lima belas

71 4 2
                                    

.....

Was was tadi hati Jerico waktu Naya menyetujui ajakan Jiel pada Cene tapi tak bisa tentu nya kini hanya pasrah Jerico mengantar Naya pulang.

Mengendarai mobil hitam mereka melenggang keluar dari area rumah sakit tidak ada yang berbicara dalam beberapa saat lalu percakapan dimulai oleh Naya.

"Tidak apa apa kamu tadi mengantar kami ke rumah sakit bukan kah kamu sibuk Jerico" tanya Naya tak suka jika keadaan hening Naya berusaha membuka percakapan meski salah topik karena hati Jerico semakin tercekam.

Tersenyum gugup Jerico " barusan meeting batal jadi aku punya waktu senggang" menurunkan alis yang tadinya Naya angkat satu " seperti itu kamu tahu jiel  sangat senang waktu itu aku pun begitu" memelankan kalimat terakhir Naya tersipu malu.

"Aku sangat-

Duar..

Suara letupan ban terdengar sangat nyaring Jerico menghentikan mobil lalu turun Naya yang panik ikut turun dari mobil.

Berkacak pinggang Jerico dibuat pusing akan dua ban belakang mobil yang tampak pecah "aduh bagaimana ini tidak ada bengkel disekitar, Naya tolong bisa kamu telfon pak supir" kesal tadi niat Jerico mengendarai sendiri agar cepat malahan jadi kacau begini.

Naya yang membelakangi Jerico cepat cepat menuruti perintah "maaf tapi ponselku mati kehabisan daya dan berada di rumah" senyum gummy Naya terlukis pada wajah cantiknya.

"Baik jadi tidak ada yang bisa kita lakukan mari masuk saja" pasrah sudah seorang Jerico ia tidak membawa telpon jarak ke rumah mereka masih jauh tidak ada bengkel malang sekali nasib jerico hari ini.

Mengikuti Jerico dari belakang Naya dapat melihat wajah murung Jerico berniat menghibur "Jiel selalu menceritakan tentang mu tahu Jerico" begitu cara Naya menghibur Jerico cerita tentang anaknya yang super spesial.

"Ya dia memang Jiel selalu begitu" masih lemas menghadapi situasi yang semakin parah.

Senyuman dalam wajah cantik Naya semakin ditambah untuk memberi kesan excited "wah berarti Jiel pasti sangat mengidolakan mu, setiap malam dia bercerita bahwa ayahnya sangat hebat bisa menjadi ayah sekaligus ibunya

Lancar semua Jerico sudah mulai tersenyum dan mengangguk angguk seperti anak kecil sedang mendengar dongeng sebelum tidur

Dia juga bilang kalau kamu ini sangat sayang padanya bahkan alasan mu tak melihat Jiel diperiksa karena kau menangis kan kamu manis sekali"

Dari senyuman menjadi tersipu Jerico malu akan  fakta yang terbeber oleh Jiel.

Terus bercerita tak terasa mereka sampai tertawa bersama "hahaha lucu sekali waktu itu kata Jiel kau tidak bisa memasak dan mencoba malahan hasil masakan mu gosong berakhir Jiel makan ke kantin" menjawab dengan tawa yang sama
" hahaha aku tahu tapi aku baru belajar, tunggu kenapa menjadi dingin sekali" mendadak Jerico berubah ekspresi dari senang menjadi menggigil.

Panik Naya melihat keluar ternyata dari luar mobil sedang badai salju dan ia baru ingat pemberitahuan berita hari ini akan ada badai salju tepat saat sore.

" Hufh.... Hacuu.. hacuu... Dingin sekali Naya" wajah tampan Jerico mulai memucat badan besarnya menggigil.

Khawatir Naya langsung memeluk tubuh jerucor supaya merasa hangat.

"Jerico kedinginan aku peluk yah" dengan nada penenang andalan Naya Jerico semakin merengkuh pada pelukan nya.

Saat memeluk Jerico Naya terpikir Jerico menjadi sangat lucu gemas pengin gigit Naya tuh.

"Hacuu... Hacuu... Masih dingin Naya" genggaman pada tangan Jerico Naya berikan di usap juga sesekali di tiup agar semakin hangat "fyuhh... Fyuhh... Sabar ya sudah Naya tiupin biar hangat"

Terasa sudah air jatuh dari pelupuk mata Jerico dirinya betu betul kedinginan saat ini, omong omong Jerico itu memang ada riwayat alergi dingin dari kecil tidak heran Jerico sampai bersin berbeda dengan Naya yang masih mampu menahan dinginya udara dari luar.

"Hehehaahhaah.... Hacuu... Hacuu... Hacuu...."

Ikut menjadi sedih Naya terus berusaha membuat Jerico tetap hangat, tak ada cara lain Naya melepas jaketnya ia pakaikan untuk menyelimuti Jerico lantas naik ke atas tubuh Jerico memeluknya dengan erat.

Selama dua jam memeluk Jerico Naya menjadi ngantuk sebelum terlelap ia berdoa agar semua segera pulih.

'tuhan tolong buat badai ini reda' batin Naya setelah itu matanya terlelap.

.....
Jauh berbeda dari situasi Naya dan Jerico tiga orang yang merencanakan semua nya sekarang sedang merasa senang menyaksikan mereka dari layar laptop.

"Oh my good oh my good Arghh" dapat satu gigitan Jiel merampas lengan kirinya dari mulut Cene "sakit jangan kamu asal gigit dan ucapan mu itu salah God not good" mulai lagi garis start pertengkaran antar mereka.

Bibir kecil Cene telah membentuk posisi dan"Biarin hanya salah satu kok kamu pernah lebih banyak salahnya"

"Lebih banyak kamu"

"Kamu"

"Kamu"

Melupakan adanya singa betina kedua anak kecil terus bertengkar.

Brakk...

"Stt... Diam semua, Jiel Cene diam atau kalian mau aku hukum" emosi Revana sudah dalam ujung kemarahan.

"Tidak, maaf Tante" jika sudah begini baru mereka kompak diam.

Perlahan tanduk Revana yang akan keluar kembali menciut" oh ya Jiel benar kita tidak mau menjemput mereka kamu tahu kan badai semakin lebat"

"Tidak usah lagi badai lebat mana bisa kita pergi, kita lihat saja mereka dari sini kalau badai reda baru kita jemput"

Sependapat dengan Jiel Revana, sekarang sudah kembali tenang mereka tetap memperhatikan Jerico dan Naya.

_____

Terimakasih atas yang membaca mungkin cukup disini
Jika ada yang berkenaan mohon di komen
Bye... Bye...





Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Where stories live. Discover now