empat

151 11 0
                                    

.....
Berhari hari berlalu Naya dan Jiel semakin dekat bahkan jika Jiel kemana mana pasti Naya selalu ikut begitu pun sebaliknya.

Sekarang pun begitu Naya dan Jiel sedang berbelanja untuk bulanan cafe milik Revana yang sebenarnya kalau untuk urusan bahan bahan cafe itu di handle oleh Revana tapi karena kesibukan yang mendadak jadi diambil alih oleh Naya.

Mereka telah menyusuri berbagai rak tanpa Jiel yang merengek biasanya kalau Jiel di ajak ke tempat perbelanjaan pasti akan merengek tapi kali ini tidak mungkin daya pikat Naya yang kuat jadi Jiel rela walau harus melakukan hal yang sebenarnya ia benci.

Terhitung sudah dua jam Jiel dan Naya berbelanja kini mereka mendorong keranjang menuju tempat kasir di tempat itulah mereka akan bertemu seseorang.

"Jiel hai"panggil seorang wanita yang tengah menggendong anak perempuan kecil yang tengah tertidur.

Jiel yang merasa terpanggil pun menengok ke arah sumber panggilan itu.

Saat menengok ia memperhatikan wanita tadi dengan seksama lalu tersenyum ramah ketika mengetahui siapa sosok wanita yang tadi memanggil dirinya tadi.

"Loh halo Tante Chaerin"sadar Jiel ketika sudah mengenali wajah cantik Tante nya.

Senyuman terbentuk dari bibir Chaerin ketika sang keponakan balas menyapa.

"Jiel disini sama siapa" tanya Chaerin sebab sedari tadi ia tidak memperhatikan kehadiran Naya yang berdiri di dekat Jiel.

Tangan kecil Jiel memegang tangan halus Naya untuk di tunjukkan pada Chaerin.

"Kenalin tante ini Kaka Naya Jiel tadi menemani Kaka Naya berbelanja" Naya yang tengah fokus pada antrian kasir pun menoleh ke arah pegangan tangan Jiel.

Chaerin menaikan satu alis dan lantas tersenyum sinis.

"Dia bukan calon ibu kamu kan soalnya, kalau iya dia nggak selevel"

Sontak Jiel menatap nyalang terhadap Tante nya ia marah kenapa tantenya bisa punya pikiran seperti itu memang ada masalah kalau orang yang nantinya jadi ibu baru Jiel itu orang dari kalangan rendah (itu niatan Jiel sejak awal bertemu Naya).

Tangan kecil itu mulai terkepal menahan emosi, dan Naya yang paham akan situasi ini pun dengan segera menggeleng kan kepala pada Jiel bermaksud agar Jiel tidak lepas kendali.

"Tenang nyonya saya memang bukan calon ibu Jiel saya hanya teman untuk Jiel jadi nyonya tak perlu khawatir" mendengar hal itu Chaerin tersenyum renyah.

"Bagus kalau begitu Jie Tante pergi dulu ya bye cup..."ciuman manja itu cepat cepat Jiel hapus dengan kasar.

Dumelan Jiel pun keluar setelah bekas ciuman tadi terhapus "dasar Tante jelek suka sekali mengurusi kehidupan orang huh" sambil menghentakkan kaki ia menyindir Tante nya tadi.

Sungguh gemas anak kecil ini membuat Naya tertawa.

"Aduh gemas sekali sih kamu Jie, lagian kenapa kamu terlalu memikirkan perkataan tantemu tadi lagian memang Kaka ini bukan calon ibumu"dorongan keranjang mereka semakin ke depan.

Si kecil Jiel mencekal tangan Naya menatap mata nya penuh arti Seakan akan mengisyaratkan bahwa ia menolak gagasan Naya.

"Kalau Jiel bilang boleh kah Kaka jadi ibu Jiel bagaimana"langkah kaki Naya terhenti setelah mendengar ucapan Jiel.

Ia berfikir anak ini sebegitu percaya kah kepada nya hingga bahkan sejak hari pertama mereka bertemu ia diminta untuk menjadi pengasuh dan sekarang mereka belum lama dekat sudah Jiel sudah meminta ia menjadi ibu nya.

Tapi dari semua yang ia pikirkan ia paling memikirkan hal ini , berarti selama ini mungkin Jiel memang benar benar kesepian jadi ia sampai menyerah terhadap ego ayah nya dan lebih memilih mementingkan ego dirinya sendiri ia jadi berfikir mungkin dengan ia terus menemani Jiel ia dapat mengubah kesepian di hati nya juga mengubah niat Jiel untuk menjadi kan ia sebagai ibu.

Terlarut larut dengan pikiran nya Naya sampai tidak memerhatikan antrian nya sudah banyak ibu ibu yang marah disebabkan oleh Naya yang berhenti.

"Hei nona depan mu itu sudah beres cepat lah sedikit" omel salah satu ibu ibu disana.

Dalam sekejap Naya tersadar dari lamunannya.

"Maaf Bu saya tidak sengaja"tubuh Naya ia bungkukan guna meminta maaf.

"Kaka sedang memikirkan apa sih tadi"polos Jiel membuat Naya rasanya ingin memakan anak ini dia masih bertanya Naya memikirkan apa ya sudah tentu memikirkan perkataan mu tadi.

Mencoba menahan gemas Naya menjawab "tidak ada apa apa yang Kaka pikirkan tadi hanya sedang kurang fokus"

Jiel pun hanya ber oh ria tanpa memiliki keinginan untuk bertanya lagi, sebenarnya Naya bisa saja sih tidak memikirkan tentang ucapan Jiel tadi tapi dia ini tipe orang yang pemikir jadi tetap saja perlu dipertimbangkan lagi tentang hal tadi dan waktu lalu.

'mungkin ini yang terbaik' batin Naya.
.....

Malam ini Jiel mengundang Naya untuk makan malam ya sudah di rencanakan sejak kemarin oleh keduanya.

Dan karena Jiel yang merencanakan makan malam ini ia juga yang mengurusi dari segi makanan sampai dekorasi padahal Naya sudah bilang makan malam sederhana tapi yang namanya sayang tentu beda.

Tentang Jerico ia juga akan ikut maka dari itu makan malam ini diadakan pada malam minggu agar Jiel tidak terlalu larut malam untuk tidur juga dikarenakan besok hari libur.

Kini semuanya sudah siap makanan meja makan Jiel tinggal menunggu kedatangan kedua orang yang ia sayangi.

Mungkin tuhan tak ingin Jiel terlalu lama menunggu sebab baru saja ia duduk manis kedua orang yang ia tunggu telah datang.

Jiel berlari kecil untuk mencapai keduanya" hah... hah... Kaka ayah Yeay kalian datang, tapi kok bisa barengan"

_____

Cast

Chaerin Amara sapphire

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chaerin Amara sapphire

Sahabat dari mendiang Kania dirinya itu pribadi yang baik tetapi saat berhadapan dengan orang yang ia tidak suka maka ia akan berubah menjadi sangat kejam apalagi menyangkut keluarga atau pun sahabat. Mempunyai sifat sombong dan sedikit keras kepala.

Cukup sekian untuk cerita kali ini
Terimakasih atas yang telah baca
Bye bye...

Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang