(27) -Malaikat?

919 78 1
                                    


Haloo, udah lama nih, thanks udah setia sama cerita ini. Love youu.

Happy reading ~

****

"KENAPA? KENAPA!" Zora teriak bak orang kesetanan didalam sana, foto-foto yang ada di papan tulis maupun dinding dia hancurkan dengan penuh emosi. Meja pun ikut jadi sasaran nya.

Glora kaget dengan sifat Zora yang berubah, sangat berubah. "Gak mungkin," gumamnya tidak percaya.

Glora mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dari Zora. "Kenapa lo begini?" Tanyanya.

Zora berhenti mengamuk, rambut, baju, riasan, dan makeup yang ia pakai sudah berantakan sekali. "Aku gak mau kehilangan Alvin! Gak mauu!" Teriak nya, begitu saja terus menerus.

Pasokan oksigen Glora tiba-tiba menipis, dia kesulitan mengambil nafasnya. Dengan gemetar ia membalikkan tubuh dan langsung berlari keluar ruangan itu meninggalkan Zora yang masih menggila.

"Hah... Hah...apa ini?" Glora berhasil menutup pintu kamar itu dan langsung terduduk lemas. Kenyataan ini sangat sulit untuk dia terima.

"Atur nafas," celetuk Alvarez yang entah sejak kapan ada di depan Glora, bersandar pada dinding dengan bersekedap dada.

Glora menoleh terkejut. "Sejak k-kapan lo disana?" Tanyanya heran.

"Sejak tadi," jawabnya santai.

Glora diam, dia menunduk sambil menggenggam tangan nya erat. Terbayang akan apa yang baru saja ia alami.

"Seharusnya lo ikutin saran gue," kata Alvarez.

Glora mendongak. "Kenapa Al, kenapa lo gak langsung bilang kalau ini alasan lo nyuruh gue gak ikut campur?"

Alvarez mengalihkan pandangan kearah lain. "Gue mau lo lihat dengan mata kepala sendiri," balasnya.

Glora tertawa pelan. "Gitu ya? Segitu nya?"

Alvarez tidak menyahut. Dia diam sambil memejamkan mata nya tidak kuasa melihat tampilan Glora yang sangat berantakan. "Alur sudah berubah, semua berubah, tapi belum tentu ending nya juga berubah. Gue harap lo gak nyerah dulu."

Glora diam, dia menatap kosong lantai. Sedangkan Alvarez sudah pergi entah kemana. Glora jadi kepikiran sesuatu, apakah ending nya akan tetap sama?

Gafandra, akankah dia selamat dari takdir menyedihkan itu?

Glora terus diam, dia menekuk lutut nya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Ingin menangis, tapi air matanya tidak ingin turun.

Gafa... Sampai kapan gue bakal bertahan? Batin nya. Glora mengusap wajahnya dengan sangat prustasi.

"Gue takut, gue takut semua gak sesuai ekspektasi gue," gumam nya.

***

Suara langkah kaki menggema di lorong tempat Glora menenangkan diri. Dari tadi Glora sudah pindah, dan duduk di lorong yang entah di mana, ia tidak perduli. Yang penting pikiran nya tenang.

Langkah kaki itu mengalihkan pandangan Glora, dari ujung sana ada seseorang yang berjalan di balik bayangan.

Glora langsung mengelap air matanya yang sempat turun. Orang itu semakin dekat, dan Glora legah karena dia adalah Gafandra.

Change FateWhere stories live. Discover now