BAB 3

751K 41.9K 1K
                                    

Air dan Api - Naif

BAB 3

BEL istirahat yang ditunggu-tunggu Ratu akhirnya berdering nyaring.

Ratu, Agung, Leoni, dan Leon bergegas keluar dari kelas. Sebelumnya mereka mencium punggung tangan guru yang mengajar, demi Agung yang sangat membutuhkan pencitraan. Lalu mereka berempat menuju area gedung olahraga indoor. Agung yang memimpin jalan ke kolong tribun penonton, tempat mereka biasa nongkrong.

"Lucu nggak, sih?" tanya Ratu, bersamaan dengan itu, tangannya membuka tutup bekal makanan buatan Reon. "Dari kelas sepuluh kita makan siang di sini tanpa ketahuan. Gue jadi merasa ini singgasana kita."

Agung menunjuk Ratu dengan pematik di tangannya. "Ini memang singgasana kita."

"Gung, mau mati lo ya?" ketus Leoni, matanya mengarah pada pematik api di tangan Agung yang biasa dipakai cowok itu untuk menyalakan rokok.

Jangan salahkan Leoni bersikap sangat anti-rokok, kakeknya meninggal karena itu. Jangan salahkan Agung yang kecanduan rokok, orangtuanya bercerai dan meninggalkan Agung bersama neneknya. Membuat Agung menjadikan rokok sebagai pelariannya.

Agung memutar matanya. "Semua orang bakal mati, Ni-Ni."

Ni-Ni adalah panggilan sayang Agung untuk Leoni. Artinya nini atau nenek, karena Leoni cerewet seperti nenek-nenek menurut Agung.

"Ada perbedaan antara mati karena alasan dan mati karena takdir," desis Leoni.

Wow, perdebatan konstan antara Agung-Leoni tentang rokok sepertinya memanas dibanding sebelumnya.

Bersikap seperti Agung yang biasanya, cowok itu tersenyum kecil. "Gue ngerokok di luar gedung, gimana?"

Nah, ini hal baru.

Leon mencegah Agung yang hendak berdiri. "Bro, gue oke kalo mati bareng karena asap rokok lo."

Ratu tergelak. Leoni melotot pada kembarannya sementara Agung lagi-lagi tersenyum tipis.

"Nanti gue balik lagi," kata Agung, lalu berdiri dan pergi.

"Dia itu," Leoni menggeram dan membuka tutup bekalnya, "bedebah payah."

"Orang macam mana yang masih pake kata bedebah?" ledek Ratu.

Leoni mendengus.

Mereka akhirnya melanjutkan makan siang mereka yang tertunda. Seperti biasa, banyak sekali cerita yang tertuang ketika mereka bersama. Ratu dengan cerita insiden kulit pisang Reon, Leon dan Leoni dengan cerita adik mereka yang kembar tiga.

"Jadi, meski Nyokap cuma hamil dua kali, anaknya sekarang lima," simpul Leoni.

Ratu tersenyum tipis. "Kayak kucing melahirkan."

Leoni melotot sementara Leon terbahak.

Agung kembali tak lama kemudian, dia duduk di samping Leon dan bertanya. "Gue lupa, kapan kita daftar ke komplotan rahasia?"

"Siang ini," jawab Ratu dengan cepat, mulutnya penuh dengan makanan.

Topik pembicaraan yang berubah tentu membuat semangat Leoni naik. Tampak dari gestur tepuk tangannya yang heboh.

Ratu menepuk bahu Leoni dengan bangga. "Kelas sebelas bakal seru banget."

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang