Chapter 16 - Seleca

8.9K 731 41
                                    

Platina, Aren, dan Ruby sedang duduk di kursi berbentuk batang pohon yang terletak di salah satu ruangan setengah lingkaran. Ruangan ini terletak di lantai tertinggi Wisetree. Bagian dalam ruangan itu penuh dengan buku-buku tebal dan banyak perkamen lusuh dengan tinta tertulis di atasnya. Cahaya ruangan itu berwarna kuning emas yang berasal dari dalam pohon Wisetree, bukan dari sumber penerangan lain. Di depan mereka telah duduk seorang penyihir laki-laki berambut panjang putih keperakan yang terlihat sangat tua. Goresan keriput di wajahnya menandakan ia memiliki banyak pengalaman dalam kehidupan. Penyihir tua itu bernama Seleca.

Setelah pernyataan mengejutkan dari Ratu Quefrey tentang ayah Platina dan ibu Aren, mereka berdua masih berusaha mencerna kenyataan dan sekejab saja sudah memiliki banyak pertanyaan tentang orang tua mereka. Ratu Quefrey dengan bijak menenangkan mereka berdua lalu meminta mereka, dan Ruby, untuk menemui Seleca, satu-satunya penyihir yang mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Maka, dengan pikiran yang masih kalut, Platina dan Aren berada di ruangan ini.

Dengan tatapan menyelidik namun lembut, Seleca membuka percakapan di antara mereka. "Jadi, Platina putri Fidel dan Aren putra Esmerada, apa yang ingin kalian tanyakan padaku?"

Platina mengernyit mendengar perkataan Seleca. Penyihir ini tahu nama ayahku dan ibu Aren, batinnya. "Bagaimana bisa ayahku dan ibu Aren pergi ke dunia kami? Untuk apa mereka ke sana?" Platina bertanya dengan ketenangan yang dipaksakan.
Seleca mengangguk kemudian menyandarkan kepalanya pada punggung kursi seperti sedang mengingat sesuatu. "Fidel adalah salah satu penyihir terkuat di Esmevere. Ia juga pintar dan cerdas walaupun sering terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Fidel adalah penyihir yang unik. Ia jarang mengikuti sesuatu yang persis sama dengan yang teman-temannya lakukan. Disaat yang lain sedang belajar menyihir api di kayu agar padam, ia justru mengobarkan api itu dengan sihir sehingga kayunya hangus menjadi arang dan api pun padam. Disaat teman-temannya sedang belajar menangkap kelinci dengan mantra pemburu, ayahmu malah merapalkan mantra untuk memanggil elang lalu burung itu ia suruh menangkap kelinci untuknya," jawab Seleca. "Pada masa Fidel muda, Algaria merupakan dunia yang aman dan damai. Tapi, dunia seperti ini pun tidak baik dan Fidel menyadarinya. Para manusia saling menghormati dan menghargai sesamanya, begitu pula para penyihir. Karena tidak ingin terjadi keributan dan dengan dalih menjaga kehormatan masing-masing individu, para manusia menjadi menyembunyikan perasaannya satu sama lain. Kesopanan tertinggi yang bisa para manusia lakukan menjadi racun bagi diri mereka sendiri. Kesalahan yang di lakukan salah satu manusia tidak akan pernah di tegur oleh yang lain. Kesalahan itulah yang membuat mereka hancur. Mereka selalu satu suara dalam memutuskan sesuatu dengan dalih agar damai, namun nurani mereka berkata sebaliknya. Beban berat tidak dapat selamanya dipendam, maka banyak manusia yang bunuh diri pada saat itu. Tidak ada yang menegur tentu saja, dengan bayang-bayang ilusi kehormatan individu. Keadaan para penyihir pun tidak ada bedanya dengan manusia. Kami menjadi mahkluk hidup yang kaku dan keras hatinya. Fidel tidak suka dengan keadaan ini lalu dia kabur dari Esmevere. Tidak ada yang menghentikannya karena semua penyihir menganggap pemikirannya ia aneh."

Platina mengingat kenangan akan sosok ayahnya. Memang, ayahnya selalu melakukan hal yang berbeda dari rekan kerjanya, bahkan Platina ingat jari-jari ayahnya yang panjang seperti para penyihir di Algaria. "Apakah ayahku bukan manusia?" tanya Platina penasaran.
Fidel adalah kaum penyihir. Bagaimanakah penyihir itu? Seperti kami," jawab Seleca sambil merentangkan tangannya lebar-lebar. Belum sempat Platina menanyakan perbedaannya, Seleca sudah melanjutkan penjelasannya. "Fidel berkelana tanpa tahu arah dan tinggal di beberapa kota walaupun tidak lama hingga ia sampai di Aglaia. Di sana Fidel bertemu dengan Valora yang ternyata punya pemikiran yang sama dengannya. Valora adalah wanita penduduk Aglaia biasa namun sangat berani. Ia pernah mencoba menegur penduduk yang berbuat kesalahan namun ia diabaikan karena tidak ada yang ingin berseteru dan menjaga kedamaian semu. Akhirnya, bersama-sama, mereka berdua berkelana menuju tempat yang belum pernah didatangi oleh manusia maupun penyihir manapun. Kemudian, mereka menghilang dan tidak ada yang pernah melihat mereka lagi."

THE OUTSIDERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang