18. Babak Baru

13 8 2
                                    

"Selena, aku butuh bantuanmu!" Kata Raven dengan nada serius.

"Iya. Apa yang bisa aku bantu?" Tanyaku sambil memukul pipiku beberapa kali untuk menghentikan tangisku.

"Ditembok tebing ini ada simbol beruang. Aku tidak tahu bagaimana bentuk simbol itu! Yang terpenting ada corak beruang. Corak itu merupakan pintu keluar kita dari pantai ini! Aku akan melindungimu, jadi kamu fokus mencari simbol itu."

"Kamu tidak bisa menggendong ku saja, lalu kita terbang?"

"Tidak bisa. Akses untuk masuk ke pantai ini sangat mudah, tetapi jalan keluarnya hanyalah itu. Cepat Selena! Mulai lah pencarian! Para myling mulai bangkit!"

Aku mengangguk dan memulai pencarianku. Aku berlari menelusuri tebing batu yang dipenuhi lumut. Sedangkan Raven melindungi ku dari belakang sambil beberapa kali melempari myling itu dengan api hitamnya.

"Aduhh! Kenapa ga ketemu- ketemu!" Kataku panik.

"Tenanglah nona kecil, corak itu selalu berpindah-pindah. Berlari lah lebih cepat!"

Aku mengangguk dan mulai menambah kecepatan lariku. Tidak lama kemudian, aku memperlambat kembali karena aku tidak dapat fokus melakukan pencarian. Sampai mataku menangkap sebuah gambar beruang yang melawan para myling.

"Eh? Gambar itu?!" Teriakku sambil menunjuk.

"Benar!" Teriak Raven senang lalu menarikku menabrak tembok itu.

"KYAAAA!" Reflek aku menutup mataku sambil merutuki Raven dalam hati.

BRAK!

Aku terjatuh tepat diatas badan Raven. Saat aku membuka mata sambil berpindah dari atas badannya. Ternyata kami terbangun ditengah karnaval yang kacau.

"Huwaaa tolong!"

"Kebakaran!"

"Kebakaran!"

"Lari-lari! Cepat lari! Ada pembunuhan!"

"AAAAA BADANKU TERBAKAR! AIR-AIR!"

Raven langsung bangun berdiri dan menarik tanganku menjauh dari kekacauan. Karnaval itu benar-benar kacau. Aku melihat beberapa manusia yang sudah gosong karena terjatuh reruntuhan tenda karnaval. Bahkan bianglala itu sudah ambruk di tanah dan terbakar.

"Sialan! Pasti semua ini ulah Alder kan?"

"Benar. Ulah makhluk brengsek itu!"

"Makhluk brengsek? Wah, padahal aku sudah menciptakan pertunjukan yang menyegarkan. Bagaimana bisa kamu mengatakan itu Raven. Aku benar-benar sakit hati mendengarnya!" Kata Alder muncul dari belakang kami.

"Selena berdiri di belakangku!" Perintah Raven sambil menarik tanganku mendekat.

"Halo nona manis." Sapa Alder sambil melambai kecil.

"Hentikan tingkahmu Alder. Kamu sudah kalah!" Kata Griffin yang muncul bersama Tuan Star dari arah samping.

"Ck,dasar bodoh! Dengar kalian semua! Aku sudah tau dan sudah siap untuk mati saat datang kemari! Karena kedatangan ku bukan untuk menculik Selena. Silahkan bunuh aku! Tetapi Raven, kamu harus siap akan apa yang terjadi dengan nona kecilmu saat aku mati." Katanya sambil menyeringai.

"Hentikan ancaman bodohmu itu! Aku sudah memeriksa dan mengeluarkan semua racun dari badan Selena!" Kata Tuan Star sambil menunjuk Alder. Dimana tubuh Alder langsung terikat dengan tali berbulu panjang seperti ekornya.

"Hahahahaha! Cepat bunuh aku! Cepat!"

"Kalau memang ancamanmu benar,kita tinggal mengurung mu bukan?" Kata Griffin sambil mendekat ke arah Alder yang terikat.

"Ah, benar juga. Toh para penguasa kota sudah angkat tangan terhadapmu. Jika memang diadakan persidangan, kau yang akan kalah!" Kata Raven dengan nada penuh kemenangan.

"Kuserahkan makhluk bodoh ini kepadamu. Aku harus mengurus kotaku yang kacau!" Kata Griffin sambil berjalan menjauh.

"Diam kalian semua!" Teriak Alder dimana tubuhnya mengeluarkan asap hijau di sekujur tubuhnya. Ekor yang mengikatnya langsung meleleh.

"Kalau kalian tidak mau membunuhku, maka aku akan bunuh diri!" Kata Alder yang membuatku mengernyit.

"Dasar bodoh! Kaum kita kan tidak bisa bunuh diri! Kurasa kewarasan Alder perlu dipertanyakan." Kata Griffin sambil menggeleng sedih.

"Memang! Tapi aku sudah membuat perjanjian dengan sang dewa! Aku akan mati dan terlahir kembali sebagai penguasa kota! Aku sudah melakukan beberapa kali karena tubuhku yang busuk parah! Jadi, selamat tinggal nona Selena." Kata Alder sambil menyeringai ke arahku.

HENTIKAN ALDER!" Teriak Raven.

Saat Raven berteriak, dimana yang lainnya langsung merespon. Alder sudah menusuk dirinya dengan tangan kosong, dan tiba-tiba tubuhnya meleleh dengan cepat. Menyisakan cairan hijau yang merupakan racun buatannya.

"KYAAAAA! KEPALAKU! KEPALAKU RASANYA MAU PECAH!" Teriakku sambil berguling diatas pasir. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

~~~

Aku terbangun ditengah jalan kering berdebu. Aku bangkit berdiri dan terkesima dengan pemandangan di sekitar ku. Sebuah kota yang dipenuhi bangunan dari kayu yang hampir roboh. Lalu terdapat kereta kuda yang hilir mudik memenuhi jalanan kota. Dan juga, sebuah pemandangan mengerikan di hadapanku. Orang-orang didalam kandang besi yang kurasa akan dijual, pengemis yang meminta-minta dimana akhirnya ditendang dengan kasar. Lalu beberapa orang yang terkapar dipinggir jalan dengan badan kurus kering yang dibiarkan begitu saja.

Aku berjalan beberapa langkah. Lalu pemandangan disekitar ku berubah seperti roll film rusak. Tiba-tiba aku sudah berada dihadapan  bangunan kastil tua, dimana tumbuhan ditaman itu mati kekeringan.

"AARGHH!"

"AARRGHH!"

Suara teriakan dari halaman belakang menarik perhatian ku. Aku berjalan beberapa langkah, dan dengan sekejap  sampai dihalaman belakang. Dihadapanku terdapat sebuah pemandangan yang membuat ku menjerit ngeri.

Seorang laki-laki muda yang kedua tangannya diikat keatas, dimana dirinya bertelanjang dada memperlihatkan tubuh bagusnya yang penuh luka. Laki-laki itu memiliki mata hijau dan hitam, dengan rambut ikal panjang sebahu. Pria muda itu dikelilingi beberapa orang.
Seorang pria paruh baya yang membawa cambuk berlumuran darah. Lalu dua pria seumurannya yang terkadang menendang dan melempari pria muda itu dengan batu.

"Sudah kubilang untuk memenangkan pertarungan itu dasar anak brengsek! Padahal aku sudah bertaruh banyak untuk pertarungan itu! Dasar keparat!" Teriak pria separuh baya itu sambil mencambuk pria muda yang sudah pasrah.

"Hentikan ayah! Hentikan!" Teriak gadis kecil berkepang dua yang memiliki wajah mirip denganku.

"Jangan siksa Kakak Raven lagi ayah! Kumohon!" Rengek gadis.

"Eh! Jadi ini masa lalu Raven!" Kataku setengah menjerit.

 The Magician's Secret (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat