21

13.8K 522 15
                                    

"Dia udah berani nyuruh Archel buat ber—" Ucap Shiren tertahan saat Jiva tiba-tiba mencekiknya.

"Jiva lepasin dia." Ucap Marchel.

"Ngga kak Marchel, aku mau balas dia. Karena dia juga tadi cekik Archel kak, aku liat sendiri." Ucap Jiva sambil terus mencekik leher Shiren.

"Jiva lo ga usah fitnah gue." Ucap Shiren dengan sedikit kesulitan.

"Aku ga fitnah kak Shiren, tapi emang itu faktanya kak." Ucap Jiva yang membuat Marchel mengepalkan tangannya.

Tubuh Jiva terdorong dengan cukup keras, hingga membuatnya terjatuh ke lantai.

Jendra yang mendengar suara keributan langsung menghampiri dan melihat perlakuan Jiva pada Shiren.

"Kak Jendra?" Ucap Jiva sambil beranjak berdiri dibantu oleh Marchel.

"Lo ngapain cekik Shiren kayak gitu? Lo mau bunuh dia?" Tanya Jendra dengan tatapannya yang tajam.

Shiren memegangi lehernya yang terasa sakit, terdapat bekas kuku Jiva yang cukup dalam pada lehernya.

Untung saja ia masih bisa bernapas dan tidak lengah sedikit pun, Shiren memegangi tangan Jendra saat melihat ekspresi Jiva yang terlihat kecewa.

"Kak Jendra ngapain di apartemen kak Shiren?" Tanya Jiva.

"Lo kan tau kita udah bersama, jadi ga heran dong kalau Jendra ada disini." Jawab Shiren.

Jiva mengepalkan tangannya saat mendengar itu, ia tidak terima dengan apa yang dilihatnya.

"Mana Archel, Jen gue mau bawa dia balik." Ucap Marchel.

"Gue kan udah bilang, gue ga akan kasih Archel ke lo. Marchel gue ga akan ya biarin Archel nanggung semua itu di masa kecilnya." Ucap Shiren.

"Dia adek gue, gue yang berhak atur dia bukan lo." Ucap Marchel yang membuat Shiren tersenyum.

"Oh jadi lo juga yang nyuruh dia buat ngebentak dan marahin Archel?" Ucap Shiren sambil menunjuk Jiva.

"Aku ngga lakuin itu kak, kenapa kak Shiren malah nyalahin aku?" Ucap Jiva sambil menangis yang membuat Marchel simpati kepadanya.

"Lo ga usah nyalahin Jiva, gue tau yang disini salah itu lo." Ucap Marchel.

"Kalau gue yang bilang dia yang salah, lo percaya?" Ucap Jendra sambil menunjuk Jiva.

Marchel langsung terdiam, ia berfikir sambil sesekali menatap Jiva. Siapa yang harus ia percayai?

Jendra sudah ia kenal sejak lama dan tidak pernah membohongi apalagi mengecewakannya.

Namun ia juga tidak bisa dengan mudahnya untuk percaya pada Shiren, saat melihat air mata Jiva yang terus menetes membasahi pipi.

"Kak Jendra jangan mentang-mentang Kakak cinta sama dia, kakak jadi lindungi dia kak hikss... aku ga pernah lakuin semua itu kak hiks..." Ucap Jiva membela diri.

"Sampai kapan sih lo mau pake air mata palsu lo itu, gue enek liatnya." Ucap Shiren.

"Kak ilen ga calah." Ucap Archel yang tiba-tiba datang, lalu memeluk Shiren.

"Udah bangun?" Tanya shiren yang diangguki oleh Archel.

"Archel kita pulang." Ucap Marchel sambil mengulurkan tangannya.

Archel langsung menggelengkan kepalanya, ia menunduk dan tidak berani menatap kakaknya itu.

"Acel nda mau pulang, acel takut cama kak jipa." Ucap Archel.

"Lo denger? PASANG TELINGA LO." Ucap Shiren.

"Kak jipa nyuluh acel buat belecin lumah." Ucap Archel yang membuat Marchel langsung menatap Jiva.

"Kak, Archel pasti udah dipengaruhi sama kak Shiren, aku ga mungkin lakuin itu." Ucap Jiva.

"Ga usah membela diri lo lagi, Archel yang nerima itu semua." Ucap Shiren.

Marchel berjongkok dan menatap Archel, ia merasakan tubuh archel yang bergemetaran saat ia menyentuhnya.

Archel juga sangat erat memeluk Shiren seakan meminta pertolongan dan perlindungan.

Marchel beranjak berdiri, lalu menatap Jiva dengan tatapan tajam yang sangat menusuk.

"Berani lo lakuin itu ke Archel jiva?!" Sentak Marchel yang membuat Jiva terkejut.

"Kak, aku ga lak—."

"GA USAH LO BOHONG LAGI! ARCHEL KETAKUTAN SAAT GUE DEKETIN, APALAGI SAAT DIA NATAP LO. APA YANG UDAH LO LAKUIN SAMA DIA HAH?" Tanya Marchel yang sudah sangat marah.

"Kak, aku ga lakuin apa apa. Percaya sama aku hiks...." Ucap Jiva.

Tubuh Jiva bergemetaran saat Marchel menatapnya dengan sangat tajam, ia meringis kesakitan saat pria itu mencengkram erat tangannya.

"Archel sayang, kak Shiren beliin kamu es krim sama kue. Kamu makan ya, ada di meja kamar, kamu masuk dulu ya sayang, ini handphone kakak kamu bawa buat nonton film kesukaan kamu, tutup pintunya, jangan keluar sebelum kakak datang, ngerti?." Ucap Shiren yang diangguki oleh Archel.

Archel dengan cepat berlari masuk kedalam kamarnya, ia mengikuti ucapan Shiren dengan langsung menutup pintunya.

"LO NGAKU!" Sentak Marchel lagi.

"Marchel lo tenang dulu, jangan berantem disini, ga enak sama tetangga." Ucap Shiren.

"Kita ngobrol di ruang sebelah, ruangannya kedap suara." Ucap Jendra.

"Ikut gue." Ucap Marchel sambil menarik tangan Jiva.

Jendra membawa mereka ke dalam ruangan yang kedap suara, Jendra membiarkan Marchel untuk mengurus urusannya sendiri didalam sana.

"Jen, apa gapapa kalau mereka didalem dan kita diluar? Lo yakin si marchel ga akan lukain si jiva?" Tanya Shiren saat Jendra mulai menutup pintunya.

"Aku tau Marchel, dia ga akan terlalu kasar sama cewek." Jawab Jendra.

"Kita biarin mereka menyelesaikan urusannya, aku ga mau kamu terlibat lagi." Ucap Jendra.

"Tapi gue juga mau beri pelajaran sama tu anak, seenaknya aja main fitnah fitnah gue." Ucap Shiren sambil mengepalkan tangannya.

"Ga usah dendaman jadi orang, obatin luka kamu." Ucap Jendra sambil menarik tangan Shiren agar ikut dengannya.

Jendra membawanya untuk duduk di sofa, ia mengambil kotak P3K yang ada disana.

Mengambil kapas dan juga obat merah untuk ia oleskan pada luka di leher Shiren.

"Ruangannya bener bener kedap suara ya, itu pasti ruangan yang suka lo pake karaoke an kan, ngaku?" Ucap Shiren.

"Emang kamu pernah liat aku karaoke an?" Tanya Jendra sambil mengobati luka di lehernya.

"Iya pasti lo sering karaokean makanya ada ruangan yang kedap suara kayak gitu, suara sedikitpun ga kedengaran." Ucap Shiren.

"Gue tau lo pasti disana dangdutan sambil joget joget, udah kebaca sih." Ucap Shiren.

"Emang kelihatannya aku suka dangdut?"

"Kalau ngga dangdut, ohhh gue tau pasti lo suka lagu rock kan? Gue tau." Ucap Shiren sambil bertepuk tangan.

"Ntar lo pake baju rocker, celananya itu bolong bolong, terus lo ubah gaya rambut lo, jadi kayak piramida, terus lo pake make up rocker." Ucap Shiren yang membuat Jendra tertawa.

"Terus lo pegang gitar, sambil lo nyanyi, bener kan?" Ucap Shiren.

"Dalam keadaan gini, masih aja ngelawak." Ucap Jendra.

"Gue ga lawak Jen, gue itu mengutarakan pemikiran gue." Ucap Shiren.

"Pemikiran gue itu penuh dengan hal hal seperti itu." Ucap Shiren.

"Terus pemikiran kamu tentang balas perasaan aku kapan?" Tanya Jendra yang membuat Shiren langsung menutup mulutnya.











°
°
°
°
°

 Istri Untuk Anak ManjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang