17 || Guru Privat

9 2 2
                                    

Yang dimaksud Arfin dengan ganti suasana belajar ternyata adalah...

Karena nilai Marsha tetap jeblok setelah mengikuti kelas tambahannya Bu Ana, maka Arfin menyarankan Marsha untuk meninggalkan kelas itu dan fokus untuk belajar pelajaran yang dia sukai saja, Bahasa Inggris misalnya.

Tapi Marsha bersikukuh. Ingin membuktikan pada diri sendiri kalau dia pasti bisa. Akhirnya, Arfin bersedia membantu mewujudkan pilihan Marsha tersebut dengan mengajaknya belajar bersama.

Waaah, pucuk dicinta ulam pun tiba! Mungkin itu salah satu peribahasa yang tepat untuk menggambarkan situasi Marsha saat ini. Yang pasti dia senang sekali Arfin menawarkan hal itu. Mereka jadi akan sering lagi ketemu. Mereka akan belajar bersama full setiap hari selama seminggu, mengingat minggu depan akan ada ulangan Matematika lagi. Tempatnya bebas bisa di mana saja. Dan kelas perdana mereka hari ini diadakan sore ini di rumah Marsha.

Arfin memberi 5 soal akar pangkat. 2 Soal berhasil Marsha jawab, tapi yang 3 bener-bener blank.

“Gimana kalau pakai metode gambling,” ucap Arfin mengawali.

“Hah?”

“3375. Angka terakhirnya 5, kan? Berapa pangkat 3 yang hasil angka terakhirnya 5?”

“Hah?”

Arfin melirik Marsha kesal karena dari tadi jawabannya hanya hah-heh-hah-heh. Ternyata kecurigaannya benar, Marsha tidak fokus mendengarkan, cewek itu sibuk menatapnya tapi dengan pandangan kosong.

“Mikirin apa?”

Pertanyaan Arfin membuat Marsha menyadarkan diri, lalu nyengir. Arfin menyilangkan tangan di dada dan menatap cewek itu. Dia jadi paham kenapa nih cewek tidak pernah dapat nilai matematika bagus meski rajin datang ke kelas tambahan. Bengong doang kerjaannya!

“Sori, Fin, tadi nggak fokus. Aku kepikiran tugas dari kak Mei soalnya," ungkap Marsha.

“Tugas apa?"

“Nulis profil kamu,” jawab Marsha pendek.

“Buat apa?”

“Dipasang di mading-lah.”

“Ya udah tulis aja. Gampang, kan?”

“Nggak.”

Arfin melipat keningnya.

Tidak gampanglah nulis tentang kamu. Banyak sekali tentang kamu yang ingin aku tulis. Bisa berlembar-lembar halaman nanti. Inginnya sih di halaman akhir nanti aku selipin puisi, begitulah suara hati Marsha yang dia tampilkan dengan bibir manyun.

“Terus ini belajarnya mau dipending aja? Kamu mau nulis dulu?” tanya Arfin.

“Jangaaaaan. Oke, aku bakal fokus!”

Arfin mengusap rambut Marsha dengan gemas, membuat suara jantung Marsha sekeras bedug adzan. Nggak, ini lebih keras. Arfin ini! Marsha menggerutu, bukannya tambah konsen, pikirannya makin amburadul sekarang.

“Pokoknya kalau kamu nggak fokus lagi, aku pulang aja,” ancam Arfin.

“Iya, iya, ayo mulai lagi.”

Dan hari pertama pun berakhir mengesankan karena ayah membelikan mereka ketoprak sebelum Arfin pulang.

Hari kedua....

“Hari ini mau di mana?” tanya Arfin, menyerahkan keputusan kepada yang berkepentingan.

“Di rumah kamu deh. Biar disuguhin pizza,” cengir Marsha.

“Sama apalagi?”

“Hmmm... Minumnya susu jahe.”

“Kok nggak nyambung pizza sama susu jahe?”

Secrets (Season #1)Место, где живут истории. Откройте их для себя