15 - Teror di asrama

1.5K 199 15
                                    

19 Februari

.
.
.

Wei Wuxian melangkahkan kakinya dengan santai sepanjang koridor asrama, dengan seorang anak kecil berusia tujuh tahun berjalan di sampingnya sembari tersenyum lebar. Tentu saja tidak ada yang bisa melihat wujud anak itu, hanya mereka yang anak nila seperti remaja itu  bisa melihat anak kecil yang bersama remaja itu.

Sejak pertemuan mereka setelah Wei Wuxian mengingat masa lalunya, hubungan kedua makhluk hidup berbeda jenis itu menjadi sangat erat.

Layaknya orang tua dan anak, secara harfiah memang A-Yuan itu anaknya.

Alis tebal yang terbentuk rapi itu bertaut ketika merasakan sebuah aura negatif yang sedikit asing dan penuh dengan kebencian.

Yuan kecil menghentikan langkahnya, tangannya menarik-narik pinggiran celana yang dikenakan Wei Wuxian.

"Niang...". Ujar A-Yuan dengan lirih, Wei Wuxian ikut menghentikan langkah kakinya dan menoleh.

"Kau merasakannya?". Tanya Wei Wuxian.

"Mn". Jawab Yuan sembari mengangguk, mata merah itu menatap tajam sekelompok orang yang berkerumun di depan pintu asrama bernomor tujuh belas.

Baik siswa senior ataupun junior berkumpul di depan pintu yang terbuka itu sembari berbisik keras, raut wajah mereka menampilkan berbagai macam ekspresi. Ada yang penasaran, ngeri, takut dan heran.

Manik abu itu menangkap sosok yang dikenalnya terselip diantara kerumunan para penghuni asrama. Rambut cepol berpita ungu, Jiang Cheng.

"A-Cheng!".

Si empunya nama lantas menoleh ketika mendengar suara yang akrab di telinga memanggilnya. Jiang Cheng berjalan menghampiri Wei Wuxian.

"Wei Ying, kau darimana saja?". Tanya Jiang Cheng sembari menghampiri sang teman yang tidak ia lihat batang hidungnya sejak pagi tadi.

"Aku dari ruang kepala sekolah". Jawab Wei Wuxian berbohong, nyatanya dirinya terus berada di Jingshi bersama putra kedua dan Yuan.

Jiang Cheng mengernyitkan dahinya.

"Kau membuat masalah apa lagi? Sejujurnya aku sangsi kalau kau bertobat menjadi anak baik-baik ". Tanya Jiang Cheng, Wei Wuxian memutar matanya malas.

"Jelek sekali pikiranmu tentang ku, aku hanya menyampaikan pesan dari ayahku untuk kepala sekolah. Kau kan tahu mereka berteman ". Jawab Wei Wuxian, Jiang Cheng ber-oh mendengarnya.

"Apa yang terjadi?". Tanya Wei Wuxian, Jiang Cheng menoleh menatap kerumunan orang yang berada di depan kamar nomor tujuh belas itu.

"Jin Guangyao mati bunuh diri". Jawab Jiang Cheng pelan.

Wei Wuxian mengernyitkan dahinya mendengar jawaban dari sang teman. Sejujurnya dirinya tidak mengenal siapa itu Jin Guangyao atau si penghuni kamar nomor tujuh belas yang dikabarkan bunuh diri ini.

"Siang ini ia ditemukan menggantung dirinya sendiri menggunakan seutas tali, padahal pagi tadi orang itu masih baik-baik saja". Lanjut Jiang Cheng.

Wei Wuxian merasakan tarikan kecil dari sudut celananya, ia menoleh. A-Yuan menatap remaja itu dengan tatapan seakan meminta izin, dan remaja berusia tujuh belas tahun itu pun mengangguk. Kemudian Yuan kecil berubah menjadi seekor ular dan menyelinap kedalam kerumunan.

"Siapa itu Jin Guangyao?". Tanya Wei Wuxian.

"Dia senior kita, satu angkatan dengan senior Xiao. Orangnya ramah dan selalu tersenyum, makanya semua orang heran ia bunuh diri seperti itu". Jawab Jiang Cheng.

Handsome Ghost [WangXian] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang