16. Karnaval (5)

10 8 1
                                    

Aku terbangun karena mendengar panggilan samar-samar oleh suara yang lembut tetapi berwibawa.

"Nona manis bangunlah! Ayo nona bangun!" Panggil suara itu sambil mengelus-elus dahiku dengan suatu benda empuk tetapi berbulu lembut.

"Heii kamu kaki kayu!" Teriak suara itu, yang kupikir ditujukan untuk River. "Jaga si bodoh yang sedang pingsan itu! Kita tidak tau jika tiba-tiba si Alder busuk melukainya!" Perintahnya dengan kalimat yang cukup kasar menurutku.

"Nona manis... Buka matamu!" Panggilnya kembali dengan suara lembut.

Aku membuka mataku yang terasa berat sekali. Dimana pandangan mataku menjadi buram. Di depan wajahku, aku melihat siluet kucing kecil kurus yang berdiri dengan kedua kakinya. Aku yakin kucing dihadapan ku ini bukanlah River. Aku mengedip ngedipkan mataku berulang kali, tetapi pandangan ku masih buram. Kepala ku juga terasa berat dan pusing, ditambah rasa nyeri di sekujur tubuhku, membuat ku tetap ingin memejamkan mata.

"Dasar pengkhianat! Padahal kami yang memberikanmu kehidupan! Kami yang menciptakan mu. Dasar kucing hitam brengsek!" Teriak seorang pria yang suaranya kasar dan serak. Itu adalah suara milik Alder.

"Awas saja! Untuk kali ini kau menang karena menusukku dari belakang! Lihat saja besok kucing brengsek! Akulah yang akan mencabut nyawamu!"

"Iya iya. Sana cepat pergi!" Jawab kucing dihadapan ku.

"Tenanglah nona manis, keadaan sudah aman. Akan aku keluarkan racun di tubuhmu..." Kata kucing itu dengan lembut lalu meletakkan paw nya di dahiku.

Aku menutup mataku kembali, tidak lama kemudian aku merasakan tubuhku yang tadinya terasa berat dan nyeri berangsur-angsur menghilang. Tubuhku terasa ringan dan segar kembali. Aku membuka mataku perlahan dan terkejut akan kucing yang telah menyelamatkan ku itu.

"Tuan Star?" Kataku ragu-ragu.

Dihadapan ku berdiri seekor kucing hitam yang mengenakan tuxedo, mirip seperti Tuan Star yang kutemui di taman hiburan Tuan Kelinci. Tetapi kucing dihadapan ku ini tidaklah buta, melainkan memiliki mata biru muda yang menawan.

"Badanmu tidak apa-apa? Apakah nona merasa mual?" Tanya kucing itu khawatir.

Aku menggeleng pelan, tetapi sesaat aku merasa sangat mual. Aku langsung berbalik dan memuntahkan isi perutku. Dari mulutku keluar cairan seperti lendir yang berwarna hijau bercampur warna hitam. Aku langsung mundur teratur melihat cairan yang  ku muntahkan.

"Tidak apa-apa. Tidak apa-apa!" Kata kucing hitam itu sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Siapa kamu?" Tanyaku setelah tersadar penuh.

"Kamu melupakan ku nona manis? Padahal waktu kecil, nona sangat suka mendadani ku." Kata kucing itu sambil terkekeh.

"Tapi Tuan Star itu buta! Dan Raven bilang kalau kamu bekerjasama dengan para tetua dalam penciptaan ku!" Teriakku tidak percaya.

"Memang semuanya sangat mengejutkan, dan memang dulu saya terikat kontrak dengan para tetua. Tetapi saya mengkhianati mereka dan memilih menyelamatkan mu nona manis. Saya akan menjelaskan semuanya, tapi nanti! Nona harus berendam air hangat terlebih dahulu untuk benar-benar membersihkan racun dari tubuh nona!" Kata kucing itu dengan tatapan serius.

"Dan saya juga harus menyembuhkan Raven! Kurasa Griffin tidak tahu jika para manusia itu melapisi pisau mereka dengan racun buatan Alder!"

"Apa kamu bilang?!" Kataku terkejut lalu bangkit berdiri menemui Raven.

Keadaan ruang tamu sangatlah kacau. Perabotan hancur, lukisan di dinding yang jatuh dan pecah. Apalagi pecahan dari meja kaca berhamburan, membuatku harus berjalan dengan mata teliti.

 The Magician's Secret (END)Where stories live. Discover now