5 || Kisah Tentang Marsha

17 5 0
                                    

Beberapa hari setelah pengintaian, Arfin baru tahu bagaimana karakter seorang Marsha. Cewek itu kalau baik bisa baiiiik banget, kalau jahil bisa jahiiiiil banget. Hal itu bisa dibuktikan dengan mata kepalanya sendiri, bukan hanya "katanya, katanya".

Jadi saat itu pulang sekolah kebetulan Arfin sedang kongkow sama kawan-kawannya dan beberapa senior di kursi panjang depan pos security. Dia melihat Marsha sendirian menunggu angkot yang tak kunjung datang. Sengaja Arfin juga pulangnya ntar-an karena ingin "menemani" Marsha. Menemani dalam tanda kutip karena dia melakukannya dari jarak jauh. Ingin sih dia nyamperin cewek itu dan menawarkan tumpangan. Tapi takut Marsha illfeel duluan karena belum apa-apa sudah berani menawarinya tumpangan, jadi dia masih harus mengatur strategi jitu.

Entah berapa lama Marsha menunggu sendirian sementara teman-temannya yang lain sudah pada pulang. Sampai Marsha yang bosan akhirnya mengeluarkan headset dari tasnya dan mulai bersenandung mengikuti lagu yang dia dengar. Arfin menyadari satu hal lagi, bahwa gerak-gerik Marsha yang ceria tanpa dibuat-buat, berhasil menarik perhatiannya.

Lalu saat akhirnya sebuah angkot sesuai jurusan rumahnya berhenti di depan gerbang, wajah Marsha berubah sumringah. Angkot itu sudah penuh oleh para siswa yang juga hendak pulang ke rumah masing-masing, mungkin hanya menyisakan satu ruang saja untuk Marsha duduk. Tapi saat hendak masuk, tetiba saja dia melihat seorang ibu hamil besar di belakang angkot. Sudah kesulitan jalannya, mau nyebrang pula! Siapa yang nggak kasihan? Ditengoknya kanan kiri dan tak ada yang mau menolong, akhirnya Marsha memutuskan untuk meminta si sopir -yang menyuruhnya buru-buru masuk- untuk meninggalkannya saja. Dia memilih untuk membantu ibu hamil tersebut menyeberang lebih dulu. Urusan angkot, pasti nanti ada yang lewat lagi.

Ada satu lagi.

Saat itu hari Minggu, Arfin bersama mama dan papanya sedang di dalam mobil dalam perjalanan ke resto tempat mereka janjian untuk lunch bersama rekan kerja Papa dalam rangka membangun relasi. Tanpa sengaja Arfin menemukan Marsha sedang berada di trotoar seberang sebuah SMP swasta. Entah mau ke mana. Arfin bisa melihatnya dengan jelas karena mobil yang ditumpanginya berjalan lambat akibat arus lalu lintas yang sedikit padat.
Karena posisi Marsha ada di sebelah pintu Mamanya, Arfin jadi enggan menyapa. Malas nanti ditanya macam-macam sama mereka. Hari itu hujan lumayan lebat dan dia melihat Marsha dalam keadaan membawa payung, berjongkok. Setelah diamati, ternyata di sampingnya ada seekor kucing yang sudah basah kuyup. Bukan hanya diberi ayoman, bahkan kucing itu diberinya makan gorengan. Iya, GORENGAN! Karena hanya cemilan itu yang Marsha bawa di kantong kreseknya. Bukan ikan teri yang kecil-kecil, apalagi ikan paus. Dan mungkin karena sedang kelaparan atau apa, kucing itu lahap saja memakannya.

"Cantik," tanpa sadar Arfin berbisik memuji Marsha.

"Apa? Ngomong apa, Fin? Cantik?" Mamanya yang dengar langsung mencecarnya.

"Siapa yang cantik?" Papanya yang duduk di depan sebelah supir, mendengar, dan ikut menanyainya.

"Nggak." Arfin langsung mengerjap lalu mengalihkan pandangan matanya dan menjawab pendek.

"Alah paling Viona, ya?" Mama berkedip genit, "lagi mikirin Viona, ya?"

"Iya udah lama ya kita nggak ketemu Viona? Bagaimana kalau kita atur jadwal untuk dinner bareng keluarga mereka?" Papa tersenyum penuh rencana.

"Boleh, nanti kita atur," jawab mama. Bukannya melanjutkan ngegodain, Mama diam, mengamati ekspresi anak semata wayangnya itu dan langsung mengerti. Bukan Viona.

Arfin yang sedang malas membahas Viona memilih pura-pura tidur. Karena mendengar nama itu disebut saja sudah membuat moodnya menguap kemana-mana.

Cukup. Itu baru bagian Marsha yang baiiiik banget. Untuk yang jahiiiil banget itu lain lagi.

Yang pertama, Arfin pernah memergoki Marsha yang sedang dikejar Mona yang meneriakinya, "Lo tuh ya, kan semua orang jadi ngira gue makan dari sampah!"

Arfin baru tahu sesaat kemudian dari teman-temannya yang heboh melihat video singkat di Instagram Mona yang memperlihatkan Mona yang mengambil sebungkus makanan ringan dari tempat sampah di rumahnya lalu memakan isinya (karena malas buka sosial media, akhirnya dia hanya tahu dari teman). Usut punya usut, ternyata Marsha yang mengedit alurnya supaya terbalik. Mona yang membuang bungkus makanan ringan itu jadi Mona yang seakan mengambil bungkus itu lalu memakan isinya. Kemudian dia posting di akun Mona sendiri.

Tidak sampai situ. Pernah saat Arfin duduk di sudut kantin karena kelaparan, dia melihat Marsha dan teman-temannya duduk berhadap-hadapan di dekat jendela besar.

Secrets (Season #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang