sembilan belas

78 3 0
                                    

.....
Berbeda suasana dengan Naya kini Revana sedang kesal akibat Genio yang terus terusan mencari perhatian dari nya.

Kadang bertanya mencolek pipi bahkan agak sering membuat skinship yang membuat rasa risih dalam diri Revana makin meningkat.

Geram Revana menepis tangan Genio secara kasar "cukup saya tidak suka dengan anda tuan Genio anda terlalu mengganggu saya mohon tenang" cukup tinggi badan bicara Revana seketika Genio langsung terdiam.

"Maaf nona Revana saya tidak bermaksud demikian" sedikit terasa sakit hati Genio walau bagaimanapun Genio juga hanya berusaha tapi tak apa masih ada kata esok begitu juga semangat Genio yang selalu membara.

Akhirnya mereka meneruskan perjalanan dengan suasana yang lebih tenang tanpa ada suara satu sama lain begitu seterusnya hingga Revana pulang dengan selamat ke tempat tujuan.

'figthing pasti bisa dapetin nona tercinta' batin  Genio meninggalkan daerah rumah Revana..

"Orang aneh" monolog Revana dari jendela saat melihat Genio yang tiba tiba tersenyum ke arah nya sebelum mobil Genio  meninggalkan rumah.

.....
Sudah pagi kembali matahari mulai bersinar memancarkan cahaya melewati sedikit celah pada ruangan Jerico di rawat mata Naya pun dengan cepat membuka ketika merespon cahaya yang perlahan masuk.

Melihat sekitar Naya melihat dua orang yang ia sayangi sedang menutup mata dimana yang satu menghangatkan hati Naya sementara yang lain membuat hati Naya sedikit sakit atas tidak adanya gerakan sedikit pun dari sang empu yang Naya tunggu tunggu bangunnya.

"Kapan sih kamu bangun aku sangat ingin kamu bangun Jerico" menggenggam tangan Jerico yang dipenuhi alat infus mengecup lembut sembari menitikan air mata sedih ingin sekali Naya menggantikan posisi Jerico jika seperti ini terus sakit hati Naya kenapa dalam hal seperti ini dirinya tidak bisa melakukan apa apa Naya merasa gagal.

Tak melepas genggaman Naya terus terisak sepenuhnya membasahi pergelangan tangan Jerico tidak peduli betapa merah dan sembab matanya akibat telah menangis terlalu lama.

Lirih suara tangis Naya ternyata tetap saja membangun kan si kecil Jiel yang berada tepat pada pelukan hangatnya menggeliat ribut Jiel ikut tertesi air mata Naya yang tiada hentinya untuk menetes.

Jiel menaruh tangan nya pada tempat menetes air mata Naya " bunda jangan menangis ayah pasti bangun ayah kuat seperti Jiel jadi pasti bangun"mengusap lembut pipi Naya yang basah.

Membenarkan posisi Jiel pada pangkuan Naya mengecup kening mulus Jiel secara lama di tatap lekat mata Jiel oleh Naya lalu ia usap sendiri air mata yang tersisa Dimata nya "iya bunda tidak menangis lagi tadi juga cuma bunda yang lagi rindu sama ayah kamu sayang"memaksa agar bibirnya menarik garis senyum.

Polos Jiel bertanya " berarti bunda cinta sama ayah Jiel"

Kaget Naya seorang anak kecil macam Jiel  bagaimana bisa bertanya pertanyaan yang orang dewasa kadang masih bertanya pada diri sendiri.

"Anak bunda kok bisa bertanya seperti itu tahu dari siapa" menang kup pipi Jiel gemas akan pertanyaan Jiel yang begitu polos.

Bertambah kepolosan Jiel menjawab dengan lancar "dari nenek , nenek bilang kalau orang dewasa punya rasa rindu pada orang dewasa yang lain maka itu artinya dia sedang jatuh cinta , jadi bunda cinta dengan ayah"

Tertawa ringan Naya mengangguk anggukkan kepala "hahaha... Kalau menurut sayangnya bunda disini bersama merawat ayah itu bukti atau tidak bunda menangis dan sedih bukti atau tidak jadi menurut sayang bunda bagaimana cinta atau tidak" Naya ingin sedikit bermain dengan kepintaran Jiel memainkan kata katanya agar Jiel berpikir keras.

Menjetikan jarinya ala orang yang ada difilm ketika mendapat ide Jiel langsung mengangguk dan memeluk Naya "bunda cinta sama ayah"

Hidung kecil Jiel dicolek oleh Naya tanda gemas " bunda benar benar mencintai ayah mu asal sayang bunda tahu"pas sekali Naya mengatakan kalimat terakhir mendadak terdengar suara serak dari balik masker oksigen yang selalu menghasilkan harapan agar orang yang kesulitan bernafas tetap bisa merasakan leganya nafas mereka.

Reflek sekali Jerico bangun dari tempatnya berbaring"nono dimana, apa ini lepas kan lepas" efek baru sadar Jerico segera memberontak tahu pada tangan nya terdapat infus.

"Ayah/Jerico jangan" teriak Naya dan Jiel ketika Jerico hampir mencabut selang infus.

.....

"Nona tolong lebih diperhatikan tuan Jerico nya saya tidak tahu kenapa beliau bisa begini tapi yang pasti sekarang beliau sudah di bius dan akan bangun sekitar satu jam lagi"
Jelas dokter yang tadi dipanggil Naya menunduk untuk meminta maaf Naya juga menjelaskan ketidak tahuannya tentang Jerico"maaf dokter saya juga tidak tahu bahwa akan seperti ini saya hanya tahu bahwa tuan Jerico takut terhadap infus tapi tidak tahu kalau akan senekat ini"sesopan mungkin Naya meminta maaf.

Dan sang dokter pun mengerti lalu meninggalkan Naya pergi.

Kembali masuk ke dalam Naya bertanya pada Jiel untuk informasi yang ditanyakan Jiel pada Teresa "bagaimana sayang sudah tahu kenapa ayah jadi begini"

Mendudukkan pantat nya Jiel duduk pas di samping Naya.

"Kata nenek ayah punya trauma pada infus sebab saat kecil ayah pernah berdarah satu tangan karena infus, bunda juga kata nenek ayah akan manja saat sedang sakit jadi bunda harus menuruti setiap mau ayah ketika sakit dan itu saja pesan dari nenek"

Naya paham sekarang kenapa waktu itu Jerico sangat manja pada diri nya.

"Begitu, ya sudah sayang cepat mandi bau asam nih"usir Naya pada Jiel agar bergegas mandi "bunda lebih bau asam"sahut Jiel saat sudah dalam kamar mandi.

"Apa kamu bilang"

"Tidak bunda"

____

Terimakasih banyak yang sudah membaca sekian dulu terimakasih sekali lagi
Bye... Bye...

Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang