Part 30

14.2K 849 86
                                    

Yok bisa yok vote sebelum baca. Udah double up nih.

................

"Kapan aku harus bawa formulir gugat cerai kamu ke pengadilan, Hima?"

"Senin lusa bisa?" Sahima meminta.

"Bisa. Jadwalku kebetulan kosong."

"Aku serahkan ke kamu, ya, Salma." Sahima meminta dengan serius pada sang sahabat.

"Siap. Aku pasti akan membereskan masalah kamu ini. Kamu bisa segera cerai, Hima."

Sahima tertawa untuk beberapa detik. Dan bisa dirasakan sendiri suara yang terlolos dari mulutnya tertangkap getir oleh telinganya.

Salma pasti bisa mendengarnya, sehingga di layar ponselnya tampak sang sahabat yang menunjukkan ekspresi kian serius.

Kawannya itu sudah diceritakan bagaimana tingkah dilakukan oleh Yama semalam, saat meminta Salma menjadi penanggung jawab untuk mengurus perceraiannya nanti.

Sang sahabat jelas murka mendengar cerita darinya. Beberapa kali mengumpat kasar, kala mereka bertelepon tadi pagi.

"Aku baik-baik saja, Sal, andai kamu berpikir aku akan terpuruk karena suamiku."

"Kamu benaran baik-baik aja? Ketemuan yuk, ngopi bareng biar kamu ada teman cerita."

"Besok, ya? Aku masih beres-beres pakaian dan barang-barang untuk aku bawa pergi."

"Kamu serius akan pindah malam ini juga?"

Sahima hanya menunjukkan respons dengan anggukan-anggukan yang mantap, sementara kedua tangan sibuk memasukkan satu demi satu pakaiannya ke dalam koper.

"Aku kalau jadi kamu, pasti bakal minggat dari sana sih. Nggak tahan sama pria kayak suami kamu itu, Hima. Kamu pantas pergi."

"Aku memang akan pergi."

"Aku sudah sangat muak dengan sikap dia yang tidak pernah berubah." Sahima bicara tenang, namun hatinya bergolak.

"Bagaimana dengan rencana kamu buat, Hima? Tapi, aku sarankan kamu urus saja perceraian kamu dengan si pengecut itu."

"Aku sudah tidur bersama Yama dua kali, aku akan tunggu beberapa minggu hasilnya."

"Semoga saja aku positif hamil."

"Kalaupun kamu gagal hamil, kamu jangan terobsesi dengan rencana kamu, Hima. Kamu pikirkan juga kebahagiaan untuk diri kamu."

"Bagaimana bisa aku tetap bahagia setelah aku kehilangan calon anakku?" Sahima bicara kembali dengan nada getir. Suara bergetir.

Namun, ia tak akan menangis.

Sang sahabat pun diam. Seakan-akan tahu bahasan mereka membuatnya tak nyaman.

"Maaf, aku agak emosional."

"Aku akan selalu dukung kamu, Hima. Aku harap kamu serius pisah dari suami kamu."

"Makasih banyak, Sal."

"Aku tutup dulu telepon kita. Aku mau lanjut packing. Aku mau ke apartemen jam delapan ini, sebelum Yama kembali pulang."

"Kalau butuh bantuan, telepon aku, Hima."

"Oke, Sal. Byeee."

Sahima lalu menutup sambungan panggilan di antara mereka. Tak bisa membuang waktu karena pekerjaannya belum selesai.

Kedua tangan masih cekatan memasukkan baju yang tersisa dan barang-barang lainnya ke dalam koper terakhir. Mungkin akan butuh setengah jam hingga tuntas dikerjakan.

Pikiran tiada henti memutar tindakan keji sang suami lakukan semalam yang meninggalkan dirinya sendirian begitu saja di vila.

Seperti akan sulit kejadian tersebut.

Hingga siang tadi, sang suami bahkan tidak mengabarinya lagi. Komunikasi mereka tentu sudah terputus sejak semalam.

Tak ada satu pun telepon atau pesan dari pria itu untuk mengonfirmasi keadaanya yang hanya berada sendirian di Bogor.

Mungkin sangat sibuk mengurus sang mantan kekasih yang sedang sakit. Tak punya waktu guna sekadar menanyakan kabarnya.

Dirinya sudah jelas tidak akan pernah jadi prioritas bagi Yama. Hanyalah Frasha yang diutamakan. Selamanya akan begitu.

Sahima sudah terlatih hidup mandi. Tak akan merasa gentar ditinggalkan seorang diri.

Buktinya, ia tetap bisa kembali ke Jakarta tadi sore dengan selamat, walau tak ada suami.

Disamping sudah begitu meluluhlantahkan kepercayaannya, kesalahan fatal dilakukan Yama kemarin, tak akan dapat dimaafkan.

Ting tong!

Ting tong!

Ting tong!

Bel rumah yang berbunyi, dilanjutkan dengan deringan nyaring berasal dari ponsel, tanda jika ada sebuah panggilan masuk.

Telepon dari kawannya, Sagara.

Full versi part ini ada di karyakarsa ya. Link di bio.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merebut Suami KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang