23 - Kebangkitan

1.2K 178 13
                                    

4 Maret

.
.
.

Lan Xichen berlari, melanggar peraturan Gusu yang selalu ia taati sepanjang hidupnya. Sesekali dirinya menabrak para siswa yang berpapasan dengannya di jalan, namun protesan mereka urungkan ketika melihat siapa si pelaku. Bahkan tidak ada yang berani menegurnya.

Nafasnya memburu, keringat bercucuran diri dahi milik si putra pertama. Lan Xichen menumpukan badannya pada lutut, ia menatap tembok tinggi di hadapannya dengan tatapan berkaca-kaca.

Tanpa pikir panjang Lan Xichen melepas segel yang tertempel di pintu yang berada diantara  tembok besar itu. Kemudian ia melangkahkan kakinya untuk masuk.

Selama dirinya kembali ke Gusu di kehidupannya yang ke dua, Lan Xichen belum pernah menginjakan kaki lagi di Jingshi, statusnya sebagai putra angkat tidak memberikan wewenang untuk masuk ke sana. Tapi tidak dengan hari ini, sang paman yang secara khusus mengizinkannya masuk.

Ketika tiba di sana, pertahanan pria tampan itu runtuh, air mata lolos dari kedua mata bulannya. Melihat bangunan Jingshi yang tidak pernah berubah tetap seperti dulu membuat si putra pertama tidak kuasa menahan tangis saat melihatnya.

Sementara itu di dalam Jingshi Wei Wuxian tersentak ketika merasakan tubuh A-Yuan yang duduk di pangkuannya menegang. Anak itu terlihat waspada.

"Ada apa A-Yuan?". Tanya Wei Wuxian bingung, anak laki-laki itu tidak menjawab, kepalanya menoleh menatap pintu masuk Jingshi dengan tajam.

Lan Wangji yang selalu berada di samping Wei Wuxian berdiri.

"Kakak". Ujarnya, Wei Wuxian ikut berdiri sembari menggendong A-Yuan.

"Maksudmu, kak Xichen ada di sini?". Tanya Wei Wuxian, Lan Wangji mengangguk.

"Mn".

SREEEEEKK...

Pintu Jingshi terbuka, menampilkan pria tampan yang dikenal sebagai putra angkat Lan Qiren dengan penampilan yang berantakan.

"Hah.. Hah... Hahh...". Lan Xichen terengah, Wei Wuxian menghampirinya.

"Kak Xichen". panggil Wei Wuxian, si empunya nama menoleh dengan mata terbelak.

Di hadapan Lan Xichen, seorang remaja dengan wajah yang sama persis seperti seseorang di masa lalunya tengah menggendong seorang anak laki-laki yang sangat ia kenal.

"A.. A-Yuan? adik Wei?". Tanya Lan Xichen dengan nada sedikit bergetar.

Wei Wuxian tersenyum sembari mengangguk, dan saat itu pula tangisan pria dewasa bermarga Lan itu pecah.

"Akhirnya... Akhirnya...". Gumam Lan Xichen.

Wei Wuxian menuntun kakak dari Lan Wangji itu untuk masuk lebih dalam ke Jingshi, kemudian remaja itu menyuguhkan teh kepadanya.

Lan Wangji diam, berdiri seperti patung manekin di dekat ranjang memandang sang kakak dengan mata berkilat. Ia rindu, begitupun juga dengan lan Xichen yang rindu kepada sang adik.

"Aku sudah tahu maksud kedatangan kakak kemari, dan aku menyetujuinya". Sahut Wei Wuxian tiba-tiba.

Lan Xichen terdiam, dirinya sendiri bingung kenapa remaja di hadapannya tahu lebih dulu. Meskipun begitu, ia tetap mengangguk, karena prosesnya akan semakin mudah.

"Mn, terimakasih adik Wei".

"Tidak perlu berterimakasih kak Xichen".

Lan Qiren menatap jasad sang keponakan dengan dalam, selama beberapa ratus tahun jasad pria tampan itu tersimpan rapi di dalam peti mati yang mewah nan indah, dan pada malam ini dimana hujan menguyur deras membasahi kawasan kota Caiyi, jasad sang ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lan Qiren menatap jasad sang keponakan dengan dalam, selama beberapa ratus tahun jasad pria tampan itu tersimpan rapi di dalam peti mati yang mewah nan indah, dan pada malam ini dimana hujan menguyur deras membasahi kawasan kota Caiyi, jasad sang keponakan dikeluarkan dari dalam peti.

Wei Wuxian telah mengganti pakaian lan Wangji menggunakan jubah baru, lengkap dengan perhiasannya. Tubuh kaku berkulit pucat itu kini terbaring diatas altar dikelilingi cahaya lilin berwarna biru.

"Paman, apa paman yakin?". Tanya Lan Xichen kepada sang paman yang sedari tadi menatap jasad sang adik dengan tatapan dalam.

Lan Qiren mengangguk mantap, ia mengepalkan tangannya. Saat-saat yang ia tunggu selama beratus-ratus tahun telah tiba. Kini ia bisa beristirahat dengan tenang setelah menebus dosanya.

"Kalau begitu selamat tidur dengan damai paman guru". Sahut Wei Wuxian, Lan Qiren terkekeh mendengarnya.

"Dasar menantu durhaka, bahkan disaat-saat terakhirku kau tetap tidak berlaku dengan sopan". Ujar Lan Qiren, Wei Wuxian tersenyum tipis.

Lan Qiren kemudian berjalan menuju altar tempat dimana jasad Lan Wangji terbaring, kemudian pria paruh baya itu ikut membaringkan dirinya di samping jasad sang keponakan.

Arwah Lan Wangji yang sedari tadi berdiri di dekat jasadnya menatap sang paman dengan datar, namun kilat kesedihan terlihat dimatanya. Wei Wuxian tersenyum lembut kepadanya.

"Tidak apa-apa Lan Zhan, biarkan pamanmu beristirahat dengan tenang". Gumam Wei Wuxian, Lan Wangji mengangguk.

Sementara itu Lan Xichen yang tidak senagaja mendengar gumaman Wei Wuxian menoleh, menatap remaja itu dengan tatapan bingung.

"Kita mulai ritualnya". Ujar Wei Wuxian.

A-Yuan dalam wujud ularnya keluar dari tangan lengan baju Wei Wuxian, merayap menuju altar dan diam diantara ayah dan kakeknya.

Selanjutnya dari sana Lan Xichen mengambil alih ritual, berbekal sebuah buku usang yang ia genggam. Ia membacakan beberapa mantra dalam bahasa asing yang tidak dimengerti, setelah itu keluar cahaya dari tubuh Lan Qiren.

Wei Wuxian maju mendekati altar dan mengulurkan tangannya, kemudian A-Yuan menggigit tangan sang ibu. Remaja itu terlihat sedikit meringis ketika merasakan sakit yang bercampur perih di tangan kirinya.

Darah menetes dari luka gigitan ular kecil itu, Wei Wuxian kemudian mengarahkan tangannya ke atas dahi Lan Wangji, dan pita putih bermotif awan yang melingkari dahi jasad pria tampan itu ternodai, seketika cahaya yang keluar dari tubuh lan Qiren melingkupi jasad keponakannya, begitupun dengan arwah Lan Wangji yang perlahan-lahan menghilang.

"Sampai nanti, Lan Zhan". Gumam Wei Wuxian, Lan Wangji tersenyum dan mengangguk.

Lagi-lagi, Lan Xichen menatap remaja di hadapannya yang terus bergumam seperti berbicara dengan adiknya itu dengan tatapan bingung.

Cahaya semakin berpendar dan membuat ruangan bawah tanah itu menjadi terang benderang. Baik Lan Xichen maupun Wei Wuxian, mereka memejamkan ,matanya karena silau.

.
.
.

TBC

Halo guys, maaf aku telat up lagi. Hehehe 😭😭😭

Sebenarnya aku bingung mau menggambarkan proses ritualnya kayak gimana, kalian bacanya bingung ga?

Seharusnya aku up kemarin tapi aku malah ketiduran jadinya aku telat p lagi, maapkeun guys🤧

谢谢大家。

王桥万-Ong Keow Ban, 2024.

Handsome Ghost [WangXian] ENDWhere stories live. Discover now