17. Karnaval (6)

13 7 3
                                    

"Wah! Taman hiburan ini kembali semula? Seolah tidak terjadi apa-apa!" Kataku kagum saat melihat suasana karnaval.

Tenda-tenda yang tadinya hancur dan terbakar sudah kembali normal, walaupun masih ada beberapa puing yang berserakan dijalanan. Aku juga melihat ada beberapa orang yang terluka datang ke karnaval itu. Saat aku berjalan lebih dalam ternyata bianglala megah itu hancur, sehingga tidak dapat beroperasi. Aku cukup sedih melihatnya, padahal aku ingin merasakan naik bianglala sambil melihat laut.

"Bagaimana bisa orang-orang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Manipulasi pikiran kah?" Tanyaku kepada Tuan Star.

"Benar nona manis. Griffin memanipulasi pikiran orang-orang seolah kejadian tadi disebabkan oleh bencana alam. Tetapi dia juga membuat warga kota berpikir untuk tetap mengadakan karnaval."

Aku mengangguk paham, lalu lanjut melihat-lihat.Suasana karnaval tidak seramai bayangan ku, mungkin karena kekacauan tadi. Dari arah depan muncul Raven yang telah memakai kostum yang diberikan Griffin. Ia mengenakan kemeja putih bergaya vintage yang memiliki lengan balon dengan rumbai di pergelangan tangan dan dibagian dada. Rambutnya juga kembali ikal panjang sebahu, mungkin untuk mencocokan kostum yang dipakai.

"Bukankah aku bilang untuk menunggu ku berganti pakaian?" Kata Raven kesal.

"Maaf.Tapi tadi Griffin berkata kalau keadaan karnaval sementara aman, dan tidak masalah jika aku jalan-jalan ditemani Tuan Star." Kataku panjang lebar lalu berjalan melewatinya.

"Ck! Mau kemana kamu Selena! Dan bisa tidak kalau kamu memanggil kucing hitam itu tanpa embel-embel'Tuan'. Terdengar menyebalkan!" Kata Raven sambil mencengkram tangan kananku.

"Entahlah. Aku lebih nyaman memanggil kucing kesayangan ku seperti itu. Dan bisakah kamu melepaskan cengkraman mu? Ayo pergi ke depan! Pertunjukan Griffin sudah mau dimulai!" Kataku bersemangat.

Raven cuma mendengus lalu berjalan mendahului sambil menggandeng tanganku. Sedangkan Tuan Star berkata bahwa ia mau berjalan-jalan sambil memantau keadaan karnaval. Aku mengangguk lalu kami berjalan menuju pintu keluar karnaval, dimana panggung pertunjukan yang lumayan besar berada.

"Wow! Eh? Bukankah itu myling?" Tanyaku sambil menunjuk beberapa hewan dengan bentuk yang aneh.

Diatas panggung terdapat Poe dengan ukuran besar, gajah yang badannya ditumbuhi lumut hijau, memiliki tiga mata sejajar, dan dua belalai. Saat melihat gajah itu muncul perasaan tidak nyaman. Juga ada beberapa kelinci yang memiliki warna tidak wajar seperti pink,hijau, dan biru. Kelinci itu memiliki ukuran badan raksasa dan berjalan melompat-lompat dengan kedua kakinya. Lalu ada singa yang terlihat normal ternyata memiliki dua kepala. Beberapa anjing laut yang berada di sekitaran panggung, anjing-anjing laut itu berbadan setengah ikan, dimana sisik berwarna hijau tua memenuhi setengah badannya. Aku yang melihat makhluk-makhluk aneh itu, rasanya ingin segera pergi dari sana.

"Kenapa nona kecil? Sekarang kamu merasa bahwa pertunjukan ku lebih normal bukan?" Tanya Raven sambil menaikkan satu alisnya.

"Sejujurnya, iya. Aku tidak nyaman melihat sekumpulan myling itu."

"Kebiasaan Griffin! Dia memang suka membuang-buang sihirnya untuk mengontrol para myling ini! Padahal lebih praktis dengan manipulasi pikiran." Katanya sambil menyilangkan tangan di dadanya.

"Aku berubah pikiran. Menurut ku kalian berdua sama saja. Sama-sama tidak normal!" Kataku dengan nada mengejek.

Saat Raven hendak membalas perkataan ku, musik sirkus mulai terdengar, lampu fokus ke tengah panggung, dan para myling berdiam diri diatas serta sekitar panggung. Lalu tirai panggung terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Griffin yang sangat berbeda dengan sosok santainya. Dia memiliki aura yang mirip dengan Raven saat diatas panggung. Elegan dan misterius.

 The Magician's Secret (END)Where stories live. Discover now