Chapter 35 - Kembali

7.4K 640 21
                                    

Platina duduk diam diantara tatapan bingung dari teman-temannya. Sebuah dokumen yang terbuka, tergeletak di atas meja. Hujan masih terus turun dengan deras sampai membasahi kaca jendela hingga buram. Suasana perpustakaan yang hening, hanya ada suara bisikan-bisikan dari beberapa pengunjung, membuat keadaan terkesan suram.

"Jadi, Nero yang membunuh ayahmu?" tanya Adele membuka pembicaraan dengan suara pelan. Sedari tadi, teman-temannya yang lain tidak berani untuk bertanya karena takut menyakiti hati Platina.

Platina mengernyit. Perasaannya campur aduk, antara marah dan bingung. Ia masih tidak menyangka Nero memiliki ikatan di dalam hidupnya. "Entahlah, Nero hanya menjadi tersangka sementara. Lalu, kasus ini ditutup tanpa ada pembuktian bahwa ia adalah pelakunya. Bagaimana menurut kalian?"

"Mobil kalian hangus pada saat itu, bukan dibakar, tapi tersambar petir. Aku tidak yakin manusia bisa membuatnya seperti itu, kecuali ia bisa mengendalikan petir," kata Lylod sambil menangkupkan kedua tangan di depan mulut.

"Mungkin saja Nero sudah memiliki kekuatan itu," kata Debra, "kalau dari cerita Pat, pria itu sudah punya kekuatan besar saat di Algaria, artinya bisa jadi ia mendapatkannya di sini."

"Caranya?" tanya Chloe polos, "oh, Ayah Pat kan penyihir. Hei, apakah ayahmu pernah membagi sihirnya dengan orang lain?"

Platina memandang Chloe dengan bingung. "Aku tidak tahu. Terlalu banyak rahasia yang ayah sembunyikan dan aku baru menyadarinya ketika ia sudah tak ada."

Ethan mengusap-usap dagunya. "Tunggu dulu. Kata-kata Chloe masuk akal. Bagaimana kalau ayahmu, entah seperti apa caranya, membagi kekuatannya di suatu benda? Kau bercerita tentang lima batu yang ayahmu tunjukkan di mimpi, kan Pat?"

Platina mengangguk pelan. "Ya benar. Apakah ada satu batu lagi yang dimiliki Nero? Tapi, mengapa kekuatannya begitu besar, sedangkan kekuatan kami yang juga memiliki batu sepertinya biasa-biasa saja."

"Andaikan saja," kata Lylod, "andaikan ayahmu membuat satu batu penuh berisi kekuatan sihir kemudian batu itu hilang. Anggap saja Nero yang mencuri dan pria itu menyalahgunakan kekuatan di batu itu. Saat sadar, ayahmu kembali membuat lima batu lain yang kekuatan sihirnya ia bagi agar pemilik lima batu itu tidak gelap mata seperti batu yang satunya?"

Para remaja itu terdiam untuk mencerna kemungkinan yang diucapkan Lylod.

"Hmm, bisa jadi seperti itu," kata Adele lambat-lambat, "tapi, bagaimana cara Nero menggunakan kekuatan di batu itu? Ia kan bukan penyihir?"

"Belum tentu," jawab Platina, "kata Lunette, setiap manusia bisa menggunakan sihir asalkan ia memiliki bakat."

"Kau bisa menggunakan sihirmu di sini, Pat?" tanya Ethan.

Platina mengangkat bahu. "Aku tidak pernah mencobanya."

"Cobalah," kata Ethan bersemangat. Matanya berbinar menunggu Platina yang membelalakkan mata karena didesak olehnya.

Platina menghela napas. "Baiklah, akan aku coba." Ia memejamkan mata sambil membuka telapak tangan menghadap dokumen di depannya. "Ilefs verome."

Dokumen di atas meja bergetar sedikit kemudian meluncur tepat ke ujung meja, lalu berhenti sebelum terjatuh. Adele, Debra, dan Chloe membiarkan mulutnya terbuka heran, sedangkan Lylod dan Ethan nyengir bersemangat.

Platina melepaskan kekuatan sihirnya. Rasa lelah tiba-tiba melanda tubuhnya. Ia meletakkan kepala di meja sambil terengah. Biasanya di Algaria, melakukan sihir semacam ini tidak akan menguras tenaganya sama sekali, tapi rupanya di dunia nyata, sihir memerlukan kekuatan yang lebih besar untuk mematuhi perintah pemiliknya.

THE OUTSIDERS [END]Where stories live. Discover now