สองหนึ่ง [21]

34.7K 1.7K 55
                                    

Budayakan untuk vote dan follow!! Komennya juga jangan lupa!! Kalau bisa spam komen yang banyak!!

Selamat membaca..

Happy Reading 🍀

Hancur. Satu kata yang saat ini benar benar mendeskripsikan kondisi rumah Andreas.

Rumah mewah dan megah itu hancur sebagian. Pecahan berserakan dimana-mana serta darah yang menggenang di lantai.

Ravien menopang bobot tubuh nya yang sudah lemas. Energi sudah sangat terkuras habis setelah beberapa jam lalu ia melakukan penyerangan.

Sedangkan kondisi Andreas hanya luka tembak pada bagian bahunya. Tentu hal itu sudah biasa ia rasakan sebelum bertarung dengan Ravien.

"Kau tak mati juga? Apa perlu aku menembak mu lagi?" Andreas bertanya dengan wajah mengejeknya.

Ia tersenyum senang saat Ravien hanya bisa menahan amarahnya. Pria itu hanya berdiri diam dihadapan Andreas tanpa melakukan penyerangan kembali.

"Kau datang mengibarkan bendera perang– lalu kau juga yang kalah dengan ku? Yang benar saja tuan Matteo– apa kau sedang bercanda saat ini?"

Ravien mengetatkan rahangnya. Kepalan tangannya mengerat. "Kau lah yang mengibarkan bendera perang terlebih dahulu Andreas. Aku hanya membalas perbuatan mu itu"

"Aku?.. bukankah kau yang terlebih dahulu mengibarkan bendera perang kepada ku?? Lalu kau dengan seenaknya menyalahkan ku atas semua ini?" Andreas menunjuk dirinya sendiri.

Pria itu melangkah menghampiri Ravien yang masih berada ditempat nya saat ini.

Berdiri menjulang dihadapan Ravien, Andreas menarik kerah baju Ravien dengan kasar.

"Kau! Kaulah yang memulai nya Ravien.. jangan salahkan aku jika Leana akan pergi dari mu setelah ini"

Andreas menghempas cengkraman tangannya, membuat Ravien sedikit terhuyung kebelakang karena sudah tak terlalu kuat untuk menahan dirinya sendiri.

"Apa maksud mu!? Kau bukan siapa siapa Leana! Jangan pernah ikut campur dengan urusan ku Andreas!" Teriak Ravien penuh amarah.

Kedua pria saling bertatapan dengan tajam. Memancarkan aura kelam yang saat kental saat ini.

"Tentu aku berhak mencampuri nya.. KARENA KAU TELAH MENYAKITI KESAYANGAN KU SIALAN!"

Andreas memukul wajah Ravien dengan keras. Menghantam wajah pria itu dengan kepalan tangannya yang sudah sangat mengerat sejak tadi.

Ravien tidak di beri celah oleh Andreas untuk memberontak sedikitpun. Tubuhnya sangat sulit digerakkan.

"MATI KAU RAVIEN! MATI KAU SIALAN!"

Andreas menarik pecahan vas bunga yang lumayan sedikit besar, lalu menghantamnya ke kepala Ravien dengan keras. Berulang kali ia melakukan nya tanpa memikirkan nasib orang itu.

Jikapun Ravien mati detik ini pun Andreas sangat tidak peduli. Karena sudah sangat lama ia menahan diri agar tidak melenyapkan Ravien sejak lama.

Karena. Orang itu sudah membuat Leana terluka.

Bukan Leana Zanava Ceron. Melainkan Leana Kamila, kesayangan seorang Mr. X

******

Felix telah sadar dari koma nya. Ia kira setelah bangun dari tidur panjangnya Felix akan mendapatkan kabar bahagia. Yaitu kehidupan normal sang nyonya, Leana.

Namun yang ia dapatkan adalah kabar tentang koma nya Leana. Dan juga kabar duka tentang gugurnya sang calon tuan muda.

Felix sangat menyesal saat ini karena sudah meninggalkan sang nyonya disaat keadaan seperti ini.

Seharusnya ia bisa lebih kuat lagi menahan diri agar tidak terkapar lemah akibat ulah sang tuan.

Felix sangat bodoh.. ia benar benar bodoh saat ini. Mengutuki dirinya sendiri karena selalu saja lemah dalam bertarung.

Padahal ia selalu saja belajar ilmu beladiri, namun tetap saja lemah jika lawannya Ravien.

Jika bisa mengulang Felix ingin rasanya tetap berada disisi Leana saat itu, dan menjaga wanita itu dari kegilaan Ravien.

Namun apalah daya, takdir sudah berkata lain dan Felix tidak bisa berbuat apapun saat ini.

Kedua kakinya mati rasa. Dan tenggorokan nya sangat kering. Padahal ia sudah meminum air tadi. Suaranya entah kenapa seperti tidak ingin keluar.

Apa aku bisu dan lumpuh?

Setelah beberapa saat lalu dokter datang memeriksa keadaan nya. Orang itu hanya mengatakan kalau kondisinya saat ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi enggan menjelaskan rasa sakit yang ia alami saat ini.

Padahal Felix sudah mencurahkan isi pikirannya yang sangat menganggu nya sejak tadi. Ia bertanya mengapa seluruh tubuh sakit. Apalagi kakinya yang mati rasa. Tenggorokan nya pun juga sangat kering saat ini.

Apa Ravien sengaja membuat nya cacat?... Sebenarnya apa yang ada di pikiran pria itu? Bagaimana bisa melakukan hal sekeji ini kepada nya.

Padahal Felix selalu ada disaat pria itu butuh pertolongan. Dan apa ini balasannya? Mengapa?

Kenapa jadi seperti ini?

******

Gara menciumi punggung tangan Leana. Mommy nya itu masih dalam kondisi yang sama. Tidak ada perkembangan saat ini.

"Mommy.. mommy kapan mau buka mata lagi? Ga kangen ngomel ke As lagi? Ga kangen jewer telinga As lagi?"

Gara menaruh kepalanya pada bahu Leana. Memeluk tubuh ibunya itu dengan erat.

Kedua matanya berkaca kaca. Jika mengingat Leana Gara selalu lemah tak bertenaga sedikitpun.

Padahal mereka hanyalah kedua orang asing yang dipersatukan. Tak mengandung darah yang sama.

"Mommy.. suami mu sangat brengsek, kapan kamu ingin balas dendam kepada nya? Jika tidak sanggup biarkan aku dan papa Andreas yang melakukan nya"

Kata 'papa' tersemat sangat jelas. Gara terpaksa melakukan nya, dan itu paksaan dari Andreas sebelum ia pergi untuk menjaga Leana.

"Kata 'papa' terlalu lembut untuk nya. Lebih baik the fucking jerk dari pada 'papa' yang sangat tidak cocok untuk nya"

Gara mengusap dagunya pelan. Memikirkan panggilan yang cocok untuk calon papa nya itu.

Sepertinya the fucking jerk sangat cocok untuk pria itu.

*******

Bersambung..

Panggilan yang cocok untuk;
Andreas?
Ravien?

Up sesuai mood.
Chapter 21/bab 21

Vote, komen, follow jangan lupa💜
Dilarang plagiat!
Kalau ga suka sama cerita nya silahkan pergi dari lapak ini!

Terimakasih bagi yang sudah membaca!! Luvvv

The antagonist's wife [END]Where stories live. Discover now