Part 37

11.8K 645 26
                                    


Hallo....

Untuk part 36 kemarin itu, isinya bab flashback saat Hima hamil Yansa, ya. Udah diisi tulisan flashback on, bukan Hima hamil lagi. 😂😂

Nah part 37 masih momen flashback, iya dong harus ditunjukkan gimana usaha Om Yaya untuk jadi calon ayah yang baik, terlepas dari begonya dia dulu bikin Hima sakit hati mulu.

Awas bucin sama Om Yaya 🤣🤣

Ayo loh jangan jadi silent readers, kasih vote untuk apresiasi dikitlah. Hahaha.

................

[FLASHBACK ON]

"Aku ambilkan kursi roda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku ambilkan kursi roda."

"Tidak." Sahima langsung menolak, membuat sang mantan suami urung keluar dari mobil.

"Aku masih bisa jalan." Sahima memberikan alasan spesifik atas penolakannya.

Kemudian, ia bergegas turun dari kendaraan roda empatnya karena tak mau membuang lebih banyak waktu menunggu reaksi Yama.

Masih tersisa lima belas menit saja untuk jadwal pemeriksaan kandungan yang telah dibuat dengan dokter obgyn. Tidak boleh terlambat tentu saja datang.

Ruangan ada di lantai lima. Semoga saja lift tidak ramai digunakan supaya bisa cepat sampai di tempat tujuannya.

"Hati-hati, Hima."

Yama yang tengah mengikuti di belakangnya, sigap menjauhkannya dari tong sampah yang nyaris saja dirinya tabrak karena tak dilihat.

"Aman?" 

Pertanyaan diajukan sang mantan suami.

Sahima hanya menunjukkan balasan berupa anggukan singkat, seraya berusaha menjaga jarak dengan Yama. Tak mau terlalu dekat.

Pria itu lekas sadar. Melepaskan segera pula kedua tangan dari masing-masing bahunya.

Sahima lanjut berjalan ke arah lift. Yama pun masih tetap mengekor di belakangnya.

Tidak lama setelahnya, pintu lift pun terbuka. 

Kosong melompong. 

Hanya mereka berdua yang ada di dalam.

Tak satu pun percakapan tercipta sehingga kesunyian mendominasi. Sahima jelas tidak akan memulai obrolan lebih dulu.

Jika sang mantan suami bertanya, barulah ia akan bicara guna menjawab apa ditanyakan.

Kurang dari semenit pula, lantai yang dituju sudah bisa dicapai, sesuai perkiraan Sahima.

Salah satu staf rumah sakit lalu menyambut dan membawa mereka berdua ke ruang tunggu. Menanti giliran pemeriksaan tiba.

Ada pasien lainnya, tentu lengkap dengan suami-suami siaga dari para ibu hamil itu.

Sahima merasa sedikit canggung. Ia datang memang bersama pria merupakan ayah dari bayi dikandungnya, tapi bukan suaminya lagi.

Jika saja Ibu Citra Rany tak meminta dirinya bersedia ditemani Yama setiap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter, maka ia tidak akan pernah mengajak pria itu.

Sejak usia kandungannya menginjak empat bulan, sang mantan suami selalu ikut pergi ke rumah sakit. Tak pernah absen sama sekali.

Yama selalu ada waktu untuknya.

Tidak hanya saat memeriksakan kandungan. Pria itu pun kerap datang ke apartemen dan kantor guna memastikan keadaannya.

Yama memberikan uang bulanan puluhan juta padanya dengan dalih untuk biaya calon anak mereka, disamping pula sudah membelikan cukup banyak perlengkapan bayi.

Sangat kontras dengan dulu, saat kehamilan pertamanya, pria itu sama sekali tak peduli. Bahkan sangat jahat berkata tidak pernah menginginkan anak darinya.

Perubahan sang mantan suami terlalu cepat. Logika Sahima tetap meragukan semua tindakan Yama adalah bentuk keseriusan tanggung jawab pria itu sebagai calon ayah.

Sebaik apa pun juga Yama bersikap. Tidak akan membuatnya berkeinginan rujuk dengan pria itu kembali hanya demi anak mereka.

Terus dipersiapkan dirinya untuk bisa menjadi orangtua tunggal bagi sang calon buah hati yang akan lahir sekitar dua bulan lagi.

Terutama mental harus ditempa lebih banyak karena akan mengambil peran ganda sebagai ibu dan juga ayah untuk anaknya. Pasti tidak akan mudah, tapi tak pula mustahil dilakukan.

Dan secara finansial, Sahima sangat yakin tbisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan calon bayinya dengan maksimal, hingga tak perlu memakai uang diberikan Yama selama beberapa bulan belakangan ini.

Ya, tidak disentuh barang sepeser pun, walau jumlahnya sudah mencapai ratusan juta. Ia akan kembalikan setelah melahirkan nanti.

"Ibu Sahima Paramesti Djaya."

Namanya dipanggil perawat yang bertugas.

Sesi pemeriksaannya sudah tiba. Sempat dikira akan ada keterlambatan, namun tepat waktu. Untung ia datang lebih awal.

Saat diangkatnya tubuh dari kursi, dilihat juga sang mantan suami ikut beranjak. Pria itu lantas memegangi salah satu lengannya.

"Kenapa?"

Sahima jelas harus bertanya. Sebab, Yama biasanya memilih menunggu di ruang tunggu selama ini, saat dirinya diperiksa dokter.

Namun sepertinya sekarang akan berbeda.

"Aku akan ikut ke dalam."

Full versi part ini ada di karyakarsa ya. Link di bio.

 Link di bio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merebut Suami KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang