Chapter 12 - Latihan

12K 886 53
                                    

Matahari bersinar lemah ditutupi bayang-bayang awan menyebabkan suasana pagi terlihat redup dan suram. Usai peperangan kemarin, para penduduk Carmine tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Lapangan latihan terdengar ramai dengan denting logam serta teriakan-teriakan prajurit maupun penduduk yang berlatih. Platina dan Aren berjalan menuju lapangan dengan bersemangat seperti tidak terpengaruh dengan cuaca hari itu.

Seorang pria tinggi besar dengan warna kulit cokelat gelap sudah menunggu mereka di lapangan sebelah timur. Platina dan Aren bergegas mendekatinya setelah diberitahu seorang prajurit bahwa pria itulah yang akan melatih mereka. Pria itu menatap tajam, dengan kedua bola matanya yang berwarna biru, dua remaja yang setengah berlari menuju kearahnya. Ia mengamati mereka berdua dengan seksama.

Platina dan Aren tersenyum gugup pada sosok pria di depan mereka. Pria ini lebih mengintimidasi ketimbang Dave dan Derrick, pikir Platina. Aren mengulurkan tangan pada pria itu sambil memperkenalkan diri. "Namaku Aren dan ini temanku, Platina." Platina mengulurkan tangan mengikuti Aren.

Pria itu menjabat tangan mereka berdua dengan kuat sampai Platina meringis kesakitan. "Aku Victor," ujar pria itu. "Aku yang akan melatih kalian. Aku lihat kalian masih belum terlatih sama sekali."

"Tentu. Aku siap," kata Aren bersemangat. Platina mengangguk setuju.

Victor memimpin mereka untuk melakukan peregangan yang sangat menyakitkan bagi Platina dan sedikit sakit bagi Aren karena Aren lebih sering berolahraga di dunia mereka sebelumnya. Gerakan memutar tangan keatas, kebawah, kesamping, selama beberapa menit setiap gerakannya membuat Platina terengah-engah. Badannya tidak luput dari peregangan yang menyakitkan ini, gerakan-gerakan yang aneh dan belum pernah Platina lakukan di dunianya harus ia lakukan sekarang. Push-up dan sit-up harus mereka lakukan seratus kali setiap gerakan. Platina dengan segera merasa sangat kelelahan dan ingin menangis. Ini tidak mudah, batinnya.

Aren yang sedang melakukan gerakan sit-up nya yang keseratus merasakan otot-ototnya sangat meregang. Ia menjatuhkan diri terlentang di rerumputan sambil terengah-engah. Keringat bercucuran di dahi dan lehernya. Bajunya sudah basah terkena keringat dari badannya. Ia berusaha mengatur nafas dengan susah payah. Aren menoleh pada Platina yang masih berusaha keras menyelesaikan hitungan sit-up nya. "Semangat, Pat," ucapnya lirih karena masih belum punya cukup tenaga bahkan untuk berbicara. Platina mengangguk padanya tanpa berkata-kata.
Sinar matahari mulai tampak dari balik awan menerangi lapangan tempat mereka berlatih. Victor, yang selama ini mengawasi mereka melakukan perintahnya sampai selesai, mengambil tiga pedang kayu yang ada ditumpukan senjata kayu di sebelahnya. "Ambil ini," ujar Victor sambil menyerahkan pedang kayu pada Platina dan Aren yang sudah dapat mengatur nafasnya.

"Kalau kalian sedang berhadapan satu lawan satu dengan lawan, maka kaki kalian harus kuat untuk menopang tubuh kalian. Jangan alihkan pandangan kalian dari lawan," kata Victor sambil memperagakan gerakan yang harus Platina dan Aren lakukan. "Tangan kalian harus cepat menangkis pedang lawan kemanapun ia menyerang. Lindungi bagian terlemah pada tubuh kalian, bila ada luka, karena itu akan menjadi bagian pertama yang diserang. Tapi jangan perlihatkan kalau kalian sedang melindunginya karena lawan bisa memanfaatkan kesempatan itu."

Platina dan Aren mengikuti gerakan-gerakan yang dilakukan Victor. Gerakan menangkis, gerakan mengayun pedang, gerakan menghentikan pedang, bahkan gerak tipu untuk mengecoh musuh. Tangan Platina terasa berat untuk mengangkat pedang kayu. Seluruh ototnya terasa menjerit protes terhadap gerakan-gerakan yang dilakukannya. Ia tidak berani menghentikan gerakannya karena Victor sangat tegas dan disiplin dalam melatih mereka. Aren sudah kena pukul dikakinya karena kehilangan konsentrasi saat menangkis pedang Victor. Mereka terus berlatih sampai matahari mulai tinggi di langit tepat diatas kepala mereka. Keringat terus menetes keluar dari kulit Platina dan Aren hingga membasahi baju mereka. Victor tampak hanya mengeluarkan sedikit keringat selama latihan ini padahal gerakannya sebanyak gerakan yang Platina dan Aren lakukan.
"Cukup, latihan hari ini selesai," kata Victor sambil menurunkan pedangnya. Platina dan Aren langsung terduduk kelelahan. Pedang kayu yang mereka genggam terlepas begitu saja dari tangan mereka. "Lain kali, jangan pernah lepaskan pedang dari tangan kalian dalam keadaan apapun, walaupun ini hanya latihan dengan pedang kayu," tegur Victor tajam. "Musuh bisa mengambil pedang yang kalian lepaskan dan...." Dalam sekejab mata Victor mengambil pedang mereka berdua dan menodongkannya ke leher mereka dengan ketepatan yang mengejutkan. "Mati."

THE OUTSIDERS [END]Where stories live. Discover now