tiga

177 10 0
                                    

.....
Kembali lagi bersama Naya Jiel dan Jerico tapi sudah dengan situasi yang berbeda.

Mereka kini sudah berada di dalam mobil meski Jiel dan Jerico belum saling menyapa untuk menyelesaikan masalah mereka.

Naya yang tahu dinginnya hawa ayah dan anak itupun mulai membuka percakapan untuk sekedar mencairkan suasana.

"Jiel nanti kalau udah di sana mau makan apa udang mau itu kesukaan Kaka tau" Naya bertanya karena tadi setelah Jiel mulai tenang mereka memutuskan untuk makan malam bersama di restoran.

"Jiel alergi udang jangan itu kau ini juga orang asing kalau mau menawarkan sesuatu tanya terlebih dulu" respon cepat dari Jerico khawatir Jiel menyetujui tawaran Naya.

"Apa sih ayah lagian Jiel juga baru mau bilang sama kaka"Jiel sudah tidak memanggil Naya nona sejak beberapa jam yang lalu.

"Ayah cuman khawatir Jiel"

"Tapi Jiel sudah besar jadi ayah nggak perlu khawatir terhadap Jiel"

"Kau ini anak ayah jadi tidak masalah kalau ayah khawatir"

"Tetap saja Jiel ini sudah besar"

Seperti nya pertengkaran mulai terjadi di antara Jerico dan Jiel.

Naya menjadi bingung sebenarnya tadi ia hanya ingin membuka percakapan malahan kini bukan hanya percakapan yang terbuka pertengkaran pun ikut terbuka.

"Jiel tuan berhenti ,sudah cukup" Naya mencoba menengahi mereka berdua.

Pasangan ayah dan anak itupun langsung berhenti dari acara pertengkaran mereka.

Akhirnya mereka berhenti dari pertengkaran dan membuat Naya dapat menghela nafas lega.

Lalu Naya menyatukan tangan Jerico dengan Jiel dan mengelus tangan mereka hangat.

"Jiel kenapa seperti itu terhadap ayah Jiel tidak baik kalau marah marah begitu, mengerti jadi nanti berbaikan ya sama ayah"bicara lembut Naya terhadap Jiel lalu dibalas anggukan lemas.

"Semangat dong Jiel"Naya mengelus pipi kanan Jiel.

"Baiklah Kaka"Jiel langsung berubah dari tadi yang lemas sekarang menjadi begitu bersemangat.

Memang pesona dari Naya tidak ada yang menandingi Jiel saja yang tadi lemas dapat langsung bersemangat.

Lanjut lalu ia berbalik arah untuk menatap Jerico.

"Dan tuan pertama maaf saya memang orang asing tak mengerti apa apa tentang anda juga Jiel tapi saya tadi hanya ingin membuka percakapan karena kalian terlihat dingin satu sama lain jadi saya pikir dengan kalian berdua berbincang maka itu akan menghangatkan suasana sekali lagi saya meminta maaf, dan saya juga meminta maaf sekaligus izin karena orang asing ini ingin sedikit menasehati anda, tuan tolong lebih mengerti dan lembut terhadap Jiel saya tau kita baru bertemu sehari tapi untuk anak anak saya sudah sering bertemu bahkan setiap hari saya bertemu jadi tuan tolong mengerti lah tentang anak tuan bersabarlah sedikit anak anak memang agak sulit ditebak cobalah sekarang tuan berbaikan dengan jiel" nasihat Naya panjang lebar, karena setahu Naya kalau kita menasehati orang dewasa dan anak kecil itu berbeda

Namun setelah nasihat naya tidak ada dari keduanya bergerak untuk saling meminta maaf, mungkin karena mereka ayah dan anak jadi sama sama memiliki sifat gengsi.

Naya yang melihat itu pun jadi berkacak pinggang ia ingin marah kenapa kedua orang ini begitu gengsi bahkan hanya untuk sekedar meminta maaf.

Ia mendekat ke arah kedua nya lalu seraya berkata "kalian tidak mau berbaikan saling meminta maaf"

Kedua nya langsung saling menatap dengan canggung mereka mengangkat tangan masing masing lalu mereka tautkan.

Naya mengangkat satu alis mengkode untuk segera meminta maaf.

"Ayah/Jiel meminta maaf"ucap kedua nya serentak.

Kedua mata Naya mengerjap lucu sekali melihat duo gengsi ini saling meminta maaf.

Tangan Naya ia rentangkan lalu memeluk mereka berdua.

"Bagus sekali kalian sudah berbaikan jadi kita makan apa"  Jerico yang tak nyaman dengan pelukan Naya pun berdehem "oh maaf tuan tadi itu hanya respon senang saya, kita mau makan apa"

Mereka berdua berfikir sejenak lalu setelah mendapatkan ide mereka serentak mengatakan nya bersama.
"Bagaimana kalau samgyetang"

"Wah kalian sangat kompak yah" Naya pura pura terkaget.

Jiel dan Jerico pun tersenyum bangga.

"Ayah dan Jiel" ucap Jiel bangga.

"Tos dulu nak"mereka bertos ria sambil diiringi tawa yang begitu menggelegar di gendang telinga.

Naya yang menyaksikan hanya bisa ikut tertawa , ia juga bangga bisa meluluhkan ego dari dua manusia gengsi ini walaupun dia hanya orang asing di kehidupan mereka.

Kini aura di mobil itu sudah tidak terisi lagi dengan kedinginan yang ada hanya aura hangat dan suara tertawa dari ketiga nya.

Tapi tanpa Naya sadari ada sesuatu yang ia lupakan 'apa yang aku lupakan'batin Naya coba mengingat.

"Kaka Kaka kau suka buah apel atau persik"Jiel mengguncang guncang tubuh Naya untuk bertanya.

"Aaa... apel Jie"ia segera tersadar dari pikiran nya yang berlarut.

"Oke ayah persik Jiel dan Kaka apel dua dan satu Yeay ayah kalah wlee" juluran lidah Jiel diberikan untuk sang ayah.

"Oh begitu ya awas saja Jiel ayah akan menyerang mu"Jerico berpose siap menyerang Jiel dengan jurus gelitik maut.

"Hahah.... Aduh ampun ayah ampun hahaha "tangan Jiel berusaha menepis jari jari besar Jerico.

Jerico pun menyeringai jahil dan semakin gencar menggelitik perut Jiel
"Tiada kata ampun untuk mu"

Naya yang disitu hanya bisa menikmati pemandangan tersebut hanya tertawa renyah memang gemas sekali mereka berdua ini.

'kok telingaku gatal apa mungkin ada yang sedang menyebut namaku tapi siapa' bati Naya karena secara tiba-tiba telinga nya gatal.
.....
Dengan tempat berbeda kini nampak satu orang gadis tengah merengut menahan amarah.

"Naya kemana saja sih pelanggan dari tadi komplain marah marah kue nya belum diantar,awas saja nanti kalau pulang"monolog gadis itu yang tidak lain dan tidak bukan Revana.

Jadi orang yang sedari tadi membuat telinga Naya gatal adalah Revana tapi itu salah Naya sendiri sih kenapa ia sampai melupakan kue yang seharusnya sedari tadi ia sudah antar memang dasar Naya.

_____

Oke sampai disini dulu sampai jumpa
Thanks buat yang sudah membaca cerita gaje dan gabut ini
Bye bye.


Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Where stories live. Discover now