BAB 31

358K 25.5K 1.8K
                                    

A M - One Direction


BAB 31

SARAPAN bersama keluarga Raja sejak dulu menjadi sesuatu yang tidak pernah Ratu sukai. Ia ingat, kira-kira saat ia berumur tujuh tahun, itulah kali pertama dia sarapan bersama mereka.

Hari itu adalah hari ulang tahunnya. Tapi, kedua orangtuanya malah mengajak Ratu ke rumah yang sangat asing baginya. Ditambah anak laki-laki dari keluarga tersebut berlaku semena-mena ketika merebut ayunan dari Ratu.

Anak laki-laki yang sembilan tahun kemudian Ratu kenali bernama Raja. Omong-omong tentang akhir dari ulangtahun ketujuhnya, Ratu menangis karena dorongan kasar dari Raja. Sejak saat itu, Ratu tidak pernah mengunjungi rumah Raja dan memori tentang anak laki-laki itu hilang dari otaknya.

Kini setelah mengingat lagi, Raja tak mungkin mendorongnya seperti itu andai mulut Ratu tak cerewet.

"Kamu tidur nyenyak semalam?" tanya Bibi Mitha dengan senyum hangat yang akhir-akhir ini terulas di wajah beliau.

Lidah Ratu kelu tak bisa menjawab. Sejenak, kue berlapis keju mozarella yang melumer di mulutnya terasa hambar. Ratu tidak bisa berbohong pada Bibi Mitha, maka dengan penuh rasa bersalah, ia mengalihkan pandangannya seraya mengangguk. Padahal malam ini dia hanya tidur dua jam setelah pulang dari rumah Karenina.

"Ngomong-ngomong," Raja angkat suara, "Kenapa kursi taman ada di bawah jendela kamar tamu?"

Itu jebakan.

Ratu mencoba memasang wajah datar dan polosnya, memasukkan sepotong kue ke dalam mulut tanpa mengacuhkan pertanyaan Raja.

Om Adit, Ayah Raja, yang baru saja pulang dari dinasnya ke luar negeri kini menurunkan koran dari jarak pandangnya. Alis Om Adit tertaut, "Mungkin Budhe Ratih lupa balikin ke taman setelah siram bunga."

"Iya," timpal Ratu enteng.

Raja meliriknya sekilas seraya mendengus geli, "Oh ... gitu."

Namun Ratu tahu bahwa Raja hanya memancing kegentarannya. Ratu tersenyum, dia tidak semudah itu untuk melepas rahasia berharganya.

"Kak Reon jemput Ratu jam sepuluh, ya?" tanya Bibi Mitha mengalihkan topik.

Ratu mengangguk ceria. Bersama dengan Reon sungguh lebih menyenangkan dibanding bersama Raja. Di samping Reon, Ratu merasa relaks sekaligus nyaman, juga terlindungi. Setelah kedua orangtuanya tiada, Ratu ragu bisa menjalani semua ini tanpa kakaknya yang selalu berwajah ceria. Tanpanya, luka menganga dalam diri Ratu tak akan lekas sembuh.

"Kak Reon sering lembur, ya? Bunda liat dia jarang istirahat," betapa alami perhatian Bibi Mitha pada keluarganya, menimbulkan haru dan juga pertanyaan 'seandainya'.

Seandainya Mama dan Papa masih di sini ....

"Iya, Bun. Bang Reon kayaknya lebih seneng kerja dibanding di rumah."

Menurut Reon, semakin jarang ia di rumah, semakin menurun juga frekuensi duka yang ia rasakan atas meninggalnya orangtua mereka.

"Bunda takut, lho, kalo kakak kamu kelelahan. Bilang sama kakamu untuk selalu jaga kesehatan."

"Baik, Bunda."

Sarapan terus berlanjut, selama itu pula kadang Ratu menangkap mata Raja mengamatinya. Secepat tangkapan itu, secepat itu pula matanya melirik ke arah lain.

"Kamu belum punya pacar, Rat?" tanya Bibi Mitha harap-harap cemas.

"Emang kenapa, Bun?"

"Oh, nggak," Bibi Mitha mengusap bibirnya dengan sapu tangan, lalu melihat Raja. "Bukan apa-apa, Rat. Cuma kalo undangan disebar dengan nama Raja dan Ratu ...."

"Bun!" desis Raja setelah lama ia terdiam.

"Kenapa, Aja Sayang?" meski tak terlihat pun, semua orang tahu bahwa Bibi Mitha menahan tawanya.

"Aja nggak suka."

"Nggak suka maksudnya?"

"Raja nggak suka Ratu," jawab Raja tajam, "Jadi nggak usah ada pikiran kayak gitu karena nggak bakal kejadian."

Tanpa menoleh pada Ratu yang membeku, Raja bangkit berdiri dengan piring kotor milik cowok itu di tangannya.

Siapa juga yang suka sama lo, Raja Sayang?

Ingin Ratu membalas seperti itu, namun semuanya tertahan di lidah. Ratu melihat kedua orangtua Raja yang menyesali sikap ketus anaknya. Ratu tersenyum pada mereka dan menggeleng, tak masalah.

Tak masalah. Karena yang ingin Ratu lakukan adalah pulang—jauh dari jangkauan Raja.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang