dua belas

73 4 0
                                    

.....
Berbalik badan kembali disitu Naya melihat gadis kecil yang nampak tak asing.

Memakai dandanan super centil serta heboh itulah yang digunakan sang gadis kecil, dengan tingkah gemulai ia mendorong Jiel dengan pantatnya.

"Siapa ini ya kok aku nggak kenal" meski Naya sudah malas meladeni anak anak tk tapi pengecualian untuk yang satu ini malahan sekarang Naya sedang mengerjai dengan semangat nya.

Gadis kecil tadi mengerucutkan bibirnya ala ala orang cemberut ya memang dirinya sedang begitu.

"Onty masa lupa sih sama Cene anak yang cute dan beautiful banget" sombong Cene, entah kenapa menurut Naya anak disini memang sombong sombong tapi maklum saja sih.

Tanpa membalas Naya langsung saja mengelus rambut halus Cene, ditanggapi lagi oleh Cene dengan sikap lucunya mendusel mengikuti arah sentuhan tangan Naya.

Sementara Naya menanggapi dengan senyum saja beda halnya dengan Jiel ia memasang gestur akan muntah, jijik akan perilaku sepupunya.

"Ih Even if you don't speak English fluently, act spoiled to people who can speak English"

Merasa tengah diejek oleh Jiel Cene balas menyerang perkataan Jiel"Bǐ nǐ bù huì shuō pǔtōnghuà" aksen masing masing sudah dikeluarkan maka akan terjadi.

Pertengkaran menggunakan bahasa yang berbeda, pula pusing Naya.

"You challenge me, let's have a duel"

"Lái ba, shéi hàipà?"

Walau hanya duel bahasa Naya biasanya tak bisa menghentikan mereka selain keterbatasan bahasa yang Naya pahami juga hanya satu orang yang dapat menghentikan mereka yaitu Chaerin.

Tapi jarang Cene di antar oleh ibu nya sering hanya bersama sopir itu pun tidak bisa mewakili keterhadiran sang ibu, bagaimana sekarang pikir Naya rungsang.

Ada keajaiban tiba tiba ada suara lengking wanita cantik yang gayanya tak kalah heboh dari Cene "aduh kalian ini masih pagi sudah membuat kegaduhan , kau juga pengasuh Jiel kenapa tidak menghentikan mereka, eh ups maaf kau kan tidak pandai berbahasa hahaha orang miskin" omel Chaerin tambah sedikit sindiran pada akhir kalimat, sebenarnya memang sedikit nyelekit di hati Naya namun lebih baik dari pada harus mendengar pertengkaran bahasa yang dapat dipastikan tak akan ada akhirnya.

Jiel merasa marah kembali atas sindiran Chaerin hanya saja dia selalu malas menanggapi begitu pun Cene ia sama tak suka nya dengan Jiel.

Dan kini Cene bersama Jiel telah terpisah mereka kembali melanjutkan kegiatan masing masing.

Merasa situasi tenang Naya pamit pulang pada Jiel "Jie Kaka pulang dulu kamu semangat sekolah , baik anak pintar" belum sempat membalas sindiran Chaerin kini terbesit ide menyindir dari kepala Jiel" baik Bunda pasti semangat dalam sekolah, terimakasih Bunda sudah memberi semangat pada Jiel Bunda juga semangat di rumah"

Menekankan setiap kata bunda sembari melirik sinis tantenya Jiel telah berhasil membuat Chaerin  kepanasan bak cacing ter taburi oleh garam sesudah mengetahui posisi sang sahabat telah tergantikan, Jiel memang sangat tahu titik didih emosi Chaerin bukan Jiel tak menghormati Chaerin tetapi, ayo lah Jiel juga ingin egois sedikit,kembali lagi medan perang meski berbeda tetap saja Naya lelah menghadapi.

Sudah biasa Jiel menyindir Chaerin macam tadi kalau biasa ada kata habis gelap terbitlah terang itu tidak berlaku bagi Jiel dan Chaerin kalau bertemu pasti ada saja gelap yang muncul.

Naya saja harus pasrah , mereka berjauhan dulu baru terbitlah terang.

Menangkap ekspresi marah Chaerin Jiel semakin tambah puas tersenyum pada Naya yang telah keluar kelas.

Bunda untuk Jiel /Nomin (GS)Where stories live. Discover now