Part 11

12.5K 708 46
                                    


“Aku sudah di rumah. Datanglah.”

Tanpa mendengar jawaban Frasha, Sahima menutup telepon langsung. Lagi pula, ia telah menyampaikan apa yang perlu dikatakan.

Mantan kekasih sang suami minta bertemu. Katanya ingin membicarakan hal penting.

Pesan dari Frasha diterima sore tadi.

Wanita itu merekomendasikan restoran tuk jadi tempat pertemuan, namun ia menolak.

Kondisinya cukup lelah jika harus pergi lagi, setelah selama sepuluh jam bekerja.

Sahima meminta bertemu di kediamannya saja. Frasha pun setuju. Kesepakatan terjadi.

Beberapa rapat dan pekerjaan yang cukup menumpuk, lumayan membuat capek fisik serta pikirannya. Ia ingin beristirahat segera.

Hanya akan diladeni Frasha selama satu jam saja maksimal, mengingat waktu saat ini telah menunjukkan pukul sembilan malam.

Sahima enggan tidur lebih larut.

Sebenarnya, ia juga malas harus lama-lama bicara dengan Frasha. Mungkin setelah inti bahasan sudah dibicarakan, akan disudahi saja acara pertemuan mereka.

Ting tong!

Ting tong!

Sahima yang baru saja hendak duduk di sofa, harus diurungkan karena bel sudah berbunyi.

Sang tamu sudah datang rupanya.

Terbilang cukup cepat untuk sampai, andai Frasha berangkat dari rumah wanita itu.

Baiklah, tak usah dipusingkan lagi.

Yang harus dirinya lakukan sekarang adalah menyelesaikan pertemuan dengan mantan suaminya itu, secepat mungkin.

“Malam, Kak Hima.”

Sahima hanya tersenyum dan mengangguk.

“Ini untuk Kak Hima.”

Frasha memberikannya tas berisikan kotak kue. Namun, ia tak menyentuh sedikit pun.

Mengambil dari tangan wanita itu juga tidak.

Sahima lalu bergegas menyingkir, memberi ruang Frasha untuk masuk ke dalam.

Dirinya lebih dulu menuju ruang tamu.

Sudah disiapkan dua botol air mineral di atas meja. Jadi, tak perlu ditawarkan apa pun lagi.

“Kak Yama masih di kantor.”

Sahima nihil berkomentar atas pemberitahuan yang dilontarkan oleh mantan kekasih sang suami. Baginya pun tidak penting.

Bahkan, ia ingin langsung menyasar ke topik utama akan dibahas Frasha. Sudah disiapkan diri untuk membicarakan apa pun itu.

“Kamu ingin bertanya apa?” Sahima tentunya memulai, tak bisa ditunggu Frasha bicara.

“Apa benar Kak Hima hamil?”

Walaupun merasa terkejut akan pertanyaan diajukan mantan kekasih sang suami, tetap diupayakan diri untuk segera menghilangkan kekagetan dan fokus saja dalam menjawab.

Lalu, sebagai reaksi pertama, yang dilakukan adalah mengangguk. Mengiyakan tanpa harus memberikan penjelasan lebih lanjut.

“Apa artinya Kak Hima dan Kak Yama nggak akan jadi bercerai karena Kak Hima hamil?”

“Maaf kalau aku lancang bertanya, aku cuma ingin memastikan perceraian Kak Yama.”

“Kak Yama bilang akan segera bercerai juga setelah aku berpisah dengan suamiku. Kak Yama berjanji akan melindungiku.”

Merebut Suami KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang