Part 13

12.3K 675 40
                                    


"Bantu aku, Yama!"

"Bantu aku!"

Sahima terus meronta-ronta dalam pelukan eratnya, wanita itu tampak begitu kesakitan dengan darah segar masih mengalir di kaki.

"Bantu aku, Yama!"

"Aku butuh bantuan kamu."

"Bantu aku!"

Yama mendapati dirinya terengah-engah dengan peluh membanjiri wajah, manakala terbangun dari mimpi buruknya.

Bunga tidur yang menyeramkan tersebut terasa amat nyata. Bahkan membuat Yama langsung memeriksa kedua tangannya.

Memastikan jika tak ada cairan merah pekat melumuri, seperti saat momen Sahima mengalami pendarahan hebat.

"Berengsek!" Yama mengumpat, kemudian.

Wajah yang sudah kusut, diusap-usap kasar guna membawanya pada kesadaran kembali.

Tak terbayang-bayang dengan mimpi buruk ataupun peristiwa keguguran dialami istrinya.

Sudah dua hari berlalu, namun Yama masih belum bisa melupakan. Bahkan menghantui hingga ke alam bawah sadarnya.

Apalagi, diserang lewat bunga tidur yang hampir mirip dengan kejadian aslinya.

Bahkan sejak malam Sahima pendarahan, ia cenderung dirundung insomnia panjang yang membuatnya tak bisa beristirahat maksimal.

Hanya beberapa jam menjelang dini hari. Dan tentu memengaruhi kinerja otak dan fisiknya untuk bekerja, terutama saat di luar kota.

Tok!

Tok!

Tok!

Yama tak perlu mengeluarkan suara untuk menyuruh siapa pun yang ada di luar sana, masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Pintu pasti akan dibuka.

Saat atensi sudah tertuju ke asal suara, sosok Frasha pun langsung tertangkap matanya.

"Kak Yama mau makan siang?"

Digelengkan cepat kepalanya. Tak perlu lagi ditambah dengan penjelasan lewat kata-kata. Ia sedang malas bicara jika tidak penting atau menyangkut soal pekerjaan-pekerjaannya.

"Aku mau ajak Kak Yama ke tempat makan favorit kita, ada beberapa pilihan."

"Kak Yama mau yang mana? Mie goreng? Nasi ayam? Nasi padang di–"

"Aku tidak ingin makan apa-apa."

Yama mempertegas dengan kalimatnya kali ini, sebab Frasha seperti masih mengabaikan penolakan yang ditunjukkannya tadi.

Dirinya enggan dipaksa saat tak berkenan, sekalipun memiliki tujuan yang baik.

"Kak Yama kenapa?"

"Aku ingin sendirian, Sha."

Jawaban Yama membuat langkah kaki dari Frasha seketika terhenti. Batal berjalan mendekat ke arah dirinya berada.

Bukan bermaksud kejam, hanya saja sedang tak ada waktu baginya meladeni wanita itu.

Suasana hatinya saja sedang kacau. Bahkan sudah dimulai sejak pagi tadi. Tak ada cara dalam mengatasi, malah semakin memburuk.

"Apa karena keguguran dialami Kak Hima?"

Pertanyaan yang sama sekali tak ingin dirinya jawab, keluar dari mulut Frasha begitu saja.

Tentu, cara menghindar paling mudah adalah pergi. Dengan begitu pembicaraan di antara mereka menyangkut Sahima akan terputus.

Merebut Suami KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang