Chapter 30 - Ambang Batas

6.8K 710 82
                                    

Cairan gelap dan kental menetes perlahan melalui jari-jari Platina yang tergantung pada sebuah rantai besi di dinding batu. Terdengar suara keretak api dalam obor tempel yang terletak di antara Platina dan Ruby. Cahaya api yang berwarna kuning membuat suasana ruangan itu terlihat suram. Platina dan Ruby masih berada dalam tempat tawanan mereka seperti dua malam yang lalu.

"Eyk aperta," kata Platina lirih. Ia mengucapkan kata sihir untuk membuka rantai besi pada kedua tangannya. Tidak terjadi apa-apa. Rantai besi yang dingin dan sudah bernoda cokelat bekas darahnya selama ini, tetap melingkari tangannya.

Semua sihir yang Platina lakukan ketika ditawan, tidak ada yang berhasil. Platina tidak tahu penyebabnya. Ia merasa hal ini ada hubungannya dengan batu miliknya yang dirampas. Platina bisa mengucapkan kata-kata sihir sesukanya, namun aliran sihirnya tidak bisa ia rasakan mengalir di tubuhnya.

Ruby mengerang pelan. Platina menoleh memandang Ruby. Suara napas berat yang berusaha mencari udara, terdengar dari hidung Ruby. Rambut merah panjangnya terlihat berantakan menutupi wajah. Matanya bengkak sebelah, dengan lingkaran biru kehitaman mengelilinginya. Darah gelap mengalir dari sudut bibirnya yang sedikit terbuka. Semua ini ia dapatkan dari perlakuan para prajurit atas perintah Peython. Kesadarannya entah berada dimana.

Keadaan Platina tidak lebih baik dari temannya itu. Pergelangan tangannya penuh luka lecet akibat dari usahanya membebaskan diri. Kedua lengannya memiliki luka terbuka yang mengalirkan darah. Ia mendapatkan luka ini ketika membentak Peython yang telah menghina teman-temannya beberapa saat yang lalu. Tangannya yang tergantung terasa berdenyut perih.

Tubuh kedua perempuan ini babak belur. Tak ada perlakuan menyenangkan yang mereka dapatkan di Sadergh. Mereka berusaha untuk tidak menangis dan berteriak ketika disiksa. Platina dan Ruby hanya menggertakkan gigi dan menyumpahi para prajurit yang terlihat senang bisa melukai tubuh mereka. Terdapat irisan bekas luka sayat pada pergelangan kaki mereka yang berasal dari hukuman saat mereka mencoba kabur.

Tak ada makanan yang diberikan. Hanya seteko air yang bisa mereka minum dengan dipaksakan masuk ke mulut karena tangan mereka terus dirantai. Wajah mereka terlihat tirus dan menyedihkan.

Platina berusaha meregangkan kakinya sejauh yang ia bisa. Rasa nyeri mulai menusuk kakinya dari bekas-bekas lukanya yang masih merah dan terbuka. Ia dan Ruby duduk dengan posisi yang menyakitkan setelah kembali disiksa beberapa saat yang lalu. Baru kali ini Platina merasa lebih baik ia mati dibanding merasakan penderitaan fisik dan mental yang terus menerus seperti sekarang.

Platina mengangkat kepalanya dan memandang sebuah ventilasi kecil dengan teralis besi yang ada di bagian paling atas tembok. Hanya terlihat langit yang berwarna kemerahan. Ia sangat merindukan kebebasan. Bayangan akan hawa segar di luar membuatnya semakin merana, apalagi ketika mengingat teman-temannya.

Ia memejamkan matanya. Bayangan wajah Aren terpatri jelas dalam ingatannya. Sedari kecil, mereka selalu bersama, tak ada hal yang mereka sembunyikan satu sama lain. Tertawa bersama, sedih bersama, marah bersama, bahkan lelah pun mereka tanggung bersama. Mereka berdua sudah bagaikan saudara kembar yang tak terpisahkan.

Kesedihan merambat ke hati Platina. Ia teringat Chloe, Debra, Adele, serta Lylod dan Ethan. Belum sempat ia menceritakan petualangan dirinya di Algaria pada mereka, tapi Platina merasa dirinya sudah dibatas waktu. Tangan kematian sedikit demi sedikit mulai merengkuhnya.

Air mata perlahan menetes dari sudut mata kanannya yang tertutup. Saat datang di Algaria, ia merasa sangat bersemangat. Tapi, perlahan, rasa itu mulai menghilang karena beban berat yang berada di pundaknya sehingga membawanya sampai ke titik ini. Ia sedikit kesal dengan ayahnya yang telah menjerumuskan dirinya, Aren, dan Ruby dari dunia nyata ke Algaria. Apa yang dimaksud ayahnya sebagai sebuah kesalahan dan harus mereka perbaiki?

THE OUTSIDERS [END]Where stories live. Discover now