13

11.6K 446 0
                                    


"Jendra, Kevan, kalian jangan tertipu sama dramanya." Ucap Marchel.

"Lo urus aja, gue mau bawa Shiren ke rumah sakit. Kalau ada apa apa sama dia, lo mau tanggung jawab hah?" Ucap Kevan.

"Dia itu cuman drama." Ucap Marchel lagi, namun diabaikan oleh kedua pria itu.

Mereka berdua tetap mau membawa Shiren ke rumah sakit, namun belum juga berjalan jauh, Shiren sudah jatuh pingsan.

Dengan cepat Jendra menggendongnya dan ia sedikit berlari agar segera sampai diparkiran.

Untung saja tadi Gisa meminjamkan mobilnya untuk membawa Shiren, jadi mereka tidak perlu untuk mencari mobil lain.

"HEH, BIARIN TEMEN KALIAN BAWA SHIREN KERUMAH SAKIT." Ucap Gisa.

"JIVA LO GA USAH NGEBALIK BALIKIN FAKTA, YANG DISINI SALAH ITU JELAS JELAS LO." Ucap Melda.

"Kalau sampe Shiren kenapa napa, yang salah itu lo, lo siap siap aja nanggung akibatnya." Ucap Gisa mengancam.

"Kalian ga akan bisa sakitin Jiva selama ada gue." Ucap Marchel.

"Ten kok gue percaya sama Shiren ya." Bisik Rian kepada Ten.

"Gue juga ngerasa ada keanehan disini." Jawab Ten dengan berbisik.

'Bagus, Marchel lo harus percaya sama gue.' Ucap batin Jiva.

"LO JADI COWOK GA USAH BUTA MARCHEL, GUE TAU LO SUKA KAN SAMA JIVA, MAKANYA LO BELAIN TERUS DIA." Ucap Gisa.

"DAN LO, GUE PERINGATIN SAMA LO, LO JANGAN MACEM MACEM SAMA SHIREN. LO GA MIKIR, SETELAH LO LAKUIN ITU, LO BAKALAN HIDUP TENANG? GA AKAN." Ucap Melda.

"GA USAH LO ANCAM JIVA KAYAK GITU." Ucap Marchel.

"Udah lah, kita ga usah ribut lagi. Kita pergi aja lagian si Shiren juga udah ga ada, ngapain lo adu bacot mulu?" Ucap Rian.

"Marchel, masa lo sebagai cowok ga mau ngalah sama cewek." Ucap Ten.

"Hushh, bawa temen kalian yang mulutnya banyak bacot ini pergi dari sini." Ucap Gisa.

"Dan bawa ratu drama ini juga dari sini, gue enekk liat mukanya, pengen muntah." Ucap Melda.

Dengan paksaan Rian dan Ten menarik tangan Marchel agar pergi dari sana, mereka harus menghentikan pertengkaran itu.

Sebelum para guru mengetahuinya dan mereka terkena hukuman, yang harus berdiri di bawah sinar matahari dengan tangan hormat ke bendera di lapangan.

#####

Seorang dokter yang pernah menanganinya kembali mengecek kondisinya.

Dokter itu membuka kembali perbannya dan mengecek tangan kiri Shiren yang semakin parah.

"Tangannya terkena benturan yang cukup keras, tangannya sedikit ketarik. Apa Shiren pernah ditarik seseorang?" Tanya dokter itu kepada Kevan dan Jendra yang kini berada di dalam ruangan.

"Ketarik dok?" Tanya Jendra.

"Iya, tangannya terkena benturan yang cukup keras dan sedikit ketarik, itu menyebabkan cedera tangannya semakin parah, untung saja tangannya dibalut perban sehingga tidak menyebabkan patah tulang." Ucap dokter itu.

"Apa kalian selalu memperhatikan jika Shiren sering mengalami pusing dan penglihatannya menjadi buram? Itu sudah biasa dialami oleh pasien yang terkena cedera kepala." Ucap dokter itu.

"Kepala Shiren terkena benturan keras, ia juga menerima beberapa jahitan di kepalanya, kalian harus sering memperhatikannya, saya tidak bisa memprediksi kapan Shiren akan mengalami sakit kepala dan penglihatan buram." Ucap dokter lagi.

 Istri Untuk Anak ManjaWhere stories live. Discover now