sebelas

74 3 0
                                    

.....
"Tuan saya mau"tanpa berpikir dua kali Naya lantas menjawab.

Girang sudah seorang Jerico rencana yang tak perlu effort diri nya berhasil bahkan dalam sekejap saja, egois memang tapi bukan cuman Jerico yang untung Naya pun iya, selesai kan semua masalah.

Sekejap Naya terpesona akan senyuman Jerico sungguh manis bahkan kalau dibandingkan gula mungkin masih manis senyuman Jerico, lalu tersadar akan sentuhan jari Jerico pada ujung hidung nya.

"Sekarang kau kekasihku mengerti cantik" walau Naya samar mendengar perkataan Jerico namun kata terakhir sangat jelas ia dengar , kebahagiaan Naya rasanya dua kali lipat seperti ingin meledak padahal hanya memuji saja begini apa lagi nanti kalau diberi keromantisan Naya dengar dari Jiel ayah nya orang yang sangat romantis ia tak sabar menunggu deh.

"Baik tu-

Jari panjang Jerico menyentuh bibir lembut Naya "stt... Aku ini kekasihmu jadi berhenti memanggilku dengan sebutan tuan panggil dengan nama atau kamu mau memanggilku dengan sebutan sayang juga tak apa" aduh apa lagi ini gebrakan Jerico sangat banyak sampai sampai membuat darah Naya mengalir dari hidung.

Tak tergubris oleh Naya darah dari hidung nya makin mengalir membuat Jerico awalnya terkekeh gemas menjadi agak panik.

"Hidung mu berdarah Naya, aduh tisu dimana" Jerico yang sibuk mencari tisu berhasil menyadarkan Naya dari lamunan.

"Kamu mencari apa Jerico" tanya Naya sedikit akward akan panggilan baru kepada tuannya "tisu lihat tidak , ya ampun hidung mu berdarah dan kau masih bertanya"masih fokus mencari tisu Jerico sedikit memarahi Naya.

Dagu Naya pelan pelan Jerico angkat untuk memudahkan menghapus bercak darah serta yang masih mengalir, begitu fokus dan tekun Jerico mengelap hidung Naya.

Membuat hati kecil Naya menjerit tertahan , larut akan tindakan jerico lama kelamaan ia perhatikan hidung mancung Jerico lalu lambat laun naik tepat ke arah mata tajam yang sangat mempesona.

Naya merasa sikap serius Jerico sungguh memikat hatinya seolah olah ia benar benar sudah jatuh dalam pesona Jerico walau Naya sudah merasakan itu tapi entah kenapa kali ini beribu kali lebih jatuh juga larut dalam semua yang ada pada Jerico.

Lama Naya memperhatikan Jerico sampai tak terasa darah sudah berhenti keluar.

"Sudah selesai" Jerico yang telah selesai akan pergi mengembalikan tisu tapi saat baru satu langkah ia sudah dulu salah fokus terhadap Naya yang tak merubah posisinya hanya mata Naya yang bergerak itupun mengikuti arah langkah wajah Jerico.

Kedua tangan bersedekah dada dengan mata berbinar macam kucing lapar yang menginginkan makanan, lucu sekali membuat Jerico balik menatap mata kecil Naya.

Terjebak aksi tatap menatap Jerico dibuat lupa rencananya sendiri agar tidak jatuh hati pada Naya meski belum jatuh hati namun hal hal kecil bak tadi dapat kan menumbuhkan rasa cinta.

Masalah pesona memang Naya tiada yang menandingkan, cukup lama mereka menetap dalam posisi seperti itu tiba-tiba terdengar suara gaduh

"Ayah Kaka " baru saja bangun Jiel langsung mendapat suguhan yang sangat membuat hati nya senang.
.....
"Jadi Kaka sudah resmi jadi bunda Jiel benar tidak"kini Naya dan Jiel sudah duduk rapi di atas tikar tempat bermain Jiel, ayah Jiel telah lama pergi sebab setelah Jiel tahu akan hubungan keduanya Jiel menjadi tak terkontrol dalam berbicara.

Mau mau saja Naya mengiyakan pertanyaan Jiel tetapi kenyataannya hubungan dia dengan Jerico tidak se serius itu untuk Jiel menganggap dirinya sebagai ibu.

Oleh karena nya Naya menggeleng pelan sembari tersenyum lembut.

"Gini Kaka sama ayah kamu hubungan nya belum sampai bisa membuat Jiel menganggap Kaka sebagai bunda Jiel"

"Tapi Kaka bilang tadi kalian sudah bersama bukan , berarti Jiel boleh dong panggil Kaka bunda" muak akan jawaban Jiel yang tiada hentinya Naya lalu cepat cepat mengemasi barang untuk sekolah Jiel.

"Cukup cukup Jiel ayo kita berangkat sudah agak siang ini" Setiap kali Jiel sedang kambuh cerewet nya maka siapa saja pasti dibuat pusing sebab oleh itu Naya memilih untuk bergegas mengantar Jiel, padahal kalau pun Jiel terlambat juga tak apa pasti di pahami toh ayah nya kan donatur terbesar.

Merubah ekspresi Jiel terlihat senang Kaka kesayangan nya satu ini jarang mengantar namun kali ini ia dengan senang hati mengantar.

"Wah Kak Naya mengantar Jiel. Naya mengangguk. Hore ayo Kaka Jiel sudah siap" Jiel menarik tangan Naya begitu semangat.

Tak menjawab apapun Naya langsung mengikuti langkah tarikan Jiel, beruntung Jiel gampang teralihkan Naya tidak perlu terlalu repot.

.....

Gedung mewah dan besar berisi anak anak orang kaya kini Naya berdiri disitu tentu bersama Jiel bergandengan tangan layaknya ibu dan anak.

Sebelum Naya pulang biasa selalu harus masuk ke dalam kelas Jiel, ini salah satu alasan Naya sering menolak jika Jiel menyuruh Naya mengantar nya.

Bukan malas mengantar sampai kelas tapi ketika sudah di dalam pasti Jiel semangat menyombongkan Naya pada teman-teman nya apalagi teman temannya yang malahan menanggapi dengan mengerubungi Naya, siapa yang tak malu coba bayangkan.

"Lihat teman teman Jiel telah sembuh langsung di antar Kaka cantik" heboh salah satu teman Jiel langsung di balas tanggapan heboh oleh yang lain.

"Wah benar Jiel bersama Kaka cantik ayo kita dekati" sahut yang lain.

Benar kan baru melewati pintu sudah disuguhi jajaran anak anak yang menatap Naya antusias.

"Jiel apa kabar" sapa salah satu temannya yang sebenarnya untuk basa basi.

"Baik, Jake" awalnya basa basi yang di jawab Jiel nanti lama kelamaan akan berubah menjadi penyombongan yang berkepanjangan.

Ada sekitar tiga puluh menit Naya harus menanggapi setiap ocehan anak TK tersebut sekarang sudah selesai dan Naya berniat pamit pulang.

Eits belum satu langkah keluar pintu mendadak ada teriakan heboh satu anak perempuan imut memanggil nama Naya dengan semangat.

"Onty Naya tunggu"

_____

Maaf semua mau tanya cerita ini bagus atau enggak sih.
Itu saja mungkin terimakasih banyak atas yang membaca
Bye... Bye...

Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora