(08) -Mimpi Buruk

3K 198 1
                                    


Kalau ada typo harap maklum ya gess.

Happy reading all~

***
"Gimana 'pun itu, Lo gak boleh kasar sama perempuan." -Gafandra

***

"ONE! TWO! THREE!" seru sang pembawa acara, saat hitungan ketiga. Bendera yang di pegang oleh wanita cantik di tengah jalan itu terlepas. Dan kedua motor itu melesat dengan sangat cepat, dan suara sorakan orang banyak memenuhi suasan malam.

Brummm

Kedua motor itu terus melaju, dengan sang pemilik motor berwarna biru tua di belakangnya. Dan pemikik motor warna hitam di depannya sedikit lebih dekat.

Pemilik kuda besi berwarna biru itu menancapkan gas nya lebih kencang saat garis finis sudah terlihat di depan mata. Sang kuda besi hitam berdecak sebal saat orang di belakangnya itu mendahuluinya.

Yang berada di depan tersenyum miring ketika melihat sang lawan tertinggal di belakang. Dia fokus kearah depan sekarang.

Tapi, tiba-tiba saja pandangannya buram, kepalanya sakit. Jika saja dia tidak menahan rasa sakit yang muncul tiba-tiba itu, mungkin dia sudah jatuh saat ini. Tangan sebelahnya memegangi kepalanya yang terbungkus helm.

Dia sama sekali tidak memelankan kuda besi nya. Saat melihat kearah depan sudah hampir sampai ke garis finis. Tiba-tiba telinganya berdenging hebat, dan hal itu membuatnya membanting stang kearah kanan.

Bruk!

Motor itu terhempas jauh dengan sang pengemudi yang juga terhempas lebih jauh. Rasa sakit menghantam tubuhnya, dia tergeletak di tepi jalan dekat trotoar. Helm yang ia kenakan terlepas begitu saja, kepalanya sudah mengeluarkan darah segar.

"S-sial."

Pandangannya menghitam.

"Hah!" Leoni menatap sekeliling, dia berada di kamarnya. Dia mencoba menetralkan detak jantungnya yang terus berdetak lebih cepat.

Dia memegangi dadanya. "Anjir! Mimpi apa gue gadi?" Dia menggelengkan kepalanya bruntal. "Gak! Gak mungkin itu Gafa, dari postur tubuh nya aja beda."

Leoni terbengong cukup lama di sana.

Tok tok tok

"Ra? Kamu sudah bangun belum? Tumben bangun siang?" Suara Jastin membubarkan lamunan nya. Dengan capet dia turun dari kasur dan membukakan pintu untuk sang papa.

Terlihatlah penampilan Leoni yang sangat acak-acakan. Jastin menempelkan punggung tangannya ke dahi sang putri. "Gak panas," gumamnya.

"Aku gak sakit pa!"

"Kalau gak sakit, kenapa bangunnya siang? Kamu tau ini jam berapa? Kamu gak mau sekolah?"

Mendengar hal itu, Leoni melebarkan matanya. "Aku lupa! Ya ampun! Aku mandi dulu ya pa!" Dengan cepat Leoni masuk kedalam, mengambil handuk dan menutup pintu kamar mandi dengan kencang.

Jastin menggelengkan kepalanya. "Ada-ada saja." Dia berlalu dari sana.

***

"Kenapa penampilan kamu acak-acakan seperti itu ra?" Tanya Zora menatap Leoni dengan heran. Di samping gadis itu ada Alvin yang juga sedang menatapnya datar.

"Itu, gue telat bangun," jawabnya. Leoni menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil cengengesan.

Seseorang merangkul bahunya, saat Leoni menoleh dia mendapati wajah Aisha di sampingnya. "Kuy masuk kelas," ajaknya. Kedua pasangan itu mengangguk. Sedangkan Leoni hanya menurut saja.

Change FateWhere stories live. Discover now