dua puluh

49 2 0
                                    

.....
Selesai Jiel mandi Naya bergegas mengantar untuk turun kebawah dimana ada Genio dan Revana yang telah menunggu, sesaat setelah Jiel mandi Naya menelfon mereka berdua untuk mengantar Jiel pergi sekolah dan soal baju kemarin sudah Jiel bawa waktu mendatangi ruangan Jerico kemarin.

Menuruni tangga adalah hal yang paling Jiel sukai sekarang Jiel melakukan hal yang paling dia sukai itu walau Naya sudah menasihati agar lebih baik mereka manaiki lift saja selain lebih cepat juga Jiel tidak usah merasa lelah namun Jiel tetap Jiel katanya begini "bunda Jiel mau sehat dan menuruni tangga itu sehat selain sehat Jiel juga suka" bersikeras memang Jiel.

Tidak berkeinginan untuk menolak lagi Naya hanya mengiyakan toh sudah hampir sampai "ya sudah deh tadi kata sayang nya bunda mau lanjutin tentang ucapan nenek memang tentang apa sih" tanya Naya memang saat dalam kamar mandi Jiel bilang tadi ada yang lupa untuk disampaikan pada Naya.

"Soal tadi nenek bilang bulan bulan ini nenek dan kakek akan kerumah untuk berkunjung tapi tidak tahu kapan"

"Jadi nanti nenek mu akan segera pulang bersama kakekmu, bunda tidak sabar menemui mereka apalagi kakekmu belum pernah bunda temui sebelumnya ya kan"

Mengangguk sambil melompat untuk berbalik "hem... bunda nanti temui kakek dia sangat menyayangi Jiel bahkan Cene yang paling disayang nenek akan kalah kalau sudah ada kakek" jelas Jiel hampir terjatuh karena tidak berhati-hati"aaa.. sayang hati hati" beruntung Jiel cepat cepat Naya tarik agar tidak terjatuh.

Saat Naya menarik tangan kanan Jiel ada yang Naya baru sadar terdapat tanda lahir yang tak asing bagi Naya
"Sayang kamu punya tanda lahir"

Tangan Jiel dilihat seksama oleh Naya dan benar saja semakin tak asing saat Naya melihat tandanya.

"Nggak tahu bunda Jiel tidak terlalu memperhatikan, Jiel pamit dulu bunda bye"telah sampai di lobi Jiel berpamitan cepat "mm... Bye sayang hati hati"masih heran Naya kenapa tanda lahir yang ia lihat pada tangan Jiel terasa begitu dekat dan Naya pernah mengenal tanda itu.

'apa jangan jangan, tapi tidak mungkin aku juga baru mengenal nya belum lama 'batin Naya bahkan tidak menyadari ada perawat yang memanggil sejak tadi.

"Nona Naya"teriak perawat tidak tahan akan Naya yang melamun.

"Ah.. iya ada apa" sadar kembali Naya setelah perawat meneriakinya.

"Tuan Jerico telah terbangun kembali dan seperti nya dia mencari anda nona"

.....

Atas arahan perawat Naya kembali memasuki ruangan Jerico terdapat dokter yang memegangi lengan Jerico agak panik sebab yang sedang dipegang terus saja memberontak.

Naya menyuruh dokter untuk pindah agar dirinya bisa mengambil alih dan pasti dokternya menurut saja dibandingkan menjadi sasaran terus.

Berjalan mendekati Jerico menaruh satu tangan untuk mendekap tubuh Jerico sementara yang lain mengelus lembut surai Jerico.

"Nono cukup ada Nana disini tidak perlu Nono merasa takut lagi ya"

"Ta..kut.. Nono takut" hanya dua kata yang Jerico ucapkan pada Naya mungkin masih terkejut tadi saat bangun dirinya mendapati ruangan yang asing padahal sudah pernah bangun satu jam yang lalu tetapi masih kaget.

"Tidak apa apa Nono sudah ada Nana jangan takut ya Nana akan selalu ada disini"melonggarkan pelukan Naya lebih fokus untuk mengelus surai Jerico mengangguk lalu beberapa saat kemudian Jerico sudah sepenuhnya tenang.

Sementara Jerico kembali tenang oleh Naya perawat dan dokter yang sudah tidak dibutuhkan keluar ruangan tak berselang lama takdir memutar setting ngan awalnya Jerico kembali manja pada Naya sekarang saja Jerico tengah ingin disuapi sedangkan yang di suapkan hanya sepotong jeruk dari jatah makan siangnya sungguh manja memang Jerico mode big baby ini.

"Ayo Nana cepat suapkan" membuka mulut lebar Jerico sangat excited
"Ampun cuman satu jeruk masa Nono harus disuapi oleh nana siapanya Nana sih sampai sampai bisa semanja ini" pura pura berlama lama Naya menyuapi Jerico sebenarnya cuman mau lihat seperti apa ekspresi ngambek bayi besarnya.

"Nono tidak menerima penolakan Nono memaksa nih ayo Nono kan bayi bunda nana"mempoutkan bibirnya tanda merajuk membuat Jerico semakin menggemaskan tapi lain halnya dengan Naya yang pikiran nya mencelenceng dari hal hal gemas malahan Naya memikirkan sesuatu yang sama saat melihat tanda lahir pada lengan Jiel.

Ya perasaan tidak asing itu "nono coba ulangin lagi perkataannya"

"Nono memaksa begitu atau yang mana Nana bikin lama deh"

"Ya sudah tidak ada kok Nana juga lupa ini aaa..."

Karena tak mau terlalu memaksa Jerico pada akhirnya Naya memilih menurut saja pada permintaan Jerico tadi meski masih berkabung dalam rasa penasaran.

.....

Setelah acara menyuapi Jerico telah usai Naya pamit untuk ke toilet berkata ingin buang air kecil padahal dia masih ingin mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada pikiran nya pada saat mendapati dua hal tersebut.

"Kenapa bisa begini kepalaku juga sangat sakit saat memikirkan soal tadi sebenarnya apa yang terjadi padaku" tambahan Naya sekarang juga sedang mendera sakit kepala yang agak hebat.

Lalu saat berusaha memikirkan atau lebih untuk mengingat Naya secara mendadak mendapatkan bayangan hitam dalam pikirannya yang seperti mimpi.

Penolakan....

Tidak jangan....

Nanti panggil aku buna ....

ya bayiku....

Pusing menjadi keseluruhan saat Naya semakin memaksa bayangan hitam itu agar tambah jelas untuk di gambar nya.

Aaa...

Aaa...

Aaa...

Terakhir teriakan yang dapat Naya dengar dari kilatan bayangan yang muncul dari gendang telinga juga pikiran milik Naya.

"Apa yang terjadi padaku siapa orang orang itu sebenarnya dan apa hubungan mereka dengan ku"

"Apakah gadis yang berteriak adalah aku tapi kenapa aku berteriak"

Masih bertanya tanya Naya baru mengingat jika dia sakit kepala harus menelfon Revana "aku baru ingat Revana!! tapi bukan kah lebih baik aku telfon bunda dia pasti lebih tahu"

"Halo"
_____

Terimakasih atas yang sudah membaca cerita ini
Semoga menikmati jika ada yang kurang atau ada yang perlu disampaikan bisa komen

Bye... Bye...

Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang