11

12.7K 475 1
                                    

Malam ini Jendra sangat sibuk, ia harus merapikan pakaian dan mengurusi Shiren.

Kini ia sedang membantu Shiren untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah. Shiren tidak akan bisa tertidur sebelum rambutnya kering dan rapi.

'Badan Jendra wangi banget.' Ucap batin Shiren.

Jendra yang berada dihadapannya membuatnya bisa mencium aroma tubuh yang sangat wangi dari pria itu.

Kini mereka sangat dekat, hanya berjarak satu jengkal saja. Jendra yang sibuk dengan alat pengering rambut, tidak memedulikan seberapa dekat dirinya dengan Shiren.

"Jen, gue besok sekolah nebeng lo ya. Gue ga akan bawa motor, lo tau sendiri kan tangan gue sakit, gue ga mungkin bawa motor pake tangan kanan doang." Ucap Shiren.

"Lo mau sekolah? Mendingan lo istirahat dulu, biar gue ntar kasih tau guru lo." Ucap Jendra.

"Jen, gue disini juga ga ngapa ngapain, gue suntuk ntar. Kalau gue sekolah kan, gue bisa dengerin guru, terus ketemu sama temen temen." Ucap Shiren.

"Iya udah kalau itu mau lo, bentar lagi gue bantuin lo ganti perban." Ucap Jendra yang diangguki oleh Shiren.

"Rambut lo udah kering, gue ambilin perbannya dulu. Lo tunggu disini jangan kabur." Ucap Jendra.

"Gue mau kabur kemana? Pintu sama jendela aja udah lo kunci." Ucap Shiren, yang membuat Jendra tersenyum.

Jendra melangkahkan kakinya menuju lemari dekat jendela, ia mencari kotak P3K yang biasanya ada dalam setiap ruangan.

Jendra mengambil kotak itu, lalu membawanya kepada Shiren. Jendra duduk disampingnya sambil memegang tangan kiri Shiren dengan sangat pelan.

"Jen, pelan pelan ya, harus pake kelembutan." Ucap Shiren memperingati.

"Gue bakalan pelan pelan, emang gue orang yang penuh kekerasan?" Ucap Jendra yang diangguki oleh Shiren.

Shiren membantu Jendra untuk mengambil perban dan gunting didalam kotak itu.

Walaupun hanya menggunakan tangan kanan, ia bisa kalau hanya untuk mengambil.

"Nih, perbannya." Ucap Shiren sambil memberikan perban itu kepada Jendra.

Dengan sangat pelan Jendra mengganti perban itu, tanpa membuat Shiren kesakitan.

Ia sangat memperhatikan setiap luka yang ada dalam tubuh Shiren. Sekecil apapun lukanya itu, Jendra merawatnya.

"Lo beresin dulu, gue buatin lo susu." Ucap Shiren yang membuat Jendra tersenyum.

Shiren beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya menuju dapur.

#####

"Kenapa berhenti?" Tanya Shiren saat Jendra menghentikan motornya tiba-tiba.

Padahal jarak sekolah dengan jalanan ini masih begitu jauh, namun pria itu sudah berhenti.

Bahkan pria itu tidak menjawab pertanyaannya, yang membuatnya kebingungan.

"Jendra, lo denger ga? Lo kenapa berhenti?" Tanya Shiren sambil menepuk pundak Jendra.

"Lo tunggu disini sebentar." Ucap Jendra sambil melepaskan helmnya, lalu menggunakan kacamatanya.

"Ehh, lo mau kemana? Kita harus sekolah Jendra, ntar kalau telat gimana?" Tanya Shiren saat pria itu hendak turun dari motornya.

"Gue mau kasih pelajaran ke mereka, berani-beraninya mereka ngambil uang dari orang miskin kayak ibu ibu itu." Ucap Jendra sambil menunjukkan kepada segerombolan anak geng motor yang sedang mengambil uang dari ibu ibu penjual jamu.

"Jen, lo ga usah ikut campur deh, mereka itu banyakan, lo ga liat? Jen, sekalipun lo bantu, lo ga akan bisa menang." Ucap Shiren yang sedikit mengkhawatirkan pria itu.

"Geng Vernas ga bisa dibiarin Ren, lo percaya aja sama gue. Gue bakalan balik dengan kondisi yang baik-baik aja oke." Ucap Jendra.

"Andai aja tangan gue ga luka, gue pasti bantuin lo buat berantem. Lo hati hati ya." Ucap Shiren, yang diangguki oleh Jendra.

"Jen, lo ga akan buka kacamata lo?" Tanya Shiren, yang membuat Jendra langsung membuka kacamatanya dan memberikan kepadanya.

"Ehh jen tunggu." Tahan lagi Shiren.

"Apa lagi?"

"Susu lo, ntar kalau pecah gimana? Sini tas nya, gue pegangin."

"Susu gue yang berharga, gue titip ke lo." Ucap Jendra sambil memberikan tasnya.

Setelah memberikan barang-barang yang di sayangnya, ia pun melangkahkan kakinya menuju geng Vernas.

Sepuluh orang geng Vernas tidak akan membuatnya terluka sedikitpun, ia bahkan bisa menghabisi puluhan orang dengan sendirian.

"Jen, lo nyari penyakit aja. Ngapain si harus lawan mereka segala." Ucap Shiren sambil terus menatap pria itu.

"WOII, KALIAN GA ADA KERJAAN." Teriak Jendra yang membuat Haikal ketua geng Vernas menatapnya.

Haikal yang sedang mengambil paksa uang dari pengemis, langsung mengalihkan perhatiannya kepada Jendra.

"Ngapain ketua Black Blood ada disini?" Tanya Haikal.

"Balikin uang itu." Ucap Jendra yang membuat Haikal tertawa.

"Lo mau jadi pahlawan kesiangan? Eh pahlawan kepagian hahahaha." Ucap Haikal sambil terus tertawa, anggota geng Vernas yang lainnya pun ikut tertawa.

"Gue bilang balikin uangnya, kalian ga usah ngambil uang dari mereka yang miskin. Gue tau lo orang kaya, ngapain lo harus malakin orang kek gini." Ucap Jendra.

"Alah banyak bacot lo." Ucap Haikal sambil melayangkan sebuah pukulan.

Namun dengan cepat Jendra menyadarinya dan menghindar, Jendra berlari menjauhi tempat itu.

Ia mencari tempat yang cukup luas dan sepi untuknya berkelahi dengan geng Vernas.

Haikal dan para anggotanya mengejar Jendra, mereka tidak membiarkan ada orang yang berani mengganggu aktivitasnya.

"Lo mau lari kemana Jendra?" Ucap Haikal saat berhasil mengepung Jendra.

Jendra melepaskan dasinya, dan membuka satu kancing bajunya. Ia sudah sangat siap untuk menghajar orang-orang itu.

BUGG

Tendang Jendra pada Renal yang berada dibelakangnya, yang membuat Renal langsung terjatuh saat dirinya tidak siap.

BUGG

BUGG

BUGG

Pukulan demi pukulan Jendra berikan pada setiap anggota Vernas, walaupun ia di keroyok namun ia masih bisa mengatasinya.

Shiren yang melihat itu merasa sangat khawatir, ia tidak bisa membatu Jendra dengan kondisi nya yang seperti ini.

"Segitu doang kemampuan kalian?" Ucap Jendra saat berhasil melumpuhkan 6 orang lawannya.

"Itu masih pemanasan, sini maju." Ucap Jendra, yang membuat Haikal semakin memperkuat kepalan tangannya.

"Jendra kalau lagi berantem terus keringetan kayak gitu cakep banget." Gumam Shiren sambil terus memperhatikan pria itu.

BUGG

"Jendra." Ucap Shiren, saat melihat pria itu dipukul dari arah belakang.

Jendra yang tidak menyadari itu, terkena pukulan. Namun dengan cepat ia bangkit dan menghajar kembali lawannya itu.

Ia tidak memberikan sedikit pun lawannya untuk melukai dirinya, kemampuannya dalam berkelahi sangat lah bagus.

"Gue harus bantuin Jendra, walaupun dia sejago itu, dia pasti akan ada kalahnya, kalau lawannya ga seimbang." Ucap Shiren sambil memikirkan cara untuk membantu Jendra.

"Gue tau." Ucap Shiren saat mendapatkan sebuah ide.











°
°
°
°
°

 Istri Untuk Anak ManjaOnde histórias criam vida. Descubra agora