BAB 26

374K 26.2K 3.4K
                                    

Love Yourself - Justin Bieber


BAB 26

Malam ini Raja berencana untuk menonton film di ruang keluarga,mengingat Bunda pulang larut sementara Budhe Ratih sudah lama terlelap di paviliun belakang. Sementara Ratu berada di kamar tamu. Maka Raja bisa leluasa menonton film horror yang ia gandrungi akhir-akhir ini.

"Ah, akhirnya ketebak," gumam Raja sambil mengganti filmnya dengan yang lain. Sudah sejam dia berkutat di depan layar home teater-nya.

Sayang sekali film yang disebut-sebut Edo sangat sadis dan menyeramkan, tak lebih dari sekedar film menye drama yang tidak pernah Raja sukai.

Meski sebenarnya ia sendiri berada di novel menye, tetap saja konteksnya berbeda.

Baru saja Raja memutar film yang baru--yang menurutnya lebih jantan, saat dentingan halus di ponselnya mengusik.

Resta: Malem ini pertemuan pertamanya, Ja. Serius nggak mau ikut?

Raja melirik pesan Resta dengan malas, lalu menaruh remote di atas perutnya seraya mengambil ponsel itu. Mengetikkan balasan dengan setengah hati.

Raja: You know the answer, Stupid.

Resta: Biasa aja dong, Pantat Panci.

Raja tidak membalasnya.

Mood Raja memburuk, secepat itu. Hanya karena satu pesan dari Resta, suasana rumah Raja menjadi ... sumpek. Seperti Raja terhanyut pada satu tahun yang lalu, seolah Raja adalah Raja satu tahun yang lalu.

Saat itu Raja congkak, terlalu muda untuk mengerti, terlalu mudah untuk melukai.

Sebelum Raja benar-benar hanyut, suara deham seseorang membuatnya menoleh.

Ratu.

"Kak Raja," ucap perempuan itu. Dia sudah mengenakan piyama tidur lengkap dengan guling yang ia peluk.

Andai Raja menjadi guling tersebut.

Ah, apaan sih, batinnya berkecamuk.

"Ya?" tanya Raja tanpa mengalihkan tatapannya pada layar.

Seseorang sedang mengitari rumah kosong, namun Raja malah membayangkan yang lain. Dia sedang berada sana, memang mengitari rumah kosong itu, namun di belakangnya Ratu mengikuti. Raja memegang tangan Ratu dan bak pahlawan, Raja melindunginya.

Entah sejak kapan perasaan ingin melindungi itu muncul, sungguh menyebalkan.

"Aku pamit tidur, ya," ucap Ratu.

Malam ini Reon memang berpesan pada Ratu untuk menginap, mengingat cowok itu baru pulang tengah malam. Sebenarnya Raja ingin menegur Reon karena konstannya cowok itu bekerja keras. Raja hanya tidak ingin Reon terlalu lelah, meski Raja pun mengerti Reon ingin Ratu bisa mengandalkannya.

Tanpa Reon menyadari, Raja tahu Ratu selalu mengandalkan Reon.

"Oke, sleep tight," dari nada tak pedulinya, terselip doa agar Ratu tidur nyenyak.

Namun Raja memang mudah menyembunyikan perasaannya.

Ratu tersenyum, senyum yang mungkin meluluhkan hati siapapun. Karena dalam sekali lihat pun, Raja tidak ingin melepas pandangan.

Ah, lagi-lagi gue ngaco, batin Raja seraya membuang mukanya.

"Oke," sahut Ratu, "Jangan tidur kemaleman, Kak."

Masa gitu doang baper, Ja? Seriously?

Raja membalas senyum Ratu, "Nggak bakal, sebentar lagi juga tidur. Kamu tidur, gih."

"Oke," Ratu hendak berbalik, namun ia melihat ke arah Raja lagi. "Tidur, YA."

Raja tergelak, pandangan matanya teduh menatap Ratu. "Iya, Ratu."

"Jangan malem-malem," ingat Ratu lagi.

"Iya, Babe," balas Raja tanpa sadar.

Pipi Ratu sontak memerah, sampai ke telinga. Melihat reaksi itu, Raja kini memutar ulang ucapannya.

Lalu pipi Raja ikut memerah.

"Y-y-ya," sahut Ratu lalu berbalik, berlari kecil menuju kamar tamu. Entah apa yang cewek itu pikirkan atas panggilan baru Raja tadi untuknya.

Raja mengacak rambutnya, yang sudah barang tentu acak-acakan. Dirinya menarik sweter cokelatnya berkali-kali, seolah hal itu bisa mengurangi rasa malunya.

Belum Raja mengubur dirinya dalam-dalam di selimut tebalnya, ponselnya kembali berdenting.

Resta: Ja, hapenya Edo ada di lo?

Raja langsung mencari ponsel Edo. Temannya yang ceroboh itu pasti lagi-lagi menaruh ponselnya di atas kulkas. Betul saja, ponsel itu tergeletak di sana dengan keadaan mati.

Tunggu, ponsel memang benda mati.

Ini semua karena Ratu yang membuatnya salah tingkah!

Raja: Ada di gue, tenang aja.

Resta: Tolong anterin hapenya ke rumah Karenina, dong, Ja. Lo tau sendiri betapa ketatnya aturan di keluarga Edo. Bisa abis dia kalo nyokapnya nelepon, yang jawab malah lo.

Raja menghela napas. Keluarga Edo memang sangat ketat untuk urusan seperti ini. Dia menimang-nimang ponsel itu di tangannya. Sebagian dari dirinya memilih tidak peduli terutama karena ini tanggung jawab Edo. Tapi sebagian dirinya ingin membantu sahabatnya.

Raja menghela napas. Kalo bukan temen, udah gue buang ke Ciliwung lo, Do.

Raja: Gue otw rumah Karenina sekarang.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang