24

3.2K 217 2
                                    

"JENDRAAAAAA." Teriak Shiren memanggil Jendra yang kini masih tertidur didalam kamarnya.

Shiren berada di depan pintu melihat sebuah barang besar yang lagi lagi dipesan oleh pria itu tanpa sepengetahuannya.

Ada banyak sekali barang yang sangat besar memenuhi depan pintunya, bahkan ada orang-orang yang sedikit kesulitan saat hendak melewat.

"JENDRAAAA." Panggil nya lagi saat tidak mendapatkan jawaban dari sang pemilik nama.

Shiren sangat kesal, ia melipat lengan bajunya bersiap-siap untuk memarahi pria itu.

Ia mulai melangkahkan kakinya, namun pergerakannya tiba-tiba tertahan saat pria itu datang sambil mengucek matanya.

"Baru bangun? Gue panggil panggil lo dari tadi Jen. Liat, lo beli apa sih sampe sebanyak ini? Mana barangnya berat semua." Omel Shiren.

"Alat Gym." Jawab Jendra lalu ia duduk di sofa.

"Alat Gym? Ngapain lo beli alat Gym trus lo bawa ke apartemen kita? Jen, kalau lo mau nge Gym tinggal ditempat nya." Ucap Shiren.

"Aku masukin dulu." Ucap Jendra, sambil beranjak dari duduknya.

"Serah lo deh." Ucap Shiren lalu ia duduk di sofa sambil memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Ia menatap Jendra yang kini mulai memasukan alat alat gym nya itu kedalam apartemen.

Jendra ternyata sudah menyiapkan sebuah ruangan untuknya bisa berolahraga.

"Perlu gue bantu ga?" Tanya Shiren sambil beranjak dari duduknya.

"Berat, Kamu ga akan kuat." Ucap Jendra.

"Kek dilan aje lu, lo jangan ngeremehin gue. Lo liat ya, gue bisa angkat....." Ucap Shiren sambil memilih barang yang akan di angkat nya.

".....itu." Tunjuknya pada sebuah kotak sedang yang berada dibawah.

"Coba angkat." Ucap Jendra yang membuat Shiren tertantang.

Shiren melangkahkan kakinya untuk mengambil kotak sedang itu, ia melihat kotak yang sepertinya sangat ringan.

"Kok berat gini sih? Isinya apaan coba?" Ucapnya pelan, saat dirinya tidak berhasil mengangkat kotak itu.

"Isinya barbel seberat 70 kilo gram." Ucap Jendra yang membuat Shiren terkejut dan menganga. Pantas saja ia tidak bisa mengangkatnya.

"Kalau gitu lo angkat sendiri, gue... gue mau masak." Ucap Shiren sambil menepuk nepuk tangannya yang tidak kotor.

#####

Setelah selesai menyelesaikan tugasnya, ia kembali melihat pria yang kini masih membereskan alat alat gim diruangan sebelah.

Ia dapat melihat otot pria itu yang sangat besar, membuatnya sedikit terpesona saat melihatnya.

Ia berdiri di depan pintu sambil terus menatap pria itu, keringat kini mulai bercucuran membasahi wajah Jendra.

"Lo bisa beresin ini nanti Jen." Ucap Shiren sambil membantu Jendra mengelap keringatnya.

"Bentar lagi beres."Ucap Jendra yang kini dirinya terdiam saat mendapatkan perlakuan itu.

Matanya tidak pernah berpaling saat Shiren berada dihadapannya, ia terus saja menatapnya.

Jendra memegang tangan Shiren, yang membuatnya langsung terdiam lalu menatapnya.

"Apaan? Mau lap sendiri? Nih." Tanya Shiren.

"Bagian ini udah kamu lap." Ucap Jendra, lalu menunjukkan bagian tubuhnya yang belum dilap oleh Shiren.

"Jen lo tau kan lo itu tinggi, walaupun tangan gue sampe ke jidat lo, tapi gue ga akan bisa lap sebersih itu." Ucap Shiren.

"Usaha." Ucap Jendra yang membuat Shiren mendengus kesalnya.

"Tugas istri melayani suami." Ucap Jendra.

"Tugas suami ga nyusahin istri." Balas Shiren.

"Istri ga perlu bantah apa kata suami." Ucap Jendra lagi.

"Istri juga perlu membela diri." Balas Shiren.

"Suami ga akan nyuruh kalau istrinya perhatian." Ucap Jendra.

"Kurang perhatian apa gue sama lo Jen? Barusan aja gue lap keringet lo, lo aja yang banyak maunya." Ucap Shiren.

"Kamu kalau lap yang bener." Ucap Jendra.

"Oke oke, gue lap lagi, mana jidat lo mau gue lap. Lagian jadi orang tinggi amat, mau gue lapin pake lap pel, biar bersih langsung." Ucap Shiren sambil berusaha untuk mengelap keringat yang berada di kening pria itu.

Shiren sampai berjinjit untuk meraihnya, tangan yang satunya ia gunakan untuk berpegangan pada pundak pria itu, sementara tangan yang satunya lagi sedang membersihkan keringat dan juga sedikit kotoran debu.

"JEN?" Terkejutnya ia saat pria itu tiba-tiba mengangkat tubuhnya, dan menyamakan dengan ketinggian nya.

"Gampang kan?" Tanya Jendra yang menyadarkan Shiren dari keterdiamannya.

"Lo ngapain sih? Turunin gue." Ucap Shiren sambil berpegangan.

"Lap." Jawab Jendra, yang membuat Shiren kesal.

"Lo jadiin gue asisten atau istri sih Jen? Lap keringet aja perlu gue yang lakuin." Ucap Shiren sambil mengelap keringatnya lagi.

"Istri sayang." Jawab Jendra dengan suara deep voice yang membuat Shiren langsung menatapnya.

'Plis gue ga boleh deg deg degan kayak gini. Jen lo bisa ga sih jangan buat gue salting terus?' Ucap batin Shiren saat mendengar suara Jendra yang sangat merdu didengarnya.

Cup

Kecup Jendra tepat dibibirnya yang membuat Shiren terkejut dan membulatkan matanya.

Shiren menelan ludahnya sambil berusaha mencerna apa yang dilakukan oleh pria itu.

Cup

Jendra kembali menempelkan bibirnya dengan bibir Shiren, namun kali ini bukan sebuah kecupan namun ciuman.

Shiren hanya terdiam sambil perlahan memejamkan matanya, ia bisa merasakan sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya.

Tidak mau terbuai dalam ciuman itu, Shiren langsung melepaskan tautan bibirnya.

"Shh aww." Ringis Shiren, saat Jendra menggigit bibirnya sebelum melepaskannya.

"Jen turunin gue." Ucap Shiren sambil menepuk-nepuk pundak pria itu.

Jendra menurunkan tubuhnya dengan perlahan, lalu ia menggenggam tangan Shiren, saat Shiren hendak pergi dari sana.

"Kenapa?" Tanya Jendra.

"Lo kalau mau cium bilang dulu bisa ga sih? Lo tau ga gue—." Ucap Shiren sambil menatap Jendra.

"Gu-gue..." Ucap shiren yang tidak bisa melanjutkan ucapannya saat melihat tatapan berbeda dari pria itu.

'Jendra, lo tau gue hampir ga bisa napas, dada gue dag-dig-dug lo ga ngerasa?' Ucap batin Shiren.

"Kamu mandi dulu, aku masih mau beresin ini." Ucap Jendra saat Shiren tidak melanjutkan ucapannya dan hanya terdiam.

"Iya gue mandi dulu, lo beresin gue mandi, setelah gue mandi lo yang mandi, terus ntar kita sarapan oke, kalau gitu gue pergi dulu, lo tenang aja beresin nya jangan cepet cepet." Ucap Shiren dengan nada gugupnya, lalu ia melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Jendra menganggukkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah Shiren yang salah tingkah seperti itu.

Jendra mengangkat tangannya, lalu memegang bibirnya, ia mengingat kejadian yang telah dilakukannya, sambil terus tersenyum.










°
°
°
°
°

 Istri Untuk Anak ManjaWhere stories live. Discover now