20

10.7K 411 6
                                    

"Alkisah, hiduplah seorang gadis cantik dan baik bernama Cinderella. Sejak ayahnya meninggal, ia hidup bersama dengan ibu dan kedua saudara tirinya yang kejam. Suatu hari, surat dari Raja datang ke rumah Cinderella. Di surat itu diberitahukan bahwa Raja akan mengadakan pesta dansa untuk mencari calon istri pangeran. Semua begitu senang mendengar kabar itu. Mendengar undangan tersebut, Cinderella juga ingin datang ke pesta. Sayangnya, ibu tiri nya tidak mengijinkan dan menyuruhnya untuk membersihkan rumah saat pesta itu berlangsung." Ucap Shiren sambil membaca sebuah buku cerita, untuk membantu Archel yang kesulitan tertidur.

"Cinderella berusaha keras untuk menyelesaikan tugasnya, namun sayang usahanya tidak membuahkan hasil. Cinderella sedih dan berlari ke kebun. Lalu saat ia berbicara sendiri, ada seorang ibu pergi yang datang dengan membawa tongkat. Ibu peri itu mengubah labu menjadi kereta kencana, dan merubah penam—." Ucap Shiren melanjutkan ceritanya, namun terpotong saat Archel tiba-tiba bertanya.

"Kakak keleta kecana itu apa?" Tanya Archel.

"Emm... kereta kencana itu kereta yang ditarik sama kuda, kayak delman. Archel tau delman?" Ucap Shiren.

"Tau, belalti kak ilen ibu peli." Ucap Archel.

"Kenapa kak Shiren ibu peri?" Tanya Shiren.

"Kalna kak ilen udah batuin acel dali kak jipa." Jawab Archel yang membuat Shiren tersenyum.

"Bisa aja bocil, udah ngantuk belum?" Tanya Shiren yang diangguki oleh Archel.

"Kalau gitu tutup matanya, trus mimpi indah." Ucap Shiren sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh Archel sampai leher.

Shiren mengelus ngelus kepala Archel sambil tersenyum, perlahan ia merasakan tidak ada pergerakan dari anak kecil itu.

Shiren beranjak dari duduknya, lalu mematikan lampu. Ia keluar dari dalam kamarnya, namun saat ia keluar ia mendengar suara dari arah dapur.

Shiren melangkahkan kakinya melihat apa yang terjadi disana, ia melihat Jendra yang sedang menyalakan kompor.

Shiren tersenyum saat pria itu hendak memasak, namun tidak tahu apa apa sampai harus melihat video masak di YouTube.

"Lo lagi ngapain Jen?" Tanya Shiren sambil menyandar di dinding.

"Mau bikin mie." Jawab Shiren.

"Kirain gue mau masak air, lo ngapain masak mie pake air sebanyak ini?" Ucap Shiren sambil menunjuk panci yang hampir terisi penuh oleh air.

"Jen, masak mie sebungkus ini airnya ga sebanyak ini. Gue buang sebagian." Ucap Shiren sambil mengambil panci itu.

"Biar aku aja." Ucap Jendra, sambil mengambil panci itu.

"Kurangin terus, terus... Udah cukup." Ucap Shiren.

"Lo mau makan kuah nya atau mie nya sih Jen, sampe airnya harus menuhin panci?" Tanya Shiren.

"Lo tunggu dulu sebentar, abis itu masukin mie nya." Ucap Shiren lagi yang diangguki oleh Jendra.

Shiren melangkahkan kakinya pergi dari sana, namun pergerakannya tertahan karena Jendra memegangi tangannya.

Jendra menariknya hingga mendekat padanya, jarak mereka sangat dekat, membuat mereka bisa merasakan napas satu sama lain.

Jendra mematikan kompornya, lalu mengangkat tubuh Shiren untuk duduk dimeja.

Jendra mengunci pergerakannya dengan tangannya. Detak jantung Shiren kini berdetak dengan sangat kencang, napasnya juga mulai cepat.

"Jen lo mau ngapain?" Tanya Shiren saat Jendra mendekatkan wajahnya.

"Aku mau ambil hak aku." Jawab Jendra yang membuat Shiren terkejut dan membulatkan matanya.

"Tapi ini di dapur Jen." Ucap Shiren.

"Sekali aja."

Shiren memejamkan matanya saat Jendra terus mendekatkan wajahnya, bahkan hidung mereka kini mulai bersentuhan.

Cup

________________

"ARKHHHH." Teriak Shiren terkejut saat tiba-tiba Jendra menepuk pundaknya.

"Kamu kenapa diem disini dan merem?" Tanya Jendra yang kini berada dihadapannya.

Shiren melihat sekelilingnya, napasnya sangat cepat. Ia menatap Jendra yang kini sedang mengerutkan keningnya.

"Kamu kenapa? Kesambet?" Tanya Jendra lagi.

'Jadi itu cuman halusinasi? Kok gue jadi haluin Jendra kayak gini? Ngga ga boleh, apaan sih?' Ucap batin Shiren sambil ia memukul mukul kepalanya.

"Kamu kenapa Shiren? Jangan dipukul lagi." Ucap Jendra sambil menahan tangannya.

'Kenapa gue haluin lo kayak gitu jen?' Ucap batin Shiren lagi sambil menatap Jendra.

"Gue gapapa kok, gue cuman abis mimpi tadi." Jawab Shiren.

"Kamu tidur sambil berdiri? Shiren kalau kamu kecapean kamu ke kamar, jangan tidur disini." Ucap Jendra.

"Iya sekarang gue mau ke kamar." Ucap Shiren.

Tingg

"Siapa yang dateng malem malem gini?" Tanya Shiren saat mendengar bel apartemennya berbunyi.

"Kita liat sekarang." Ucap Jendra.

"Ga usah Jen, lo lanjutin aja masaknya, biar gue yang liat." Ucap Shiren lalu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Shiren membuka pintu itu lalu melihat Marchel bersama dengan seorang gadis yang sangat ia benci.

Gadis itu terus menatapnya dengan tatapan tajam, namun dengan raut wajah yang menyedihkan.

"Dia kak, dia yang ambil paksa Archel dari aku, saat aku lagi main sama Archel." Ucap Jiva yang membuat Shiren menatapnya.

Shiren menaikkan alisnya sebelah, saat Jiva kembali mulai memutar kebenaran dan menyalahkannya.

"Lo nyalahin gue? Lo sama sekali ga ngaca? Disini yang salah bukan gue, tapi lo." Ucap Shiren sambil menunjuk nunjuk Jiva.

"Shiren lo ga boleh nunjuk nunjuk Jiva kayak gitu, dan maksud lo apa ngambil Archel dengan paksa?" Ucap Marchel.

"Lo percaya sama cewek ini? Marchel lo bener bener udah dibutain sama dia." Ucap Shiren.

"Gue ga buta, sekarang mana Archel? Gue mau bawa dia pulang." Ucap Marchel sambil bertanya keberadaan Archel.

"Gue ga akan kasih Archel ke lo, apalagi Archel jatuh ditangan dia." Ucap Shiren sambil menunjuk Jiva lagi.

"Lo ga ada hak buat larang gue ketemu sama Archel, dia adek gue." Ucap Marchel.

"Kak Marchel tau mana yang baik mana yang ngga buat Archel, jadi cepet kasih Archel ke kita." Ucap Jiva.

Shiren tertawa sambil bertepuk tangan saat mendengar ucapan itu, bisa-bisanya Jiva berbicara seperti itu dan tidak tahu malu.

"Lo emang ga punya malu ya? Disini yang jahat siapa? Disini yang perlakuin Archel dengan buruk siapa?" Tanya Shiren yang membuat Jiva sedikit ketakutan.

"Kak Marchel lagi lagi aku disalahin kak hiks.... aku ga pernah perlakuin archel dengan buruk, kak Marchel tau kan kalau aku sayang banget sama Archel? tapi dia nuduh aku kak hiks...." Ucap Jiva yang membuat Shiren semakin jijik melihat dan mendengar suaranya.

"Jiva ga mungkin lakuin itu, lo yang udah pengaruhin Archel kan?" Ucap Marchel yang lagi lagi percaya dengan air mata palsu Jiva.

"Semakin lo nuduh gue, gue ga akan kasih Archel ke lo." Ucap Shiren.

"DIMANA ARCHEL?" Ucap Marchel dengan nada suaranya yang sedikit keras.

"GUE GA AKAN KASIH ARCHEL KE LO, APALAGI DIA!" Ucap Shiren.

"Dia udah berani nyuruh Archel buat ber—" Ucap Shiren tertahan saat Jiva tiba-tiba mencekiknya.











°
°
°
°
°

 Istri Untuk Anak ManjaWhere stories live. Discover now