27

2K 132 0
                                    

BUGG

BUGG

"Ga akan gue biarin lo sentuh Shiren sedikit pun." Ucap Jendra sambil terus memberikan pukulan pada Haikal.

BUGG

Balas Haikal dengan memukul wajah Jendra hingga membuat luka pada sudut bibirnya.

"STOP KALIAN JANGAN BERANTEM LAGI UDAH." Teriak Shiren meminta mereka untuk menghentikan pertengkaran.

Namun kedua pria itu tidak mendengarkannya dan malah terus bertengkar.

"STOP STOP STOP." Ucap Shiren sambil berdiri di tengah-tengah antara Jendra dan juga Haikal.

Sontak saja membuat kedua pria itu langsung menghentikannya, tatapan mereka saling tajam dan membuat Shiren sedikit bergidik takut.

"Jen, kita harus pergi sekarang." Ucap Shiren sambil menatap Jendra.

Jendra yang tidak mendengar ucapan Shiren karena kini tatapan pria itu masih terus menatap Haikal.

"Kita pergi sekarang." Ucap Shiren sambil menarik tangan Jendra agar segera pergi dari sana.

Ia tidak bisa terus melihat pertengkaran diantara keduanya. Apalagi kini mereka sedang terburu-buru untuk menyelamatkan Archel.

"Jen, lo lupa kalau kita harus cepetan ke rumah Marchel. Lo ga bisa terus terus urus musuh lo sekarang." Ucap Shiren.

"Dan asal lo tau, tadi Marchel sempet chat gue, dia bilang Archel ga ada dirumah, dan dia udah lacak posisi Jiva dan Archel dimana. Kita sekarang harus cepetan kesana." Ucap Shiren lagi.

"Kita pergi sekarang." Ucap Jendra, lalu ia memakai helmnya, kemudian menyalakan mesin motornya.

Jendra mengendarai motornya sesuai arah yang dikatakan Shiren, ia sedikit berpikir pada arah yang sedikit ia kenali itu.

"Aku tau kita mau kemana." Ucap Jendra.

"Iya udah kalau lo tau cepetan." Ucap Shiren.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di tempat itu. Tempat yang tidak pernah didatangi oleh siapapun membuat auranya sedikit menyeramkan.

Shiren menatap kearah depannya yang sedikit tampak gelap, padahal ini masih siang hari.

"Jen, seriusan kita harus masuk hutan ini?" Tanya Shiren yang tidak yakin.

"Aku yakin Archel ada disini." Jawab Jendra.

"Lo jangan cepet cepet ya, liat pohonnya bener bener banyak banget terus gede gede, terus gelap banget lagi." Ucap Shiren sambil memegang tangan Jendra.

"Iya sayang." Ucap Jendra.

Shiren terus memegang tangan pria itu, ia terus mengikuti setiap langkah Jendra.

Shiren mengerutkan keningnya yang melihat Jendra sepertinya tahu dengan arah dihutan ini.

Bahkan pria itu tidak memberi tanda pada pohon untuk menemukan jalan pulang kembali.

"Jen, lo tau arah? Kalau kita nyasar gimana?" Tanya Shiren.

"Kompas?" Ucap Shiren saat melihat kompas pada jam tangan pria itu.

Pantas saja Jendra tahu arah, ternyata di jam tangannya sudah ada kompas yang mengarahkan arah untuknya terus berjalan.

"Jen, kita nyalain sent—." Ucap Shiren terpotong saat Jendra tiba-tiba menutup mulutnya dan menariknya untuk bersembunyi dibalik pohon.

"Jangan berisik." Bisik Jendra.

Jendra bersembunyi saat mendengar suara langkah kaki seseorang yang cukup dekat dengan keberadaan mereka.

 Istri Untuk Anak ManjaWhere stories live. Discover now