10. Rahasia Kotor (2)

15 7 1
                                    

Perempuan muda itu celingukan, ekspresi wajahnya terlihat kebingungan dan syok. Ia mengenakan piyama putih kupu-kupu biru,dimana rambut merah miliknya terlihat kusut.

"Tidak perlu kebingungan nona, silahkan minum teh ini terlebih dahulu, supaya nona tenang." Kata kelinci itu yang suaranya terdengar sedikit berbeda dengan yang kudengar ditaman hiburan.

Perempuan itu mengambil teh yang diberikan Tuan Kelinci. Awalnya dirinya terlihat ragu-ragu untuk meminum, tetapi akhirnya diangkat lah cangkir itu ke mulutnya. Aku yang melihat hal tersebut entah kenapa terdorong untuk menghentikannya. Aku langsung menerobos masuk dan siap berteriak untuk memperingatkan perempuan itu.

Saat mendapatkan satu langkah. Sebuah tangan memeluk pinggangku dari arah belakang, membuat badanku terdorong kebelakang, dan kepalaku terbentur sesuatu yang keras. Lalu aroma seperti pohon pinus yang basah sehabis hujan langsung merasuk ke hidungku.

"Ravenn!" Kataku kesal.

"Aku benar-benar tidak bisa mempercayai mu untuk berpergian sendirian ya! Kau lagi-lagi hampir mengacau!" Katanya sambil menunjuk ke arah bawah menggunakan dagunya.

Aku langsung mengalihkan perhatian ku ke arah bawah. Dihadapanku, hanya berjarak satu langkah. Ada sebuah tembok samar-samar dari asap putih, asap itu membentuk sebuah kubus yang memerangkap dua makhluk didalamnya.

"Jelaskan padaku, apa maksud semua ini?!"

"Sabar nona kecil... Ini waktunya Midnight Magena." Jawab Raven sambil tersenyum senang.

"Hah? Midnight apa?"

"Midnight Magena..." Jawabnya sambil melepaskan pelukannya, lalu berdiri sejajar denganku. "Itu merupakan sebuah upacara penglihatan kebenaran yang diadakan tengah malam. Sebuah upacara khusus yang dilakukan kepada pasangan yang akan menikah."

"Sangat aneh! Apa alasan--" Aku tidak dapat melanjutkan perkataanku, karena Raven menaruh jarinya di bibirku.

"Biarkan aku menjelaskan sampai selesai." Aku mengangguk lalu menepis tangannya.

"Midnight Magena adalah saat dimana pasangan yang akan menikah akan diundang melalui mimpi mereka. Awalnya mereka akan diberikan teh agar tenang dan tidak panik, karena sebenarnya kesadaran mereka penuh saat diundang. Alasannya? Karena agar mereka dapat berpikir jernih saat nantinya mengambil keputusan." Aku berusaha sabar karena Raven berbicara panjang lebar dan belum sampai ke inti yang kuinginkan.

"Setelah tenang, nantinya mereka akan diberikan penglihatan mengenai kebenaran tersembunyi dari kota ini. Mengenai perjanjian warga kota terhadap kota ini, dan tumbal yang kota ini minta setiap tahun. Tapi itu dilakukan secara bertahap agar mereka tidak panik, karena jika terlalu panik mereka akan terbangun dari mimpi. Setelah mereka paham dan tenang, nantinya mereka akan diberikan dua pilihan. Pilihan pertama, jika mereka setuju bila kelak anaknya yang akan terpilih, pernikahan mereka akan terjadi. Selain itu juga dijelaskan, saat anak mereka menghilang untuk menjadi tumbal, mereka juga tidak akan mengetahui hal itu. Ingatan dan segala hal yang berkaitan tentang anak mereka akan hilang. Sehingga mereka tidak perlu merasa bersalah." Kata Raven sambil tersenyum penuh arti kepadaku.

Aku mengernyit saat Raven tersenyum kepadaku. Tetapi setelah itu aku paham arti dari senyumannya. Kedua orangtuaku telah memilih pilihan pertama. Aku tidak tahan akan senyumannya itu, dan langsung mengalihkan perhatian ku ke depan. Disana perempuan muda itu mulai tenang, dan sedang berbincang dengan Tuan Kelinci.

"Pilihan kedua, jika mereka menolak. Pernikahan mereka tidak akan pernah terjadi. Kota ini akan berusaha segala cara untuk memisahkan mereka, dan juga membuat mereka angkat kaki dari kota ini. Ouh iya, nantinya mereka juga akan diberitahu bahwa saat terbangun mereka tidak akan memiliki ingatan tentang pertemuan ini." Jelasnya panjang lebar lalu mengalihkan perhatiannya kepadaku.

"Ada pertanyaan lagi? Sangat menyenangkan pembicaraan ini jika kau tenang dan tidak memotong pembicaraan." Katanya sambil mengangkat daguku dengan jarinya.

"Tentu. Alasannya kota ini mengadakan Midnight Magena?! Kenapa harus menyuruh orang-orang untuk memilih!"

"Kenapa? Seharusnya kau bertanya terhadap orang-orang yang memilih pilihan pertama! Sehina itukah diri mereka?!" Jawab Raven dengan wajah penuh amarah.

"Hah.... Baiklah, akan kujawab pertanyaanmu." Katanya sambil kembali memandang ke depan.

"Myling terbentuk dari energi kotor para warga kota. Tetapi para myling yang kuat biasanya terbentuk dari energi amarah dan dendam dari anak-anak yang di tumbalkan untuk kota ini. Lalu kenapa kota ini memilih anak yang berumur 12 tahun? Alasannya karena mereka masih suci tetapi mulai paham dan peka terhadap sekitarnya. Sehingga saat menjelang kematiannya, rekaman mengenai Midnight Magena yang dilakukan kepada orang tuanya akan diputar di otak anak itu. Saat mengetahui bahwa orangtuanya ikut andil dalam kematiannya, kemarahan, sakit hati, dan dendam mendalam dari seorang anak kecil yang polos dan suci merupakan energi yang sangat kuat. Itulah makanan favorit kota ini dan juga alasan kenapa kota ini sangat makmur. Walaupun menyebalkan tetapi yang penyihir itu katakan benar, 'hal berharga membutuhkan pengorbanan yang besar.' Itu baru segelintir hal kotor yang kau ketahui mengenai kota ini!" Kata Raven sambil mencengkram bahuku. Lalu ia mencondongkan tubuhnya, membuat wajah kami berhadapan.

"Dengar nona kecil... Akan aku beritahu semua rahasia kotor mengenai kota ini. Setelah itu mari kita lihat! Apakah kau masih memandangku sebagai orang jahat yang tidak berperasaan?"

"Tidak perlu. Kau memang orang yang tidak berperasaan! Buktinya?? Pemuda dari kaum penyihir tadi!" Gertak ku sambil menepis tangannya.

"Pemuda tadi? Kenapa kau marah? Kami sudah memiliki kontrak perjanjian! Dan kontrak yang kami buat, saling mengikat jiwa kami. Jika aku tidak menagih upah dari mereka yang telah melanggar kontrak, jiwaku yang akan lenyap. Mengerti nona kecil?" Jelasnya sambil memainkan rambutku.

Aku cuma mendengus lalu pergi keluar. Aku tidak tahan dengan Raven, tetapi lebih tidak tahan dengan perempuan muda didalam ruangan itu. Aku memang tidak tahu yang terjadi, karena tiba-tiba aku tidak dapat mendengar percakapan mereka. Tetapi dari gestur tubuh perempuan itu yang awalnya tegang menjadi santai dan tenang. Kurasa ia akan menyetujui perjanjian itu.

Aku kembali duduk ke sofa, lalu menuangkan teh ke cangkirku. Aku baru sadar bahwa aku tidak merasa lapar, atau ingin buang air. Aku ingin bertanya, tetapi aku masih marah kepada Raven.

"Ada apa? Kurasa kau memiliki pertanyaan..." Kata Raven seolah bisa membaca pikiran.

"Tidak! Ah itu, bagaimana jika salah satu dari mereka memilih pilihan kedua?"

"Tentu saja batal." Jawabnya santai. "Hanya itu? Kurasa pertanyaan yang ingin kau tanyakan bukanlah itu..." Katanya sambil menaikkan satu alisnya.

"Apaan sih! Hanya itu saja pertanyaan ku!" Jawabku dengan nada tinggi.

Saat kami sedang perang dingin, tiba-tiba River datang dari luar sambil membawa sebuah ipad.

"Eh, darimana datangnya benda bodoh itu?" Kata Raven dengan tatapan jijik.

River langsung mendatangi Raven dengan sebuah surat putih yang sudah lusuh. Aku yang ingin tahu langsung bangkit, lalu berdiri disebelah Raven.

"Hei! Turunin sedikit dong suratnya!" Perintahku kesal.

"Ck!" Decaknya sambil melirik ke arahku. Tetapi aku sedikit senang saat ia menuruti perkataanku.

Dari Griffin yang tampan

"Makhluk sialan!" Umpatnya.

 The Magician's Secret (END)Where stories live. Discover now