12. Karnaval

15 8 1
                                    

Awalnya aku berpikir, pasti kota yang akan kami datangi tidak jauh mirip dengan kota Wixx City. Suasana suram, benda aneh di langit, dan para myling yang bersembunyi di hutan, atau bahkan terkadang mereka terlihat mengintip di sudut-sudut kota yang gelap.

Ternyata kota milik orang aneh itu yang bernama Misery City terlihat sangat jauh berbeda dengan Wixx City. Cahaya matahari di kota itu benar-benar bersinar terang, bahkan saat aku keluar dari mobil, cahaya menyilaukan nya membuat pandangan ku kabur. Sejauh aku memandang tidak ada hutan aneh, hanya ada hamparan laut yang luas, lalu di sudut-sudut tempat yang gelap aku tidak menemukan myling kecil yang bersembunyi. Walau masih terdapat juga benda bulat aneh yang mirip di Wixx City, yang berpijar terang dan juga menaburkan serbuk aneh. Aku lupa bertanya kepada Raven tentang benda itu karena pertunjukan bodoh dari kaum penyihir dan Midnight Magena.

"Ayo keluar!"

Raven keluar dari mobil. Wajahnya masih terlihat lesu dan tidak bersemangat, sorot mata angkuhnya terlihat tidak hidup. Tidak berapa lama Raven keluar, River akhirnya juga keluar. Ekornya berada dibawah menyapu jalan, kurasa kucing itu sudah kecanduan ipad.

"Wah, wah, wah! Selamat datang semuanya!" Sapa Griffin lengkap dengan jas sirkus berwarna merah.

"Bagaimana penampilan ku? Keren bukan?" Tanyanya dengan manik mata cokelat berbinar.

"Dasar bodoh! Bukannya penampilan mu baru diadakan nanti malam? Kenapa kau sudah berdandan sekarang? Dan apa-apaan jas sirkus bodoh itu! Terlihat tidak berkelas." Balas Raven dengan tatapan merendahkan.

"Padahal aku berpakaian seperti ini untuk menyambut kalian semua. Hahaha! Kurasa aku berlebihan." Jawab Griffin dengan santai.

"Kalau begitu ayo kita ke rumahku!" Ajaknya dengan semangat.

Aku mengikuti Griffin dengan semangat membara, berbeda dengan Raven yang hanya menghembuskan nafas lelah, ataupun River yang terlihat patah hati. Saat kami mulai berjalan di kerumunan orang. Aku bertanya-tanya apakah kami akan ke rumahnya lewat jalan rahasia seperti ke kastil milik Raven, atau hanya sebuah perjalanan biasa ke rumah pinggir jalan.

Kami berjalan menuju bibir pantai, dimana karnaval akan diadakan dipinggir pantai itu. Disana sudah terdapat puluhan tenda yang sedang dipersiapkan orang-orang untuk karnaval nanti malam. Juga terdapat wahana sederhana seperti bianglala yang sudah mulai beroperasi. Kami berjalan semakin dalam, hingga sampai di bianglala besar yang kupikir merupakan batas dari karnaval. Ternyata dibelakang bianglala terdapat beberapa stand yang masih tutup dan terlihat tua.

Tenda-tenda dan meja ditempat itu terlihat seperti dirusak oleh sekelompok orang, atau mungkin monster. Terdapat bekas cakaran di meja, maupun di kain tenda. Suasana tiba-tiba berubah menjadi suram. Aku lupa bahwa sebenarnya Griffin sama seperti Raven, aku tertipu sikap cerianya.

Akhirnya perjalanan kami berhenti karena ada sebuah tali yang menghalangi kami berjalan. Dibelakang tali itu hanya ada hamparan pasir tanpa ada satu manusia ataupun hewan.

"Terlihat biasa ya Selena?" Tanya Griffin. "Tetapi saat kamu masuk dan berjalan beberapa langkah, para myling akan muncul dibalik batu karang ataupun dari dalam laut. Seperti di film-film horror yang kamu tonton. Hahaha!" Katanya sambil tertawa. Aku tidak tau apa yang lucu, itu semua sangat mengerikan.

"Tutup matamu. Lakukan seperti biasa." Perintah Raven sambil memijat keningnya.

"Kenapa sih-- Ah, baiklah akan kulakukan." Jawabku. Kurasa aku juga yang akan rugi bila melanggar perintahnya

Saat aku menutup mata, River lah yang menggandeng tanganku. Kami berjalan dengan beberapa belokan rumit seperti di Wixx City. Tidak lama setelah itu River melepas tanganku. Saat aku membuka mata, aku disambut kastil dengan warna putih gading. Kastil indah dengan taman bunga yang penuh dengan daun segar.

"Wah,cantik! Bahkan ada daun segar dan rumput yang berwarna hijau." Kataku dengan kagum.

"Karena memang tidak ada peraturan untuk memiliki kastil suram seperti milik Raven." Jawab Griffin.

"Eh, terus kenapa taman mu seperti itu?" Tanyaku sambil menoleh ke arah Raven.

"Karena aku benci warna hijau." Jawab Raven singkat lalu berjalan masuk kedalam kastil, mendahului sang pemilik rumah. Griffin yang melihat itu hanya tersenyum.

Saat aku masuk, kastil ini memiliki cat tembok yang sama seperti diluar. Cahaya lampu di kastil milik Griffin lebih terang, membuat suasana ruangan menjadi lebih hidup. Walau bentuk didalamnya mirip dengan kastil milik Raven, tetapi tidak terlihat suram dan sepi. Ada banyak perabotan tidak penting yang memenuhi ruangan.

Kami berkumpul di ruang tamu yang memiliki sofa merah maroon, perapian batu, rak buku, dan meja yang penuh dengan toples makanan. Di sofa itu River sedang asik bermain ipad dengan Poe.

"Alder sudah masuk ke kota ku." Kata Griffin memulai pembicaraan.

"Dengan para anak-anak monsternya?" Tanya Raven sambil menaikkan satu alisnya.

"Iya, dan kurasa dia bekerjasama dengan manusia. Ini menyulitkan!"

"Apa? Sialan! Apakah manusia itu diberi kekuatan olehnya?"

"Kurasa tidak. Aku tidak merasakannya, walau tetap saja itu sulit. Apalagi aku belum bisa membantumu jika belum menyelesaikan pertunjukan ku. Lebih baik kau memulai aksi mu saat mendekati tengah malam." Kata Griffin dengan ekspresi serius. "Aku tau Raven, saat ini kekuatanmu sudah mau habis. Terlihat dari wajahmu."

"Tidak. Kesempatan ini tidak datang dua kali."

"Lalu bagaimana dengan para manusia itu? Kau tidak bisa membunuhnya. Bahkan bila kau memanipulasi pikiran para manusia itu untuk bunuh diri, kau tetap akan dapat hukuman."

"Akan aku pikirkan itu nanti. Aku akan istirahat dulu." Kata Raven sambil pergi meninggalkan kami.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan di karnaval nona kecil?" Ajak Griffin yang langsung aku setujui.

Untuk kembali ke karnaval aku harus melakukan sama seperti yang kulakukan di Wixx City. Sesampainya di karnaval, sudah ada beberapa tenda makanan dan minuman yang sudah buka. Bahkan terdapat beberapa tenda yang menjual aksesoris karnaval atau perhiasan dari kerang dan mutiara.

Griffin merupakan orang yang ramah dan nyambung diajak bicara. Kami berbicara hal-hal remeh, dan membeli beberapa makanan. Aku ingin menyinggung mengenai hal-hal yang serius mengenai rahasia kota, tetapi kurasa ia tidak akan memberikan jawaban serius.

"Habiskan dulu makananmu, aku akan membeli minuman." Kata Griffin sambil beranjak pergi.

Aku mengangguk lalu melanjutkan makanku. Saat fokus mengunyah makanan sambil melihat pemandangan laut di sore hari. Tiba-tiba ada dua orang duduk dihadapan ku. Mereka mengenakan pakaian serba hitam, dan masker yang senada dengan pakaian mereka.

"Makan mu sudah selesai?" Tanya seseorang dibelakang ku sambil menaruh sebilah pisau dibawah leherku. Saat aku menoleh pelan, orang itu berpakaian sama dengan dua orang didepanku.

"Sia-sia melawan atau berteriak nona. Tuan Alder sudah memberikan kami tameng sihir. Orang-orang tidak akan sadar akan keberadaan kita. Jadi, ayo ikut kami dengan tenang nona..."

 The Magician's Secret (END)Where stories live. Discover now