sepuluh

82 3 0
                                    

.....
Esok hari matahari terbit begitu indah dengan cahaya yang menembus masuk menerangi rumah keluarga Rodriguez.

Kebiasaan pada rumah ini hanya satu orang yang baru bangun jika matahari baru terbit , tentu dapat ditebak ialah Naya.

Biasanya ada maid namun hari libur untuk para maid jadi tak ada satupun yang membantu Naya, dia pun harus memasak sarapan sendiri.

Suara indah Naya bergema ke penjuru dapur tak lupa juga gerakan gemulai nya yang mengiringi, sudah jadi hobi ia bernyanyi dan menari sambil memasak tenang saja Naya ini sudah profesional jadi tak apa jika ia melakukan ketiganya, dalam kutip Naya sedang sendiri.

~Baby take my hand
~I want you to be my husband
~Cause you're my great master
~And i love you 3000

Tanpa Naya sadari ada seseorang yang telah dan orang itu yang dimaksud Naya dalam nyanyian nya, siapa lagi kalau bukan jerico.

~Baby, take a chance
~'Cause I want this to be something
~straight out of a Hollywood movie

Semakin lincah gerakan Naya semakin takjub Jerico yang sejak tadi memerhatikan nya.

~i see you standing there
~In your Hulk outerwear
~And all I can think
~Is where is the ring
~'Cause I know you wanna ask
~Scared the moment will pass

Sambil membayangkan jerico Naya menikmati lirik lagu nya, dan belum sadar akan kehadiran Jerico yang bahkan sudah terkekeh sejak tadi.

~I can see it in your eyes
~Just take me by surprise
~And all my friends, they tell me they see
~You're planning to get on one knee
~But I want it to be out of the blue
~So make sure I have no clue
~When you ask
~Baby, take my hand
~I want you to be my husband
~'Cause you're my great master
~And I love you 3000

Belum selesai lagu yang Naya nyanyikan dirinya sudah duluan salting tidak tertolong.

Melompat lompat sambil teriak tak jelas sekarang ia lakukan "aaaa.... Bunda anakmu ini ingin punya suami"

Tak mampu menahan tawa akhirnya Jerico disadari kehadiran nya oleh Naya.

"Hahaha... Tidak disangka nona Naya bisa selucu ini" malu satu kata yang dapat mendeskripsikan seluruh perasaan Naya saat ini.

Sampai Naya gagap dalam berbicara "tu- an je-ri-co dari kapan disini" kalang kabut pikiran Naya tak tertandingi rasa malu yang mendera di sekujur tubuh nya.

Jerico yang duduk lantas berdiri mendekati Naya" baru sebentar, omong omong suaramu bagus"

Kalau ditanya bagaimana perasaan Naya saat ini maka ia pasti menjawab rasanya seperti melayang tapi menaiki awan yang sangat lembut, sangat bahagia bercampur tidak percaya yang sekarang Naya rasakan.

'Ternyata benar dia suka padaku pantas baru menerima pujian begitu sudah melayang' batin Jerico.

"Bisa saja tuan suara saya tidak sebagus itu , tapi terima kasih" Naya berusaha tak oleng agar tuan nya tidak curiga.

"Memang benar kan" Jerico mengangkat satu alis Naya hanya cengengesan tak jelas.

Setelah obrolan singkat tadi Jerico Naya duduk di meja makan, biasa kalau sarapan tidak bisa menunggu Jiel bangun.

Saat hanya suara suara dentuman sendok dan garpu tiba tiba Jerico mengehentikan acara makan nya lalu menatap Naya dalam.

"Saya mau kita bersama Naya seperti ucapan Jiel" bingung terkejut tapi Jerico punya alasan tersendiri kenapa tiba tiba ia meminta seperti itu pada Naya jadi ini alasannya.

Flashback

Ruangan CEO tempat Jerico yang nampak sedang ber vc dengan Jiel dan Naya, berinteraksi begitu ceria layaknya keluarga kecil meski realita nya tidak seindah yang terlihat.

"Bye ayah Jiel mau minum obat dulu"
"Bye juga Jiel, dan kau juga Naya, jaga Jiel baik baik"
"I-iya tuan pasti"

Bip...

Setelah mematikan telepon jerico ternyata kedatangan tamu spesial.

Bugh....

Sapaan kepalan besar tangan menyapa pundak Jerico.

"Yo... My little brother"

Mengalihkan sedikit atensi jerico menatap orang yang baru saja menepuk atau mungkin lebih tepat memukul pundak nya"Loh kak Mario kau ada di sini, sudah pulang sejak kapan" mendapat sedikit jitakan itulah yang Jerico dapat sebagai jawaban"udah lama kau saja yang terlalu sibuk mengurusi kertas itu semua" cibir Mario muak memang dia melihat sang adik yang terlalu ambisius dengan pekerjaan.

Tertawa canggung sambil menggaruk belakang kepalanya seperti yang biasa Jerico lakukan "hehe... Aku memang begitu tentu kau pasti sudah tahu, dan apa maksud kedatanganmu kemari" tidak biasa Mario datang ke kantor pada hari biasa kebanyakan kalau ia datang pasti pada hari anniversary kantor atau rapat dan hal penting saja tapi kali ini tidak begitu.

"Ayah  meminta mu untuk secepatnya memiliki kekasih dan kali ini bila kau tidak mau ayah akan menjodohkannya mu dengan Milani"

"Apa, tapi pria tua itu berjanji padaku aku tidak akan pernah menikah bahkan berkencan kecuali keinginan ku sendiri " Jerico marah akan keputusan ayahnya yang dianggap terlalu tiba-tiba.

"Dan pria tua yang kau sebut itu ayahmu kau mengetahui sifatnya tidak dapat dibantah jadi nikahi saja Milani lagi kau tak punya kekasih" argumen Mario sangat masuk akal namun Jerico tetap tidak mau hal yang seperti itu terjadi.

"Tak ada cara lain haruskah aku menikahi Milani"

Ala ala orang pusing Mario memijat pelipis dahi "Bagaimana lagi sudah keputusan ayah begitu , kecuali kau memiliki kekasih"sesudah mengatakan hal tersebut Mario lantas duduk santai.

Seperti kilatan cahaya Jerico langsung mendapat ide "ada satu orang ku yakin pasti dia mau jadi kekasih ku" Mario kembali memijat pelipisnya Jerico mengatakan itu bak membalik telapak tangan.

Jerico tahu jelas Mario tidak akan percaya "kau tahu baru saja aku menelfon Jiel, pengasuh nya akan jadi kekasih ku"

"Maksud mu kau memanfaatkan dirinya begitu, ingat dia perempuan bubu tak akan setuju" Mario kehilangan kepercayaan pada Jerico.

"Pertama aku memanfaatkan dia hanya sedikit dia menyukai aku kedua bubu dan Jiel pasti setuju ketiga dia masih seorang gadis jadi dapat memungkinkan bahwa cintanya tak murni jadi tak ada yang dirugikan" jelas Jerico terkait rencana nya.

Semakin besar rasa kesal rasa marah dalam diri Mario Jerico terlalu egois bagaimana pun seorang gadis pun pasti memiliki perasaan.

"Argh.... Sudah lah kau memang keterlaluan" Mario memutuskan pergi dari tempat adiknya yang menggelikan.

End flashback

Kembali pada Naya yang tengah bimbang antara menjawab iya atau tidak.

"Tuan saya..."

____

Cast

Mario Delbert Rodriguez

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mario Delbert Rodriguez

Pria kelahiran Canada yang merupakan anak sulung Teresa sekaligus Kaka Jerico dan suami dari Chaerin. Memiliki sifat yang bijaksana sangat sayang pada putri semata wayangnya.

Maaf ya semua jika selama ini kata kata yang digunakan belum terlalu berfariasi tapi pasti akan selalu ada revisi
Terimakasih banyak atas yang sudah membaca silahkan komentar jika ada yang kurang.
Sekian dulu
Bye... Bye...

Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Where stories live. Discover now