14. Karnaval (3)

18 10 2
                                    

"Tunggu! Apa kamu bilang? Aku mirip seperti adik tiri Raven?" Teriakku tidak percaya.

"Ya. Awalnya aku juga sangat terkejut! Waktu itu aku meminta Raven untuk menyelidiki mu. Tetapi orang itu bilang untuk mengabaikannya, katanya mungkin itu cuma kebetulan. Dan ia juga bilang kalau kamu sudah dipilih kota ini untuk menjadi tumbal, jadi menurutnya kamu tidak akan menyebabkan masalah di masa mendatang karena umurmu yang pendek."

"Hah sialan! Ternyata rencana mereka lebih licik dari yang kami kira. Raven juga terlalu cuek! Sebelumnya ada banyak hal mencurigakan lainnya sebelum kelahiranmu, salah satunya ayahmu nona Selena."

"Ayahku? Ada apa dengan ayahku?!"

"Setelah menghabisi nyawa Alder, aku akan mendesak Raven untuk menceritakan semuanya. Waktu kita tidak banyak! Nyawa Raven tersisa sedikit. Kami butuh kerjasama mu Selena."

"Kamu tidak menceritakan saja kepadaku sekarang mengenai semua yang belum aku ketahui?" Desakku.

"Tidak. Aku tidak mempunyai hak untuk itu."

"Kalau gitu bisakah kau jelaskan kenapa nyawa Raven tinggal sedikit? Maksudku, kemarin pun dia bisa mengalahkan Alder."

"Ehm, aku mulai darimana ya supaya kamu paham. Sedikit rumit, tapi aku akan berusaha menjelaskan secara sederhana." Katanya dengan nada serius.

"Jadi,kami para penguasa kota memiliki perjanjian dengan kota kami. Jadi anggap saja kota kami bernyawa, paham?"

"Oke paham."

"Kami membantu ritual penumbalan, imbalannya kota kami akan memberikan kekuatan yang sangat dahsyat untuk kami. Lalu bagaimana dengan Raven yang sudah tidak melakukan ritual penumbalan untuk kota nya? Dia tidak menerima kekuatan lagi, artinya nyawa Raven dalam bahaya."

"Tunggu, artinya Raven seharusnya mati dari dulu kan? Tapi yang aku lihat dia masih kuat saja."

"Hahaha! Sabar nona Selena, akan aku lanjutkan. Jadi, dulu kami melakukan pertunjukan agar orang-orang datang ke kota kami yang hampir mati, agar kota kami terkenal sehingga membantu perekonomian para warga kota. Tetapi sekarang kami melakukan pertunjukan selain agar kota kami terkenal, alasannya lainnya agar kami dapat mengumpulkan energi dari orang-orang yang menonton. Setiap orang yang memuja kami, mempercayai sihir kami, maka dari penglihatan kami, dari tubuh orang-orang akan muncul cahaya kecil seperti bunga dandelion yang masuk ke tubuh kami. Itu merupakan sihir murni, yang sangat penting bagi hidup kami. Itulah kenapa Alder akan berburu di kota ku malam ini, sihir murni itu sangat bermanfaat untuk tubuhnya yang membusuk. Selain itu, sihir itulah yang memperpanjang nyawa kami."

"Kenapa Alder tidak melakukan pertunjukannya sendiri?"

"Karena mengambil sihir murni di kota lain lebih instan! Walau itu hanya dapat menyembuhkan sedikit, tidak bisa memperpanjang umur. Sejujurnya aku tidak tahu jalan pikiran Alder! Dia tidak mudah ditebak."

"Lalu, bukankah artinya nyawa Raven aman?"

"Kamu tidak sadar? Kota mu hampir mati! Beberapa kali kota mu mengalami kekeringan, bahkan gagal panen! Dan beberapa penduduk kota sudah mulai pindah dari kota itu! Mungkin karena kamu baru beberapa hari tinggal di sana , jadi kamu tidak tahu. Aku ingatkan oke, kota mu makmur dan subur karena memberi nyawa seorang anak kecil. Tapi bagaimana jika kota itu tidak menerima tumbal lagi selama beberapa tahun? Kota mu akan kembali menjadi kota mati. Raven tidak dapat melaksanakan pertunjukan lagi. Maka Raven akan mati!"

"Dan juga, penonton yang menonton pertunjukan Raven kemarin ramai sampai memenuhi kursi studio. Itu karena penonton yang banyak itu merupakan rencana Alder untuk menutupi auranya. Semenjak gagal melaksanakan ritual, penonton yang menonton pertunjukan Raven paling banyak hanya setengah dari studio. Tahun lalu bahkan hanya seperempat studio yang terisi penonton."

"Sial!" Aku benar-benar tidak habis pikir dengan semua ini. Ternyata nyawa orang angkuh itu sedang ada di ujung tanduk.

"Alasan Raven dapat mengimbangi Alder karena tubuh Alder sudah membusuk. Dan kami para penguasa tidak pernah bertarung, jadi kekuatan sihir yang kami terima selalu kami simpan. Kecuali si Alder bodoh itu!"

"Kalau begitu Raven dapat menang kan malam ini?" Tanyaku khawatir.

"Kurasa bisa, aku juga akan berusaha membantu kalian. Tetapi kali ini Raven harus menguras habis semua kekuatan yang ia simpan." Jawabnya yang membuatku panik.

"Tetapi tidak apa-apa, Raven bisa berburu jiwa para myling untuk mengumpulkan kekuatan, walau tidak banyak tetapi itu membantu. Kekuatan yang diberikan kota kami itu sama dengan jiwa yang tersimpan di tubuh myling. Dan Raven memiliki cara untuk mengambil jiwa itu secara utuh. Biasanya jika kami membunuh myling maka jiwa didalam tubuh myling akan hangus. tetapi entah darimana, beberapa tahun lalu Raven menemukan cara untuk mengambil jiwa para myling untuk menambah kekuatan."

"Jadi Raven masih tidak aman?"

"Seharusnya kamu mengkhawatirkan dirimu sendiri Selena. Semua orang ingin mengambil jiwamu. Sejujurnya aku juga memiliki banyak pertanyaan mengenai para tetua itu. Kenapa mereka baru menciptakan mu sekarang? Maksudku, selama ini mereka hidup bersembunyi selama ratusan tahun hanya untuk mendapatkan sebuah kekuatan yang tidak sebanding ini!"

"Bukannya jiwaku setara dengan kalian para penguasa kota?"

"Ya! Bahkan lebih kuat dari kami. Tetapi, memangnya itu setara nona Selena?"

"Tentu saja tidak! Lalu kenapa para tetua itu tidak memilih untuk mengorbankan dirinya saja untuk menjadi penguasa kota?

"Hahaha! Itu karena poses kami diciptakan sangat menyakitkan. Aku tidak akan menceritakannya, lebih baik kamu tanya saja ke Raven. Itu merupakan mimpi buruk yang masih aku ingat sampai saat ini, teringat jelas karena itu kutukan agar kami patuh." Katanya sambil membuang muka. Dia tersenyum tetapi berbeda dengan senyum kekanakan nya yang ceria.

"Ah, maaf." Kataku tidak enak.

"Tidak apa-apa. Kalau begitu ayo turun, kita makan! Badanmu terasa lemah kan saat ini? Karena kamu setengah myling jadi kamu mendapat energi dari makan!"

"Pantas saja! Tapi bukanya tadi siang aku sudah makan di karnaval? Kenapa masih lemas?

"Memang kamu sudah makan. Tetapi kamu sudah melawan orang yang menculikmu, energimu terkuras banyak. Ayo turun!" Ajak Griffin kembali bersemangat. Aku hanya mengangguk dan mengikuti.

Saat sampai ke ruang makan, disana ada River yang sedang asik makan kentang rebus. Sedangkan Poe sibuk memakan satu toples penuh madu.

"Wahh maniak kentang kita sudah selesai berburu kupu-kupu!" Kata Griffin sambil mengusap kepala River. Kucing itu langsung mendengkur kesenangan. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya.

"Duduklah. Akan aku ambilkan makanan nya." Kata Griffin sambil beranjak pergi.

Griffin datang sambil membawa sepiring steak daging dan kentang tumbuk. Aku langsung memakan lahap sepiring daging itu, sedangkan Griffin hanya duduk diam dimana dia terkadang menengok ke arah jendela, ekspresinya terlihat panik.

"Ada masalah? Apa ini karena Raven yang belum kembali?" Tanyaku sambil memiringkan kepala.

"Benar. Karena ini sudah terlalu lama!"

"Aku tidak enak tanya ini, tetapi kenapa kamu sangat baik kepada Raven. Dan juga, kenapa kamu tidak memakan ku?" Tanya ku sambil menundukkan kepala. Aku benar-benar tidak sopan terhadap orang yang sudah membantu ku.

"Tidak apa-apa! Wajar kamu bertanya, akan aku jawab. Itu karena Raven pernah menyelamatkan ku, dulu aku menggila karena tidak terima menjadi seperti ini. Untuk jawaban selanjutnya tanyalah kepada Raven, tidak masalah dia menceritakan semuanya." Jawabnya sambil tersenyum ramah. Dimana aku hanya mengangguk sambil tertawa canggung.

Brak!

Terdengar suara pintu dibuka paksa, reflek aku dan Griffin langsung pergi menuju sumber suara. Disana Raven berdiri di depan pintu masuk dengan keadaan mengenaskan. Pakaiannya sudah tidak terkancing, darah hitam mengucur dari kepala dan badannya. Dia berjalan masuk dengan langkah gontai sebelum akhirnya pingsan.

"Raven!"

 The Magician's Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang