11. Keluar Kota

17 8 2
                                    

Yo Raven! Hahaha... Aku yakin kamu pasti terkejut. Tapi jangan salah sangka, hadiah itu bukan untukmu, tapi untuk River sebagai permintaan maaf. Hmm, kupikir seharusnya kau berterimakasih kepadaku? Aku sampai harus kembali lagi ke kotamu karena bertanya-tanya apa yang River lakukan setiap hari karena Tuannya sangat kolot! Dan benar saja, aku melihat River berjalan-jalan disekitar hutan terlarang untuk berburu kupu-kupu? Wuahh, dasar majikan yang tidak becus! Oh iya, alasan lain kenapa aku mengirim surat ini untuk meminta tolong kepada Selena, benarkan dia sudah berganti nama? Aku mau minta tolong kepada Selena untuk mengajari River cara merawat ipad seperti mengecas, menjauhkan nya dari air, atau hal lainnya lah. Aku yakin Shannon tau, ups! Maksudku Selena. Ouh iya, jangan lupa isikan kuota untuk River karena dia sangat suka menonton video tentang kupu-kupu. Atau sekalian saja pasang wifi di kastil tua itu! Hahahaha! Aku yakin sekarang Raven mengernyit karena tidak paham yang aku katakan. Dasar Tuan kolot!

"Pfft!" Aku berusaha menahan tawaku dengan kedua tangan.

Panggilan Tuan kolot sangat cocok untuknya. Apalagi melihat ekspresi terkejutnya saat membaca surat itu, merupakan hiburan tersendiri.

Raven menggeram lalu meremas-remas surat itu penuh dendam. Aku yang melihat tingkahnya lebih memilih kembali duduk ke sofa, entah kenapa hari ini badanku terasa sangat lemas. Setelah puas membuat surat itu menjadi abu, Raven berjalan menaiki tangga. Di pertengahan ia berhenti lalu menoleh ke arahku.

"Sampai kapan kau duduk disitu? Yah, tidak masalah jika kamu memang ingin tidur disitu. Tetapi jika nanti myling menerobos masuk, jangan salahkan aku yang datang terlambat, mengerti?" Katanya dengan nada lembut tapi berhasil membuat amarahku terkumpul.

"Bisa tidak jika bicara menggunakan kata yang baik-baik?! Kenapa selalu berbicara dengan perkataan menyindir seperti itu?!" Kataku kesal sambil mengekor dibelakangnya.

Aku menghentikan langkahku saat kami sudah hampir sampai di kamar. Aku baru sadar itu artinya kita akan satu kamar. Tetapi aku juga tidak punya pilihan, karena para myling yang siap menerobos masuk sedang mengintai diluar.

Krieekk

Raven membuka pintu kamar tanpa melirik sedikitpun ke arahku yang cukup jauh tertinggal. Aku yang melihatnya sudah masuk ke kamar, langsung berlari secepatnya karena cukup mengerikan sendirian di lorong yang gelap.

Pemandangan pertama yang menyambut ku yaitu River yang sedak asik tiduran diatas kasur. Kucing putih itu tidur terlentang dimana kedua tangannya memegang ipad, lalu ekor panjang miliknya bergerak naik turun kegirangan diantara kedua sela kakinya. Aku yang melihatnya langsung menyusul dan tidur disebelahnya.

"Wah, sedang nonton apa River?" Tanyaku sambil mengintip ke layar ipad.

Kucing itu hanya melirik lalu kembali fokus menonton sebuah video dokumenter tentang kupu-kupu. Ternyata kucing itu benar-benar seekor maniak kupu-kupu. Aku ingin mengajarinya hal-hal mendasar yang diperlukan, tetapi ku urungkan niatku karena kurasa kucing itu tidak akan memperhatikan, dan aku juga lelah. Pandanganku beralih ke Raven, Tuan kolot itu sedang tiduran di atas sofa, dimana tangan kanannya berada diatas mata. Ia sangat tenang dan tidak memberikan komentar apa-apa terhadap barang yang dibawa River. Suasana tenang dan hanya suara dari video dokumenter yang diputar River, membuatku cepat tertidur.

"Meong! Meong! Meong!" Suara River dan tamparan lembut di pipiku, membuat terbangun.

Pemandangan pertama yang kulihat saat terbangun yaitu tatapan kosong dari River. Kucing itu hanya berkedip sambil terkadang memukuli pipiku agar kesadaran ku terkumpul.

"Iya, iya. Ini aku sudah bangun!" Kataku sambil mengucek mataku.

"Kalau sudah bangun sana mandi!" Kata Raven sambil berjalan lalu berhenti tepat didepanku.

Raven sudah bersiap-siap dengan pakaian yang rapi. Kemeja hitam panjangnya dimasukkan ke dalam celana jeans biru dongker miliknya, ia mengenakam ikat pinggang hitam dari bahan kulit, dan sepatu boots coklat tua. Lengan bajunya dilipat sampai siku. Memperlihatkan urat tangan dan luka-luka yang membekas. Luka mengerikan itu terlihat disebabkan oleh sayatan atau cambukan, aku mengetahuinya karena sering melihat luka itu di film kerajaan yang ku tonton.

"Kenapa malah melamun?!" Gertak Raven yang membuatku tersadar.

Aku langsung bangun lalu berjalan mengambil pakaian didalam tasku. Aku baru tersadar bahwa aku hanya memiliki satu sisa setel pakaian dan juga pakaian dalam.

"Hei! Ini pakaian terakhir yang tersisa. Aku perlu beli baju baru!" Kataku sambil menengok ke arah Raven.

"Ck! Baiklah. Nanti kita beli." Katanya sambil duduk dipinggir kasur.

Aku cepat-cepat menyelesaikan ritual mandi ku. Rasanya aku merasa tidak bersih jika tidak serius menggosok tiap sudut badanku, tetapi aku lebih takut terhadap amarah Raven. Aku keluar dari kamar mandi dengan sedikit mengintip, disana Raven sedang tiduran diatas kasur.

"Sudah selesai? Cepat rapikan rambutmu." Katanya sambil mengusap poninya kebelakang. Entah kenapa ia terlihat kalut hari ini.

Setelah selesai merapikan rambut pendekku. Raven berjalan mendahului, dimana aku dan River mengekorinya. Kami berjalan keluar tetapi malah berbelok ke arah samping kastil. Disamping kastil ada sebuah ruangan gelap, saat lampu dihidupkan ada sebuah mobil biasa dengan warna hitam.

"Eh? Kukira kita akan teleportasi." Sindir ku saat melihat bahwa Tuan kolot itu cukup mengikuti perkembangan zaman.

"Berhenti berbicara dan cepat masuk ke dalam mobil. Ouh iya, kamu duduk disebelah ku." Perintah Raven lalu ia bergegas masuk.

Mobil berjalan pelan menuju gerbang. Saat gerbang itu terbuka sendirinya, tiba-tiba Raven menancap gas dan mobil itu bergerak cepat dimana pemandangan di depan kami hanyalah sebuah lapangan luas yang dikelilingi hutan terlarang.

"AAAAAAA!" Teriakku sambil menutup mata dengan kedua tangan.

Aku merasakan mobil itu mengebut lalu tiba-tiba kecepatannya berubah menjadi sedang. Saat aku membuka mata, kami sudah berada dijalan raya dimana terdapat sebuah plang besi besar dipinggir jalan yang bertuliskan 'Selamat tinggal! Hati-hati dijalan.' Itu artinya kita sudah berada di perbatasan kota.

River dibelakang hanya diam saja. Aku baru sadar kucing itu tidak membawa iPad nya, atau mungkin baterainya habis. Aku jadi merasa bersalah dan menoleh kebelakang untuk bertanya.

"River, kenapa ngga bawa ipad? Baterainya habis?" Tanyaku dengan nada lembut.

"Aku yang tidak mengizinkan nya." Jawab Raven dingin.

Kucing itu cuma diam, dimana ekornya bergerak kesana-kemari dengan cepat. Kurasa kucing itu ngambek. Aku yang melihatnya cuma tertawa kecil, lalu memilih memejamkan mata untuk tidur.

"Bangun nona kecil, kita sudah sampai." Kata Raven singkat tetapi dapat membangunkan ku.

Pemandangan pertama yang kulihat yaitu hamparan laut biru berkilau karena cahaya matahari yang terik. Dibibir pantai banyak tenda makanan dan minuman yang sedang mempersiapkan jualannya. Lalu wahana bianglala, orang-orang yang sibuk memasang lampu kelap-kelip, dan sebuah banner besar yang memperlihatkan Griffin dengan pakaiannya pesulapnya yang berwarna merah tua. Aku sedikit terkejut karena ia tidak menggunakan kain untuk menutupi identitasnya, Bahkan ia tersenyum manis dimana mata coklatnya juga ikut tersenyum. Sebuah smile eyes yang menawan.

"Ck, sial! Aku lupa membawa pakaian dan juga membelikan mu pakaian nona kecil." Kata Raven frustasi dimana kepalanya bersandar di kemudi. Entah kenapa ia terlihat tidak fokus hari ini.

 The Magician's Secret (END)Where stories live. Discover now