkan terimakasih terlebih dahulu. Bukankah aku sudah menyelamatkan hidupmu dari pak tua itu?" Katanya panjang lebar sambil tersenyum sinis.
Lalu ia menyeruput cangkir teh yang dibawa, dimana padangan matanya masih mengarah kepadaku.

"Baiklah. Baiklah. Terimakasih Tuan Raven yang terhormat! Terimakasih karena Anda sudah menyelamatkan hidup saya dari bahaya. Bagiamana? Sudah puas?!" Jawabku kesal.

Dia hanya tertawa lalu mengalihkan perhatiannya ke arah jendela yang berlubang itu. Tiba-tiba pandangan matanya menjadi tajam dan tegang.

"Sialan! Tidak bisakah aku hidup tenang sehari saja!" Keluhnya lalu meletakkan cangkir teh yang dibawanya.

"10 menit! Aku beri kau waktu 10 menit untuk membersihkan diri! Kalau kau tidak selesai dalam waktu 10 menit, maka kau akan aku tinggal. Kau tau kan? Bahkan bersembunyi disini tidak aman. Selain para tetua yang mengejar mu, para myling juga tertarik dengan jiwamu yang selalu bercahaya itu. Pakaianmu akan dibawakan River." Perintahnya seenaknya.

"Apa! Kenapa jadi mengatur seenaknya?!" Jawabku tidak terima.

Raven hanya melirikku tajam lalu beranjak pergi keluar kamar. Aku tidak bisa berkata-kata melihat tingkah menyebalkannya. Tidak berapa lama pintu kamar terbuka, River datang sambil membawa tas pakaian milikku yang ku tinggalkan di hotel.

"Makasih Tuan River!" Kataku sambil tersenyum.

Seperti biasa kucing itu hanya diam lalu keluar kamar. Aku sudah terbiasa dengan sikap cuek dan menyebalkan seperti Tuan nya itu. Perbedaan mereka berdua hanyalah River sangat menggemaskan sehingga aku tidak bisa marah walau sikapnya seperti itu.

 The Magician's Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang